26 Tahun Upaya Dnipro untuk Menjadi Nomor Satu

Cerita

by Dex Glenniza

Dex Glenniza

Your personal football analyst. Contributor at Pandit Football Indonesia, head of content at Box2Box Football, podcaster at Footballieur, writer at Tirto.ID, MSc sport science, BSc architecture, licensed football coach... Who cares anyway! @dexglenniza

26 Tahun Upaya Dnipro untuk Menjadi Nomor Satu

Mari istirahat sejenak dari hingar-bingar FC Barcelona dan Juventus FC yang sudah memastikan diri ke puncak pergelaran liga terbesar se-Eropa, Liga Champions UEFA. Seolah terlupakan, dini hari tadi (15/05/2015), juga terjadi dua bentrokan sengit di semi-final Liga Europa UEFA.

Empat tim di semi-finalis Liga Champions memiliki semua bintang, sejarah, dan prestasi yang kita semua harapkan dalam sebuah kompetisi elit antar kesebelasan sepakbola. Di Liga Europa musim ini, tiga dari empat kesebelasan juga memiliki aura serupa.

Sevilla CF dari Spanyol merupakan juara bertahan Liga Europa, ACF Fiorentina yang sudah mulai menanjak lagi, dan SSC Napoli yang dipimpin oleh Rafael Benitez yang memiliki catatan bagus di kompetisi Eropa.

Jika kita membicarakan semi-finalis Liga Europa, yang oleh Andrea Pirlo katakan sebagai Liga Champions mini, mungkin kita akan sedikit berharap dua kesebelasan dari Serie A Italia bisa berjaya, yaitu Fiorentina dan Napoli. Namun kenyataannya, kedua kesebelasan asal Italia di atas harus melupakan partai final yang akan digelar pada 28 Mei 2015 dini hari WIB di Stadion Narodowy, Warsawa, Polandia.

Fiorentina harus takluk 2-0 di kandangnya sendiri dari Sevilla sehingga agregat skor menjadi 5-0. Sementara, ini yang agak mengejutkan, mimpi Napoli harus buyar setelah disingkirkan oleh kesebelasan FC Dnipro Dnipropetrovsk dengan agregat 2-1.

Ada yang pernah mendengar nama kesebelasan FC Dnipro Dnipropetrovsk?

Jika Anda tidak familiar dengan nama kesebelasan di atas, jangan kuatir anda tidak sendirian. Kami juga hanya tahu Dnipro sebatas Yevhen Olegovych Konoplyanka, pemain bintang yang sempat dikabarkan akan bergabung dengan Tottenham Hotspur pada awal musim ini.

Tapi, jika mereka sudah sampai ke final Liga Europa, maka menjadi hal konyol jika kita masih juga belum mencoba mencari tahu siapa itu Dnipro.

Sekilas tentang Dnipro

Football Club Dnipro Dnipropetrovsk, namanya seperti pemborosan dengan dua kali penyebutan “Dnipro”, adalah sebuah kesebelasan asal Ukraina.

Nama Dnipro pada kata pertama menunjukkan sebuah nama kesebelasan yang diambil dari nama Sungai Dnieper, sungai terpanjang di Ukraina yang membentang menyeberangi nama kota, yang kemudian ada pada kata ke dua, yaitu Kota Dnipropetrovsk.

Jika kita membicarakan Negara Ukraina, mungkin yang kita ingat hanyalah konflik. Seperti misalnya yang terjadi dengan FC Shakhtar Donetsk di Kota Donetsk, yang stadionnya sampai terbengkalai akibat dari pengeboman di daerah konflik.

Tapi Dnipropetrovsk bukan merupakan daerah konflik yang kebanyakan terjadi di daerah perbatasan dengan Rusia di timur. Kota ini terletak di tengah-tengah Ukraina, meskipun agak ke timur. Hal positif seperti ini yang mungkin membuat nama Dnipro tidak setenar pesaingnya, Shakhtar dan juga FC Dinamo Kyiv dari ibukota Kiev.

Berada di Bawah bayang-bayang Kiev dan Donetsk

Dnipro memiliki akar industri dan didirikan pada 1918 sebelum diakuisisi oleh pabrik baja, Petrovets. Kesebelasan ini memenangkan kejuaraan kota pada 1927 dan 1935, sebelum sistem liga Uni Soviet dibentuk setahun kemudian. Gelar berikutnya bagi Dnipro adalah kejuaraan Uni Soviet pertama yang terjadi pada 1983. Terakhir mereka mendapatkan gelar juara pada 1988.

Meskipun Dnipro merupakan kesebelasan profesional pertama di Uni Soviet, mereka terus berada dalam bayang-bayang bahkan walau Ukraina sudah memerdekakan dirinya sebagai negara yang berdaulat. Kesebelasan berjuluk “Warriors of Light” ini tenggelam di balik kejayaan Dinamo Kyiv dan Shakhtar Donetsk.

Musim ini, mereka juga masih berada di bawah Kyiv dan Shakhtar. Jika Dnipro ada di peringkat 3 dengan raihan 50 poin, Dinamo Kyiv bertengger di puncak klasemen dengan 59 poin, sementara Shakhtar di peringkat ke dua dengan 52 poin.

Dari Meteor, Dnipro akhirnya harus bermain di Kiev

Pada 1966, Stadion Meteor menjadi kandang Dnipro. Nama stadion ini sangat unik bahkan bagi masyarakat Eropa Timur sekalipun. Dnipro menetap di stadion ini selama 42 tahun sampai mereka pindah ke stadion berikutnya.

Setelah 3 tahun dan empat bulan pembangunan (2002 sampai 2005), Dnipro memiliki stadion baru, Dnipro-Arena. Perusahaan konstruksi terbesar di Jerman, Hochtief, bertanggung jawab membangun stadion baru dengan kapasitas 30.000 tempat duduk ini. Biaya pembangunan stadion ini diperkirakan mencapai 40 juta Euro.

Namun, sejak pertandingan kualifikasi Liga Champions melawan Copenhagen, Dnipro diharuskan oleh UEFA untuk memainkan pertandingan kandang mereka di Stadion Olympic, Kiev.

Meskipun kota Dnipropetrovsk terletak jauh dari daerah konflik di Timur Ukraina, atau sekitar 210 kilometer dari Donetsk, UEFA tidak mau mengambil risiko. Ini yang akhirnya membuat Stadion Olympic selalu sepi penonton pada pertandingan Liga Europa sekalipun.

Dari total kapasitas 70.000, rata-rata penonton yang datang dari Dnipropetrovsk hanya sekitar 10.000 saja. Ini bisa dipahami karena mereka harus melakukan perjalanan cukup jauh ke arah Barat Laut dari kota asal mereka.

Tapi, perjalanan ini tak seberapa dibandingkan yang harus dilakukan para pendukung Shakhtar. Mereka harus melakukan perjalanan jauh ke arah Barat ke Kota Lviv untuk pertandingan kandang mereka di Eropa.

Pemain bintang Dnipro

Selain Konoplyanka, tidak banyak pemain Dnipro yang familiar dengan sepakbola kelas dunia. Mungkin hanya Nikola Kalini? yang agak familiar karena sang penyerang Kroasia itu pernah bermain bagi Blackburn Rovers.

Kapten mereka, Ruslan Rotan, pernah bermain bagi Dinamo Kyiv dan 78 kali membela timnas negaranya, Ukraina.

Nama-nama lain yang agak familiar mungkin adalah Léo Matos, Bruno Gama, Douglas Silva Bacelar, Papa Gueye, dan mantan bek gondrong Barcelona yang satu ini: Dmytro Anatoliyovych Chygrynskiy, masih ingat?

Selain mereka, kecuali Anda adalah pemerhati sepakbola Ukraina atau timnas Ukraina, pemain-pemain Dnipro masih kalah terkenal jika dibandingkan dengan para pemain Napoli yang baru saja mereka singkirkan.

Perjalanan Dnipro menuju final Liga Europa

Pada musim lalu (2013/14), Dnipro diasuh oleh Juande Ramos dan berhasil meyelesaikan Liga Primer Ukraina di peringkat ke dua. Mereka hanya ketinggalan enam poin dari sang juara. Posisi runner-up ini membuat mereka berhak untuk lolos ke babak ke tiga kualifikasi Liga Champions.

Sayang, pada babak tersebut, mereka disingkirkan oleh FC Copenhagen dari Denmark dengan agregat 2-0, yang kemudian membuat mereka terlempar ke Liga Europa yang terkenal dengan keketatan jadwalnya.

Sebagai pembanding saja, di perempat-final juga terdapat Dinamo Kyiv. Tapi mereka disingkirkan oleh Fiorentina dengan agregat 3-1.

Pada pertandingan dini hari tadi, sebuah gol dari Yevhen Seleznyov akhirnya berhasil membuat Dnipro mencatat sebuah sejarah: mereka lolos ke pertandingan final kompetisi UEFA untuk pertama kalinya.

Pasukan Myron Markevych sebelumnya belum pernah melewati tahap perempat-final di kompetisi Eropa, tetapi mereka akan menghadapi juara bertahan Sevilla sebuah untuk trofi Liga Europa.

Penjaga gawang Denys Boyko bermain luar biasa lagi di gawang Dnipro dalam bertahan melawan tekanan tinggi Napoli.

Ini berarti hanya satu pertandingan lagi bagi mereka untuk bisa mendapatkan medali pertama mereka sejak tahun 1989. Sebuah gelar yang otomatis membuat Dnipro bisa langsung bermain di Liga Champions musim depan.

Sumber: UEFA, DW, The Guardian, ESPN

Komentar