Chicharito yang Hanya Ingin Menjadi Manusia Seutuhnya

Cerita

by Redaksi 46

Redaksi 46

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Chicharito yang Hanya Ingin Menjadi Manusia Seutuhnya

Javier Hernandez Balcazar atau yang karib disapa “Chicharito” adalah pesepakbola yang berbeda dari kebanyakan. Ia adalah seorang Katholik yang taat. Ia juga seorang pria yang setia dan tak gemar gonta ganti pasangan. Chicharito adalah seorang yang menyayangi keluarga kecilnya yang ia boyong dari Meksiko.

Di atas lapangan, Chicharito juga pemain yang langka. Ia tidak banyak bersentuhan dengan bola. Meski perannya dianggap tidak begitu penting, tapi gol demi gol tetap ia lesakkan ke gawang lawan. Ini pula barangkali yang menjadi pertimbangan Louis van Gaal untuk tidak melepasnya secara permanen ke Real Madrid.

Terbaru, ia mencetak satu-satunya gol yang membawa  Real Madrid melenggang ke babak semifinal Liga Champions musim ini. Namun, gol yang ia cetak memperlihatkan kalau sebenarnya tidak perlu kemampuan istimewa untuk bisa mencetak gol. Apa yang ia lakukan semalam “hanyalah” menjaga ruang dan membiarkan Ronaldo memberi assist kepadanya.

Sekilas apa yang dilakukan Chicharito tidaklah istimewa. Semua pemainpun seharusnya bisa mencetak gol apabila berada dalam kondisi yang sama. Namun, tidak semua pemain bisa menciptakan “kondisi” sama seperti yang biasa dilakukan Chicharito.

Lahir di Guadalajara, Chicharito adalah kebanggaan masyarakat Meksiko. Mereka nyatanya menanamkan harapan yang besar terhadap pemain yang nyatanya penurut dan pendiam itu.

Baca juga: Real Madrid Buat Chicharito Tampil Lebih Keren

Anak yang Baik

Salah seorang yang mendidik Chicharito hingga saat ini adalah kakeknya, Thomas. Ia yang menanamkan nilai-nilai kesederhanaan pada diri Chicharito. Dikutip dalam buku biografi Chicharito yang ditulis oleh Frank Worrall, Thomas menyatakan bahwa ia tak yakin kalau ada orang lain yang lebih berdedikasi ketimbang cucunya itu.

“Dia tidak pernah minum alkohol, bahkan setetes pun. Dia tidak pernah bangun hingga tengah malam dengan alasan apapun. Dia adalah anak yang pendiam. Dia 100 persen profesional,” kata Thomas, “Di Manchester mungkin ada orang yang berusaha mengubahnya, tapi jika mereka meninggalkannya dan membiarkannya hidup dengan caranya sendiri, dia akan baik-baik saja.”

Dalam biografi tersebut, Worrall menyebut Chicharito tidak lagi mengejar ambisi seperti yang dilakukan pesepakbola lain. Chicharito hanya berusaha untuk menjadi manusia seutuhnya. Worrall menggambarkan Chicharito sebagai sosok yang tenang dan ramah.

Keluarga Pesepakbola

Salah satu momen yang paling dikenang pada Piala Dunia 1970 adalah pertandingan Brasil menghadapi Inggris. Kala itu, penyelamatan Gordon Banks yang menepis tandukan Pele disebut-sebut sebagai “Saves of the Century”.

Thomas dan ayah Chicharito, Javier, hadir dalam pertandingan yang penuh dengan sajian teknik tersebut. Pertandingan tersebut digelar di Estadio Jalisco, Guadalajara, tempat mereka tinggal. Di tempat yang sama pula, Chicharito tumbuh dan mulai belajar menjadi seorang pria dewasa di Chivas Guadalajara.

Guadalajara merupakan kota dengan penduduk yang gila bola. Javier bahkan sudah memberikan bola sepak bagi Chicharito sejak usianya masih 10 bulan. Javier dan istrinya, Sopapilla, menyadari kalau bakat sepakbola keluarganya menurun pada Chicharito.

Thomas adalah pemain Chivas Guadalajara yang juga bermain untuk kesebelasan negara Meksiko pada Piala Dunia 1954. Sementara Javier merupakan pemain Estudiantes yang 28 kali bermain untuk kesebelasan negara Meksiko.

Baca juga Rahasia Chicharito Menjadi Seorang Poacher

Tubuh yang Kecil

Dengan pengalaman, bakat, serta insting yang mereka miliki, Chicharito kecil sudah diajak bermain dan berlatih sepakbola oleh ayahnya. Letaknya bukan di lapang sepakbola, melainkan di tanah tak bertuan, di pinggir Bandara Guadalajara. Tiap usai sekolah, Chicharito dan Javier berlatih sepakbola di sana, mulai dari cara menggiring bola, hingga memberikan umpan.

Latihan tersebut juga disaksikan kakeknya, Thomas. “Kami menggunakan lahan di depan bandara dan kami bermain sepakbola. Dia bermain bersama kami, orang-orang tua, dan dia melakukan sliding tackle untuk merebut bola. Kami melihat dia mencintai sepakbola karena dia telah disapih sejak masih dalam keranjang bayi,” tutur Thomas.

Meski yakin dengan segala bakat dan kemampuannya, tapi Javier masih menyimpan kekhawatiran yang besar pada anaknya tersebut. Chicharito tidak memiliki tubuh yang tinggi dan besar seperti pesepakbola lainnya. Ia takut kalau gara-gara alasan itu, Chicharito gagal memberikan kesan kepada kesebelasan yang akan merekrutnya.

Namun, karena alasan itu pulalah Chicharito amat mengandalkan bakatnya dalam bermain sepakbola. Dengan postur yang tidak menjulang, ia harus memanfaatkan instingnya untuk mencari ruang, dan memaksimalkan setiap peluang yang ia dapat.

“Aku tidak pernah berpikir kalau ia benar-benar akan menjadi pemain profesional,” kata Javier, “Kami tidak pernah berpikir kalau ia bermain di divisi satu. Lalu, sedikit demi sedikit ia bertambah dewasa dan ketika ia berusia 15 tahun, kami melihat perubahan pada dirinya.”

Dengan segala yang dimilikinya, Chicharito adalah pesepakbola yang berbeda. Dengan tinggi 175 sentimeter, ia lebih banyak beroperasi tanpa bola di dalam kotak penalti. Chicharito mampu memancing bek lawan untuk turun lebih jauh, yang membuatnya memiliki ruang mencetak gol. Karena Chicharito memanglah berbeda.

Sumber: Buku Biografi Chicharito karya Frank Worrall

Sumber gambar: 101greatgoals.com

Komentar