Kerusuhan Derby Turin dan Totalitas Kelas Pekerja Torino

Cerita

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Kerusuhan Derby Turin dan Totalitas Kelas Pekerja Torino

Juventus datang ke Stadion Olimpico, kandang Torino, dengan maksud memperkecil jarak mereka menuju scudetto Serie-A. Tentunya Si Nyonya Tua, julukan Juventus, akan semakin dekat dengan gelar juara musim ini jika berhasil mengalahkan Torino. Dengan tambahan 3 poin, jarak mereka  dengan Lazio di peringkat ke dua akan menjadi 17 poin. Juventus berada di puncak klasemen dengan poin 73 sementara Lazio di peringkat kedua dengan 59 poin. Dengan hanya menyisakan 6 pertandingan hingga akhir musim tentu akan sangat sulit bagi Lazio untuk bisa menyusul Juventus.

Akan tetapi rencana Juventus tidak berjalan mulus karena harus berakhir kekalahan dengan skor 2-1 oleh tuan rumah Torino. Keunggulan yang dicetak gelandang Juventus Andrea Pirlo melalui tendangan bebas cantik dibalas dua gol pemain Torino yakni Matteo Darmian dan Fabio Quagliarella yang menunda pesta Si Nyonya Tua (La Vechia Signora). Kemenangan Torino atas Juventus pun merupakan yang pertama sejak April 1995 dalam kurun waktu sekitar 20 tahun lamanya

Selain atas nama rivalitas Kota Turin, kemenangan 2-1 Torino atas Juventus tersebut patut dipersembahkan kepada sang legenda yakni Gigi Meroni. Tapi tentang gol dan pertandingan Derby Turin sempat memanas gara-gara perayaan mencetak gol ala Enzo Maresca.

Suporter Torino sepertinya memang sudah sejak awal tidak rela markasnya dijadikan pesta pembuka bagi gelar juara Juventus musim ini. Sejak awal mereka sudah tidak menyambut tamunya dengan hangat. Bus Juventus yang baru datang ke Stadion Olimpico dilempari berbagai benda seperti batu, botol, telur sampai kembang api yang meluncur ke bagian bawah kendaraan tersebut dan menimbulkan ledakan. Beruntung tidak ada satupun awak Si Nyonya Tua tidak ada yang terluka walau satu kaca bus pecah. Akibat dari insiden ini satu ultras Torino diamankan pihak keamanan pertandingan.


2806DB4700000578-0-image-a-27_1430060745369


Insiden pelemparan suporter Torino kepada bus Juventus tidak bisa diterima para pendukung Si Nyonya Tua begitu saja. Sesaat sebelum kick-off dari arah tribun suporter Juventus melemparkan sebuah bom kertas ke arah tribun primavera yang ditempati para suporter Torino.


Pelemparan bom kertas dari suporter Si Nyonya Tua ke bangku plastik kubu suporter Si Banteng sampai pecahan ledakan plastik itu menyebabkan 11 suporter Torino sebagai tuan rumah terluka. Bahkan dua di antaranya harus dibawa ke rumah sakit Kota Turin karena terluka cukup serius.


"Ini adalah episode menyedihkan dari kekerasan yang serius," cetus Direktur Olahraga Juventus Bepp Marotta kepada La Repubblica.





Sebagaimana persaingan dua tim sekota, persaingan Juventus dengan Torino memiliki emosi tersendiri. Perbedaan kualitas kedua tim yang kini terlampau jauh tidak membuat persaingan kedua tim melunak. Juventus yang kini menjadi salah satu tim terbaik di Serie A, dan Torino masih berkutat di papan bawah klasemen tetap membuat kedua kesebelasan bersaing kuat. 


Sejarah persaingan antara Si Banteng dengan Si Nyonya Tua dipercik ketika berdirinya Torino pada 1906. Saat itu para pengurus Juventus ikut andil dalam pembentukan Football Club Torinese (nama sebelum Torino), termasuk Alfredo Dick sebagai penyandang dana terbesar sekaligus mantan Presiden Juventus. Berdirinya Torino sebagai salah satu pesaing Juventus di Kota Turin mendapat dukungan dari kelas pekerja di Kota kawasan Italia bagian utara tersebut.


Namun, para suporter Si Banteng dicap sebagai suporter yang buruk karena cerewet kepada pihak kesebelasan dan selalu memberikan ancaman pada setiap kesempatan yang bisa mereka lakukan. Salah satunya keitka Serie-A 1992 para suporter Torino melakukan kerusuhan di jalanan Kota Turin, memboikot pertandingan kandang musim selanjutnya karena berbagai pemain bintang Si Banteng harus dijual.


Persepsi tersebut berbeda dengan Si Nyonya Tua yang memiliki citra pendukung lebih borjuis dengan citra elegan karena memiliki banyak penggemar dari berbagai macam daerah di Italia. Hal ini kemudian menjadi salah satu alasan persaingan antara para suporter Juventus dengan Torino. Sentimen antar-kelas yang menjadi bumbu pergesekan karena status sosial masyarakat kepada kemajuan prestasi kesebelasan sepakbola.


Walau dari segi sosial dan ekonomi para suporter Torino lebih rendah, namun tidak menjadi alasan bagi mereka untuk tidak mendukung Si Banteng semaksimal mungkin. Para suporter Torino tidak berpikir dua kali memberikan dukungan kendati bertandang ke daerah Italia Tengah maupun Selatan sekaligus yang harus menempuh jarak berkilo-kilo meter.

Loyalitas kepada kesebelasan kecil juga ditunjukan oleh Ultras Livorno yang terdiri dari banyaknya gerakan sayap kiri, berbeda dengan kesebelasan-kesebelasan Italia lainnya yang umumnya mengantu sayap kanan.

Maka jika anda seorang pendukung salah satu kesebelasan Italia bagian selatan, cobalah untuk memperhatikan ketika sedang menjamu Torino. Lihatlah ke arah tribun suporter tamu yang selalu dihadiri suporter Si Banteng dengan suara dukungan yang keras. Eksistensi tersebut sebagai bukti jika suporter kelas pekerja pun rela merogoh kocek sedalam mungkin untuk membeli tiket kesebelasan kesayangannya.

Komentar