Analisis Pertandingan: Indonesia 2 vs 4 Myanmar

Analisis

by Ardy Nurhadi Shufi

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Analisis Pertandingan: Indonesia 2 vs 4 Myanmar

Kesebelasan timnas Indonesia U23 memulai perjalanannya di SEA Games 2015 hari ini, Selasa, 2 Juni 2015. Dan lawan pertama yang dihadapi skuat Garuda Muda pada turnamen antar negara Asia Tenggara ini adalah kesebelasan Myanmar.

Indonesia yang dibesut Aji Santoso kembali menurunkan formasi andalannya 4-3-3. Hansamu Yama dan Manahati Lestusen menjadi duet bek tengah. Zulfiandi, Evan Dimas dan Adam Malis menggalang lini tengah sejak menit pertama. Sementara itu, Ahmad Noviandani dan Wawan Febrianto diplot sebagai penyisir sisi lapangan di lini depan.

Jika dalam skuat Indonesia terdapat sejumlah eks penggawa timnas U-19, tak ada satu pun pemain Myanmar U-19 macam Aung Thu, Nyein Chan Aung ataupun Maung-Maung Soe, yang mengantarkan Myanmar meraih juara di Piala Hassanal Bolkiah tahun lalu dan yang meloloskan Myanmar ke Piala Dunia U-20.

Meskipun begitu bukan berarti kekuatan Myanmar tak mampu menandingi kesebelasan Indonesia. Bahkan skuat asuhan Kyi Lwin ini langsung memperagakan permainan terbuka. Serangan cepat dengan bola-bola panjang dari lini pertahanan dilepaskan untuk memasuki area pertahanan Indonesia.

Myanmar tampaknya sengaja untuk bermain dengan tempo cepat. Pressing pun langsung diberikan para pemain Myanmar ketika para pemain belakang Indonesia menguasai bola hendak membangun serangan.

Indonesia pun cukup kesulitan dalam membangun serangan. Zulfiandi yang harusnya menjadi pemain yang mengalirkan bola ke depan dan sayap, kesulitan menemukan ruang kosong. Akhirnya bola pun lebih sering digulirkan ke pemain yang menempati bek sayap.

Aliran serangan dari sayap pun tak berjalan dengan baik. Hal ini terjadi karena Wawan dan Noviandani lebih sering beroperasi di atau ke area tengah. Maka tak heran bola dari bek sayap selalu langsung diberikan pada Muchlis Hadi Ning yang coba membuka ruang.

Kurangnya kordinasi menjadi persoalan Indonesia pada babak pertama. Para pemain tengah seolah ingin menurunkan tempo dengan tak buru-buru untuk naik ke depan. Sementara para pemain bek sayap yang seringkali menjadi titik awal Indonesia membangun serangan, meladeni permainan cepat Myanmar dengan memberikan umpan-umpan langsung pada Muchlis.

Karenanya Indonesia cukup mudah kehilangan bola pada babak pertama. Myanmar yang seringkali berhasil merebut bola di tengah pun dengan konsisten mengeksploitasi sisi sayap Indonesia. Myanmar pun kemudian membuka keunggulan lewat sebuah serangan yang dibangun dari sisi kanan pertahanan Indonesia.

Pertahanan Myanmar sendiri cukup sulit ditembus oleh lini serang Indonesia. Myanmar memang menampilkan dari menyerang ke bertahan dengan baik. Menggunakan garis pertahanan tinggi, pertahanan Myanmar secara perlahan menutup ruang kosong secara perlahan dengan mengikuti pemain terdepan Indonesia.

Penampilan baik Myanmar pada babak pertama ini terbantu dengan kecerobohan yang dilakukan lini pertahanan Indonesia. Pada gol kedua, tak ada satupun pemain Indonesia yang memotong tendangan bebas pemain Myanmar dari sisi kanan pertahanan. Tangkapan Natsir Fadhil yang tak sempurna membuat bola kembali memantul. Pemain Myanmar, Aung Shitu, yang tak terkawal dengan leluasa menyambut bola. Gol kedua Myanmar pun tercipta.

Untungnya Abduh Lestaluhu berhasil memperkecil ketinggalan jelang babak pertama berakhir. Dari sisi kiri, bek Persija Jakarta ini berhasil melepaskan tendangan melambung yang tak mampu digapai kiper Myanmar. Gol ini tercipta lebih karena aksi individu atau inisiatif dari Lestaluhu yang melepaskan tembakan yang tak terduga.

Penampilan Indonesia pada babak kedua terlihat berbeda dibanding babak pertama. Aliran bola dari belakang ke depan lewat tengah mengalir lebih lambat. Indonesia tampaknya coba memainkan penguasaan bola.

Sejumlah peluang memang mulai lahir dari kaki para pemain depan Indonesia. Namun tendangan yang dilepaskan para pemain Indonesia lebih sering membentur para pemain Myanmar yang menumpuk di kotak penalti.

Hal seperti ini memang menjadi resiko dalam memainkan penguasaan bola. Para pemain lawan menjadi memiliki lebih banyak waktu untuk membangun tembok pertahanan saat para pemain Indonesia memainkan bola di tengah atau di belakang.

Myanmar tampaknya telah menyiapkan strategi bertahan jika Indonesia menggunakan penguasaan bola. Hal ini terlihat dari pressing para pemain Myanmar yang tak seagresif pada babak pertama. Para pemain depan hanya mencari momen untuk merebut bola dari kaki pemain Indonesia yang menguasai bola.

Namun blunder lagi-lagi dilakukan pemain Indonesia. Kali ini, Hansamu Yama yang menjadi pemain terakhir di lini pertahanan saat menguasai bola, mencoba melewati pemain depan Myanmar yang melakukan pressing. Sialnya, bola berhasil direbut pemain Myanmar tersebut, Sithu Aung. Sithu pun dengan mudah menaklukkan Natsir dalam situasi satu lawan satu.

Sisi kanan pun masih menjadi titik lemah pada babak kedua. Gol keempat Myanmar tercipta melalui umpan silang yang dilepaskan dari sisi kanan pertahanan Indonesia. Tak heran setelah gol ini, Myanmar coba terus memasuki lini pertahanan Indonesia melalui sisi kanan, atau area milik Syaiful Indra Cahya.

Indonesia memang mampu memperkecil ketertinggalan melalui gol yang diciptakan Ahmad Noviandani. Namun gol ini pun lahir seperti gol pertama yang diciptakan Lestaluhu, terjadi karena kemampuan individu pemain itu sendiri. Noviandani berhasil menggiring bola dari area depan kotak penalti meski dua pemain menjaganya. Setelah mendapatkan momen yang pas, ia pun lantas melepaskan tembakan keras dengan kaki kanannya.

Setelah gol ini, Indonesia masih terus mendapatkan sejumlah peluang berbahaya dari serangan Myanmar. Skema serangan Indonesia pun masih cukup sulit menembus pertahanan Myanmar. Hanya aksi-aksi individu yang lebih membahayakan gawang Myanmar.

Komentar