Tidak Ada Keajaiban di Allianz Arena

Analisis

by Redaksi 47

Redaksi 47

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Tidak Ada Keajaiban di Allianz Arena

Pep Guardiola harus menjalani tugas yang sangat berat dalam pertandingan semifinal Liga Champions Eropa. Pasalnya, dalam pertandingan leg kedua melawan Barcelona, Bayern Munich harus unggul lebih dari 3 gol setelah pada pertandingan pertama mereka takluk 0-3.

Pada pertandingan yang sangat krusial ini, Pep menurunkan pemain-pemain yang sama dengan yang diturunkannya pada leg pertama. Hanya saja kali ini formasi permainan yang digunakan Pep pada awal pertandingan berbeda dengan pekan lalu.

Kali ini Pep memainkan formasi 4-4-2 dengan menempatkan Xabi Alonso dan Thiago Alcantara di tengah. Sedangkan dua pemain tengah lainnya, Bastian Schweinsteiger dan Philipp Lahm bermain melebar di kedua sisi. Di depan, Robert Lewandowski didampingi oleh Thomas Muller yang bermain sedikit ke belakang untuk menjadi penghubung antara penyerang dan pemain tengah.

Di sisi lain, Luis Enrique menurunkan susunan formasi yang sama dengan yang diturunkannya pada pertandingan pekan lalu. Trio andalannya Messi, Suarez, Neymar tetap diandalkan sebagai penyerang di depan. Sedangkan pada barisan gelandang, Rakitic, Iniesta, dan Busquet tetap dipercaya  untuk menjaga area lapangan tengah.

Tertinggal 3 gol membuat Pep mau tidak mau harus bermain terbuka sejak awal pertandingan. Mencetak gol cepat tanpa kemasukan gol adalah misi pertama yang harus diselesaikan Pep pada awal pertandingan. Setidaknya, pada 15 menit pertama, Bayern harus sudah berhasil mencetak satu gol untuk membuka peluang lolos ke babak final.

Bayern pun langsung memainkan permainan cepat sejak awal pertandingan. Dengan menempatkan dua gelandang pengatur serangan di tengah, Xabi Alonso dan Thiago Alcantara, Bayern berhasil mengatur jalannya pertandingan. Dengan adanya dua pemain ini pula, Luis Suarez yang ditugaskan untuk mengganggu pengatur serangan Bayern tidak bisa menjalankan tugasnya. Tentu sulit bagi Suarez untuk bisa menjaga dua pemain sekaligus.

Untuk menghadapi ini, Barcelona memilih untuk bermain lebih sabar dan mencoba menutup aliran operan Bayern Munich. Barca menarik mundur Neymar dan messi untuk menutup aliran bola bayern yang mengarah ke sisi sayap. Bersama ketiga gelandang lainnya Messi dan Neymar membentuk lapisan pertahanan di tengah lapangan.

Namun Bayern pun tidak kehabisan akal untuk membentuk pertahanan yang dibangun Barcelona ini. Pep memerintahkan Lahm yang berada di sisi kanan untuk bermain melebar sedangkan Schweini yang ada di sisi bergeser lebih ke tengah. Hal ini bertujuan untuk menggeser aliran bola Bayern yang lebih menitik  beratkan permainan ke sisi kanan. Schweini yang bergeser ke tengah di tambah Muller yang sedikit mundur akan memberikan ancaman ke dalam wilayah antara barisan pemain tengah dan pertahanan barcelona.

passing enjoy

Hal ini membuat Bayern berhasil menciptakan beberapa peluang di awal pertandingan. Aliran bola mereka berjalan mulus ke area pertahanan Barca. Hingga akhirnya, misi awal Pep pun berhasil, yaitu mencetak gol cepat di awal pertandingan. Melalui tendangan penjuru, Mahdi Benatia berhasil menyundul bola ke gawang Barcelona.

Namun, keberhasilan misi awal Pep ini akhirnya harus dirusak oleh kegagalan Bayern mempertahankan gawang tanpa kemasukan. Barcelona berhasil memanfaatkan kelemahan pertahanan Bayern yang bermain sangat rapat di tengah.

Untuk menghindari pemain Barcelona mengeluarkan kemampuan individunya, Bayern memang memainkan pertahanan yang sangat rapat. Sehingga tidak ada celah bagi Messi, Suarez, maupun Neymar untuk mengeluarkan aksi individunya. Barisan pertahanan dan gelandang Bayern berdiri rapat sehingga tidak ada ruang tercipta.

Namun lagi-lagi Bayern diperdaya oleh kecerdikan Messi. Tidak ada ruang di depan, Messi akhirnya bermain sedikit mundur keluar dari area yang ramai dengan pemain Bayern. Dari posisi yang tanpa pengawalan tersebut, Messi menjadi memiliki keleluasaan untuk melepaskan operan ke depan. Kecerdikan Suarez yang melihat ruang kosong di belakang garis pertahanan Bayern pun berhasil membuat Bayern mencetak gol ke gawang Bayern Munich.

Dengan kondisi ini, Bayern pun dalam kondisi yang sangat sulit. Mereka harus unggul dengan selirih 4 gol jika ingin lolos ke babak final. Dengan ditambah gol kedua Neymar, maka kini Bayern harus berhasil mencetak 5 gol di babak kedua. Namun misi berat ini lagi-lagi harus menghadapi hadangan dengan permainan cemerlang yang dilakukan oleh kiper Barcelona, Ter Stegen. Berbagai peluang Bayern digagalkan Stegen yang membuat Bayern masih gagal memperkecil ketertinggalan.

Blunder Kecil Luis Enrique di Babak Kedua

Di babak kedua, Barcelona harus mengganti Luis Suarez yang mengalami masalah dengan betisnya. Pedro Rodriguez pun masuk menggantikan pemain asal Uruguay ini. Pedro ditempatkan pada posisi sayap kanan yang membuat Messi mengisi posisi Suarez sebagai penyerang tengah.

Selain itu, Barcelona juga sedikit mengubah formasi gelandang mereka. Pada babak pertama Posisi tiga gelandang mereka menempatkan Sergio Busquet berdiri sedikit ke belakang untuk menjadi gelandang bertahan dan Rakitic serta Iniesta yang lebih ke depan. Sedangkan pada babak kedua, Rakitic ditarik ke belakang untuk menjadi gelandang bertahan bersama Busquet.

Tujuannya tentu saja untuk membuat pertahanan Barcelona yang sudah unggul menjadi lebih rapat dengan adanya tambahan satu gelandang bertahan. Namun apa yang terjadi di lapangan ternyata justru berkebalikan dengan harapan tersebut. Pertahanan Barcelona menjadi lebih longgar hingga menyebabkan Bayern berhasil memperkecil ketinggalan hingga 2 gol.

Perubahan yang dilakukan Luis Enrique di babak kedua menggeser Messi menjadi penyerang tengah. Hal ini membuat Messi berada jauh di depan hingga sejajar dengan garis pertahanan Bayern Munich. Sedangkan di kanan Pedro lebih bermain melebar, tidak seperti Messi pada babak pertama yang sering bergeser ke tengah. Kondisi ini membuat Iniesta yang tinggal seorang di sebagai gelandang serang harus mengisi ruang yang sangat luas. Padahal, di area tersebut, Bayer memiliki 3 pemain, Xabi Alonso, Thiago Alcantara, dan Sebastian Rode yang masuk menggantikan Philip Lahm.

Dampaknya kemudian cukup fatal bagi Barcelona. Bayern kini bisa langsung mengalirkan bola melalui tengah lapangan. Meski Barca memiliki dua gelandang bertahan yang melapisi 4 pemain bertahan, Bayern masih bisa menembus dengan mengumpulkan pemainnya di tengah. Bayern pun berhasil mencuri 2 gol dengan mengalirkan bola dari tengah langsung ke depan.

Melihat hal ini, Luis Enrique pun tidak tinggal diam. Messi kembali digeser ke sisi kanan dan Pedro menempati posisi penyerang tengah. Ditambah lagi, Enrique mengganti Rakitic dengan Jeremy Mathieu untuk mengisi posisi bek tengah. Pergantian ini membuat gelandang bertahan Barcelona kini diisi oleh Mascherano dan Busquet.

Perubahan yang dilakukan Enrique berhasil membuat permasalahan yang terjadi pada babak kedua terselesaikan. Bayern tidak lagi bisa dengan leluasa mengalirkan bola dari tengah hingga mereka kesulitan untuk mengejar ketinggalan. Bayern pun akhirnya tidak bisa menambah gol dan skor akhir pertandingan tetap 3-2 untuk keunggulan Bayern. Hanya saja, Barcelona unggul dengan agregat 5-3 sehingga membuat mereka lolos ke final Liga Champions 2015.

Sumber gambar: bbc.com

Komentar