Liga Turki Kembali Dikuasai Mafia Bola?

Berita

by Redaksi 46

Redaksi 46

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Liga Turki Kembali Dikuasai Mafia Bola?

Seorang runner match fixing buka-bukaan soal profesinya kepada Aiman Witjaksono dalam acara “Ini Dia Mafia Bola” di Kompas TV pada Senin (18/5) malam. Runner yang mengaku sebagai bekas pesepakbola ini mendapatkan ratusan juta rupiah dari bandar judi untuk kemudian dibagi-bagikan kepada mereka yang terlibat pengaturan skor.

Sang runner mengatakan bahwa sangat mungkin bagi dirinya mengatur skor dengan hanya menyuap satu kesebelasan saja. Salah satu contohnya dengan meminta penyerang tidak mencetak gol, maupun kiper yang sengaja melakukan kesalahan agar kebobolan.

Sebelumnya, pada Sabtu (16/5) pekan lalu, kesebelasan Liga Turki, Genclerbirligi, dituduh terlibat dalam pengaturan skor. Tuduhan tersebut ditujukan setelah kiper mereka, Ferhat Kaplan, dengan sengaja menarik tangannya sendiri saat akan menepis bola tendangan pemain Galatasaray, Wesley Sneijder. Sontak hal tersebut membuahkan kecurigaan, karena salah satu posisi yang kerap mendapatkan suap adalah kiper dari kesebelasan yang sengaja mengalah.

Namun, tuduhan tersebut sepertinya akan merembet pada Galatasaray. Kesebelasan pemuncak klasemen sementara Liga Turki, Super Lig, tersebut seperti bermain alot pada awal pertandingan dengan minim peluang mencetak gol.


Kaplan seperti sengaja menarik tangannya untuk tidak menepis bola.

Pada babak pertama, berdasarkan whoscored, dari 12 sepakan yang dilepaskan Galatasaray, lima di antaranya berhasil di blok, dan lima lainnya melenceng dari sasaran. Meski bermain menekan, tapi Galatasaray kesulitan untuk membongkar pertahanan Genclerbirligi.

Sebelum gol tersebut, terlihat bagaimana pertahanan Genclerbirligi begitu renggang sehingga membuat para pemain depan Galatasaray tidak terjaga. Saat gol tercipta, tidak ada pemain Genclerbirligi yang berada di area tengah. Gelandang kesebelasan peringkat ke-10 Super Lig tersebut seperti menyebar ke kedua sisi, dan membiarkan area tengah mereka kosong. Saat bola diterima Burak Yilmaz, bek Genclerbirligi, Ahmed Calik, seperti membiarkan bola tersebut melintas di hadapannya. Bola kemudian disodorkan pada Wesley Sneijder yang melepaskan tendangan mendatar.

Seperti dikutip CNN, Presiden Genclerbirligi, Ilhan Cavcav, membantah keterlibatan kesebelasannya dalam pengaturan skor. Ia berpendapat bahwa Kaplan adalah pemain yang jujur dengan karakter yang khas.

Kaplan pun menolak jika dirinya dikaitkan dengan pengaturan skor. Kaplan berargumen bahwa ia salah dalam penempatan posisi. “Bola datang di antara kaki rekan-rekanku. Sneijder bagus saat menendang bola ke sisi kananku. Jadi, aku mengarah ke situ, tapi bola jatuh ke arah yang lain,” tutur Kaplan seperti dikutip Mirror.

Galatasaray pun dituduh terlibat pengaturan skor. Pasalnya, gol tunggal tersebut memisahkan Galatasaray dan Fenerbahce dengan selisih dua poin. Kompetisi Super Lig sendiri hanya menyisakan dua pertandingan lagi. Dengan ini, sulit bagi Fenerbahce untuk menyalip Galatasaray, kecuali kesebelasan yang bermarkas di Turk Telekom Arena tersebut terpeleset dalam sisa dua pertandingan terakhir.



Pertandingan di Liga Turki sendiri memang pernah tercemar oleh skandal pengaturan skor. Salah satunya yang dilakukan Fenerbahce pada 2011. Ini yang membuat kesebelasan tersebut dilarang tampil di kompetisi Eropa oleh UEFA selama dua tahun.

Baca juga: Tindak Pidana Pengaturan Skor dalam Perspektif Hukum Nasional 

Kasus Johan Ibo dan Sepakbola Indonesia yang Rentan 


***

Sang runner mengaku bahwa model “kerjasama” biasanya dilakukan lewat manajemen kesebelasan. Uang dari bandar langsung diberikan kepada manajemen untuk dibagi-bagikan kepada pemain. Untuk level manajer biasanya mendapatkan dana paling besar sekitar 100 juta rupiah, sedangkan pemain hanya berkisar 20 hingga 10 juta rupiah.

Jika menyuap satu kesebelasan saja, bandar biasanya memilih kesebelasan untuk mengalah. “Kalau dua tim bisa lebih bagus, tapi biayanya besar,” tutur sang runner dalam Kompas TV.

Dari fakta di atas, nyatanya pengaturan skor tidak bisa dilakukan secara mudah dengan menyuap satu atau dua pemain saja. Jika kiper dituduh terlibat, seharusnya dilakukan pemeriksaan menyeluruh karena bukan tidak mungkin manajemen pun mengetahui bahkan ikut terlibat dalam pengaturan skor tersebut. Jadi, sepakbola itu benar-benar cuma hiburan, ya?

Baca juga: Belajarlah (Memberantas Match Fixing) Hingga Ke Negeri China 

(Kronologis) Dugaan Pengaturan Skor di Albania  

Komentar