Menjadi Tentara Bayaran karena Ketidakpastian

Cerita

by Redaksi 46

Redaksi 46

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Menjadi Tentara Bayaran karena Ketidakpastian

Pesepakbola masa kini tak ubahnya seperti tentara bayaran. Tempat mereka berlabuh lebih dimotivasi uang, ketimbang prestasi. Pemain one-club man macam Ryan Giggs, Paul Scholes, Paolo Maldini, Carles Puyol, Jamie Carragher, Gary Neville, hingga Bob Paisley, akan sulit ditemui pada masa sekarang ini.

Pengacara FA, John Blavo, dalam tulisannya di Independent, menyatakan bahwa umumnya pesepakbola top terletak di satu tempat antara dua pilihan. Pertama, mereka yang bermain karena kecintaannya pada sepakbola dan kesebelasan, dan kedua, pesepakbola yang hanya mengejar bayaran yang lebih besar.

“Rata-rata gaji di Premier League pada dasarnya sekitar dua juta pounds tiap tahun. Selain itu, insentif atas kesuksesan juga terhitung besar; lolos ke UEFA Champions League bisa menghasilkan bonus antara 15 sampai 40 persen dari gaji dasar, yang berarti menambah sekitar 300-800 ribu pounds,” tulis Blavo.

Berdasarkan rilis The Telegraph pada November 2014, rata-rata gaji pemain di Premier League mencapai 2,3 juta pounds, dan ini merupakan yang tertinggi di era Premier League. Artinya, rata-rata pesepakbola mendapatkan 43 ribu pounds setiap pekannya.

Blavo, yang sering menjadi penasehat sejumlah pesepakbola Inggris, memaparkan bahwa bonus yang diterima oleh para pemain jauh lebih kompleks dari apa yang dibayangkan. Mereka kini tak lagi menggunakan ukuran gol, assist, ataupun clean sheet, melainkan jumlah umpan yang sukses! Namun, Blavo menggarisbawahi bahwa bonus ini tergantung dari bagaimana agen mereka bernegosiasi.

Terdapat tiga tahapan karir pemain yang memengaruhi jenis dan besaran nilai kontrak mereka. Pertama, saat usia mereka masih 20-an, biasanya mereka akan mendapat kontrak dengan durasi lima tahun. Kedua, saat menginjak 25-an, durasi kontrak masih akan sama panjangnya walau dibutuhkan sedikit negosiasi terutama jika sang pemain belum menunjukkan peningkatan permainan. Ketiga, saat mencapai 30-an, maksimal sang pemain akan dikontrak tiga sampai musim saja.

Pemain dengan rentang usia 23-25 rata-rata akan mulai berpikir untuk mengejar jumlah gaji yang lebih besar. Gareth Bale masih berusia 24 tahun saat ia pindah ke Real Madrid dengan nilai transfer 85 juta pounds. Pun dengan Cristiano Ronaldo. Di usia yang sama, Ronaldo pun pindah ke Madrid dengan nilai 80 juta pounds.

Sama halnya dengan James Rodriguez yang ditransfer 63 juta pounds dari AS Monaco ke Real Madrid saat masih berusia 23 tahun. Artinya ada tiga pemain dengan usia dalam rentang 23-25 yang masuk dalam 10 pemain termahal; dan dua di antaranya merupakan yang termahal pertama dan kedua. Jika rentang usia dilebarkan menjadi 23-26 tahun, maka Angel Di Maria serta Edinson Cavani pun masuk ke dalam daftar tersebut.

Kecenderungan ini semakin memperlihatkan bagaimana pesepakbola tidak lagi berhitung soal sukses atau tidaknya mereka di satu kesebelasan. Pindah ke Real Madrid adalah satu keniscayaan mimpi-mimpi pesepakbola. Namun, melihat para pemain bintang yang pindah ke Madrid, adakah di antara mereka yang kembali meraih kesuksesan di kesebelasan setelahnya?

Banyak yang tidak setuju Gareth Bale dihargai begitu mahal oleh Madrid. Penampilannya di Tottenham Hotspur memang cemerlang. Namun, rasanya masih butuh satu atau dua musim pembuktian Bale untuk bisa dihargai begitu mahal oleh Madrid.

Lain cerita jika pemain tersebut adalah Cristiano Ronaldo yang sudah berpengalaman menggenggam prestasi bersama Manchester United. Ia sudah mengantongi gelar juara liga, Piala FA, Piala Carling, Community Shield, Liga Champions, Piala Super Eropa, hingga FIFA Club World Cup.

Sama halnya dengan Rodriguez. Ia bisa tampil cemerlang bersama kesebelasan negara Kolombia saat menempati pos sebagai gelandang serang, maupun sayap kiri dalam pola 4-2-3-1. Ini yang membuat Rodriguez pada awalnya sulit untuk beradaptasi di Real Madrid yang menggunakan 4-3-3 dengan tiga gelandang yang beroperasi di tengah. Pos sayap kiri sudah mutlak milik Ronaldo, sayap kanan pun dihuni Bale. Mau tidak mau Rodriguez ditempatkan sebagai gelandang yang beroperasi di kiri. Ia pun tidak menampilkan potensi terbaiknya di awal musim ini. Bale yang biasa beroperasi di kiri pun harus “mengalah” dengan bermain di kanan.

Penghasilan pesepakbola top bisa disandingkan dengan senior manager dari perusahaan besar yang digaji sekitar 75 ribu pounds setiap pekan. Bedanya, di sepakbola tidak ada jenjang karir yang jelas. Seorang pemain dapat turun dan naik dengan cepat. Soal penghasilan, sepakbola adalah tentang ketidakpastian. Maka, jangan heran jika banyak pesepakbola yang pindah dengan mudahnya atas dasar uang, bukan karena kecintaan.

Wajar jika di masa kini, sepakbola tak lagi menghadirkan emosi karena para pemain hanya tampil atas alasan money. Karena cinta yang hakiki adalah kesetiaan suporter yang sejati.

Sumber: zimbio.com

Komentar