Analisis Pertandingan Thailand 5-0 Indonesia

Analisis

by Ardy Nurhadi Shufi

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Analisis Pertandingan Thailand 5-0 Indonesia

Indonesia U23 selangkah lagi menginjakkan kaki pada babak final SEA Games 2015 cabor sepakbola. Namun sebelum melenggang ke partai puncak, Indonesia dihadapkan dengan juara SEA Games 2013, Thailand.

Terjadi sejumlah perubahan dalam susunan pemain Indonesia. Abduh Lestaluhu dan Agung Prasetyo absen karena akumulasi kartu kuning.Vava Yagalo dan Hansamu Yama dimainkan sejak menit pertama untuk menggantikan peran keduanya.

Selain dua pergantian ini, terdapat satu perubahan lain yang cukup mengejutkan. Muchlis Hadi yang telah mengemas tiga gol, dibangku cadangkan. Pelatih Indonesia, Aji Santoso, lebih memilih Yandi Sofyan sebagai satu-satunya penyerang Indonesia pada laga ini.

Namun skema pilihan Aji Santoso ini gagal berbuat banyak pada babak pertama. Thailand yang menurunkan seluruh pemain terbaiknya, langsung mendominasi pertandingan sejak awal pertandingan dan menciptakan sejumlah peluang.

Ini terjadi karena pressing yang dilakukan para pemain Thailand di lini pertahanan Indonesia. Pemain bertahan Indonesia yang menguasai bola dan hendak membangun serangan, langsung mendapatkan tekanan yang membuat pemain bertahan Indonesia tak leluasa menguasai bola.

Indonesia sempat memaksakan bola mengirimkan bola yang diarahkan pada pemain gelandang tengah. Namun beberapa kali usaha tersebut mampu digagalkan atau berhasil direbut oleh gelandang-gelandang Thailand seperti Nurul Srinkayem, Sarah Yooyen, dan Thitiphan Puangchan.

Maka bola-bola lambung dari pemain belakang ke depan pun menjadi solusi Indonesia untuk keluar dari tekanan. Namun skema ini bukan skema yang menjadi andalan Indonesia. Serangan Indonesia pun seringkali gagal menyentuh area kotak penalti Thailand.

Thailand sendiri sudah unggul sejak menit ke-11 lewat gol yang diciptakan oleh Rungrat Poomchantuek. Gelandang sayap bernomor punggung 23 ini memanfaatkan bola liar hasil sepakan Srinkayem yang dimentahkan kiper Indonesia, Teguh Amiruddin.

Pada gol ini, lini tengah Indonesia terlihat kebingungan menghadapi umpan-umpan pendek Thailand. Adanya jarak antara double pivot Indonesia dengan barisan pertahanan mampu dengan baik dieksploitasi oleh gelandang-gelandang Thailand.

Jarak yang terlalu jauh di depan kotak penalti ini menjadi pintu masuk Thailand untuk melepaskan tembakan ke gawang Indonesia. Bahkan ketika para pemain Indonesia berhasil melindungi area depan kotak penalti, gelandang Thailand selalu berhasil memancing keluar gelandang Indonesia dengan operan yang dialihkan ke sisi sayap.

Thailand sendiri kemudian menambah keunggulan lewat tandukan Thitiphan Puangchan. Gol ini tercipta melalui skema sepakpojok. Gelandang bernomor punggung 7 ini memanfaatkan kesalah Teguh dalam mengantisipasi datangnya bola dari sepak pojok.

Thailand bermain sangat baik sepanjang pertandingan. Serangan mereka begitu terorganisir dari lini pertahanan, ke gelandang, hingga berakhir menjadi peluang emas. Pressing Indonesia yang gagal mementahkn serangan Indonesia pun membuat Thailand begitu mendominasi.

Sebenarnya Indonesia beberapa kali mendapatkan kesempatan emas melalui seragan balik. Tak hanya sekali terjadi situasi di mana dua pemain Indonesia tinggal menghadapi dua pemain Thailand. Namun skema serangan balik ini selalu berhasil digagalkan lini pertahanan Thailand.

Pada babak kedua, Indonesia tak tampil lebih baik. Stamina yang menurun pun membuat transisi dari menyerang ke bertahan menjadi kurang disiplin. Paulo dan Nufiandani sering terlambat meng-cover area sayap.

Tentunya ini berakibat fatal. Setelah gol pertama yang berasal dari sayap kiri pertahanan Indonesia, gol ketiga dan keempat pun bermula dari area yang menjadi milik Vava Yagalo dan Paulo Sitanggang.

Gol ketiga, Sriyankem berhasil melepaskan umpan silang dari sisi kanan yang dimanfaatkan oleh Rungrat yang menciptakan gol keduanya pada laga ini. Disusul oleh gol Narubadin Weerawatnodom pada menit ke-57. Gol keempat, tercipta melalui penetrasi pemain yang diplot sebagai bek kanan ini.

Pada awal babak kedua, sebenarnya Aji Santoso sempat memasukkan penyerang andalan Indonesia U23, Muchlis Hadi, menggantikan Yandi Sofyan. Namun pergantian ini tak mengubah skema serangan dan bertahan Indonesia. Sistem bertahan dan menyerang yang masih tak jauh berbeda pun membuat dua gol lahir pada babak kedua.

Sepanjang pertandingan, gelandang-gelandang Indonesia yang kembali diisi oleh Adam Alis, Zulfiandi, dan Evan Dimas, tak begitu menonjol pada pertandingan ini. Ketika bertahan, area tengah dengan mudah dilewati, baik dengan aksi indivisu maupun operan-operan cepat. Ketika menyerang, kesalahan-kesalahan mendasar kerap terjadi sehingga serangan yang dibangun menjadi sia-sia.

Hal ini berbanding terbalik dengan apa yang ditunjukkan para pemain Thailand. Aliran bola dari kaki ke kaki begitu lancar. Kontrol bola dan akurasi tembakan pun menyempurnakan serangan mereka. Pertandingan baru memasuki menit ke-60 saja 20 tembakan dengan 14 yang mengarah ke gawang telah dilepaskan para pemain Thailand.

Apa yang diperagakan Thailand tersebut diperparah dengan cara bertahan Indonesia sendiri. Pressing yang dilakukan para pemain Indonesia masih terlihat sebagai individu, bukan sebagai tim. Maka tak heran ketika satu pemain Thailand mendapatkan tekanan, pemain Thailand lainnya bisa leluasa menerima dan menguasai bola.

Gol kelima Thailand yang diciptakan Songrasin Chanatip menjadi bukti lain betapa buruknya pressing Indonesia. Sebelum Chanatip menerima bola, umpan-umpan pendek bisa dilakukan dua pemain Thailand di depan kotak penalti meski terdapat sejumlah pemain Indonesia yang menjaganya. Chanatip pun bisa menempatkan bola dengan kaki kirinya padahal teradapat dua pemain bertahan Indonesia di depannya.

Kekalahan 5-0 atas Thailand ini menjadi bukti bahwa kelas Indonesia masih berada di bawah Thailand. Para pemain Indonesia masih sering melakukan kesalahan mendasar. Pressing yang tak berjalan sempurna pun dimanfaatkan dengan baik oleh Thailand dengan operan-operan pendek dan cepat.

Atas hasil ini, Indonesia pun dipastikan kembali gagal meraih medali emas yang telah 24 tahun tak berhasil diraih. Meskipun begitu, Indonesia masih akan melakoni laga perebutan tiket perunggu menghadapi Vietnam yang kalah dari Myanmar pada partai semi-final lainnya.

Komentar