Analisis Pertandingan Indonesia vs Myanmar

Analisis

by Ardy Nurhadi Shufi

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Analisis Pertandingan Indonesia vs Myanmar

Setelah menjamu Kamerun, kesebelasan nasional Indonesia kembali menjalanii laga uji tanding internasional. Kembali berlaga di Stadion Gelora Delta, Sidoarjo, lawan yang dihadapi Boaz Salossa cs kali ini adalah skuat asuhan Radjoko Avramovic, Myanmar.

Pelatih timnas, Benny Dollo, menurunkan susunan pemain yang agak berbeda pada laga ini. Raphael Maitimo, Bayu Gatra dan Ferdinan Sinaga bermain sejak menit pertama. Sementara bek asal Kamerun yang baru dinaturalisasi, Bio Paulin,menjalani laga debutnya.

Coach Bendol kembali menggunakan formasi yang sama, 4-3-3, dengan laga sebelumnya. Boaz ditempatkan sebagai gelandang serang di belakang penyerang tunggal. Hanya saja duet double pivot pada laga ini adalah Maitimo dan Hariono, memarkir I Gede Sukadana.

Menghadapi lawan selevel Indonesia memainkan permainan menyerang. Aliran bola dengan tempo cepat diperagakan sejak menit pertama. Untuk menembus lini pertahanan Myanmar, serangan cepat melalui sisi kanan menjadi pilihan Bendol. Maitimo yang bermain sebagai gelandang pun kerapkali terlihat naik hingga kotak penalti.

Tapi Bayu Gatra menjadi pemain yang terlihat paling sibuk pada 25 menit pertama. Ia berhasil merepotkan lini pertahanan Myanmar dengan kecepatan dan kemampuan dribbling yang dimilikinya. Hanya saja umpan silang yang didistribusikannya ke kotak penalti belum berhasil dimanfaatkan dengan baik oleh Zulham Zamrun, Boaz, maupun Ferdinand.

Namun strategi yang dipilih Bendol terlalu mengandalkan umpan-umpan silang. Padahal beberapa kali umpan pendek di depan kotak penalti berhasil menembus lini pertahanan Myanmar dan menghasilkan peluang matang. Salah satunya adalah peluang Ferdinand yang bekerja sama dengan Boaz di dalam kotak penalti.

Ferdinand sendiri mencatatkan setidaknya lima attempts, empat di antaranya mengenai sasaran sasaran. Namun tak ada satupun gol berhasil yang berhasil dilesakannya. Seperti biasa, penyelesaian akhir kembali menjadi persoalan.

Lini pertahanan Indonesia sendiri bukan tanpa celah pada laga ini. Myanmar memeragakan umpan-umpan pendek cepat hingga ke kotak penalti. Dan ini cukup merepotkan lini pertahanan Indonesia. Namun Victor Igbonefo dan Bio Paulin masih cukup tangguh di jantung pertahanan.

Para pemain tengah dan bek sayap Indonesia memang seringkali melakukan tekel agresif dengan memberikan tekanan pada pemain Myanmar yang menguasai bola. Hasilnya, celah di lini pertahanan pun terbuka sehingga bola serangan Myanmar seringkali mencapai kotak penalti Indonesia.

Pada babak kedua, Bendol ingin skuatnya lebih sering menguasai bola. Para pemain depan pan diinstruksikan langsung memberikan tekanan pada pemain Myanmar sejak menguasai bola di lini pertahanannya sendiri.

Inilah yang menyebabkan Myanmar mulai kesulitan memainkan skema permainan mereka pada babak pertama. Para pemain bertahan Myanmar yang menguasai bola tak bisa leluasa membangun serangan dari belakang. Distribusi bola ke lini depan pun mulai terhambat.

Untuk terus mengempur lini pertahanan Myanmar, Bendol pun menggunakan formas 4-4-2. Formasi 4-4-2 ini sejatinya telah digunakan Bendol sejak babak pertama, ketika Gonzales masuk menggantikan Boaz. Gonzales diduetkan dengan Ferdinand di lini depan.

Karenanya Hariono dan Maitimo mendapatkan tugas ganda pada babak kedua. Selain harus menjadi pemutus serangan, keduanya pun diwajibkan menjadi penyuplai bola ke lini depan. Umpan-umpan terobosan dari tengah ini menjadi upaya Bendol untuk memperbesar peluang Indonesia mencetak gol. Karenanya, Hariono digantikan oleh Sukadana agar aliran bola lebih efektif.

Bendol pun sepertinya menginstruksikan Hasyim Kipuw lebih rajin melakukan overlap pada babak kedua. Karena umpan silang Bayu Gatra pada babak pertama belum menghasilkan gol, Kipuw pun menjadi alternatif pemain yang mengirimkan umpan silang ke kotak penalti.

Indonesia sendiri akhirnya mampu menciptakan dua gol pada laga ini. Namun hanya satu gol yang tercipta melalui skema matang. Bayu Gatra yang mendapatkan umpan terobosan dari Kipuw, memberikan umpan silang pada Zulham. Sontekan Zulham sebenarnya mengarah ke pinggir gawang. Beruntung ada Maitimo yang membelokkan bola.

Bagaimana dengan gol kedua? Gol kedua terjadi karena blunder pemain belakang Myanmar. Alih-alih menyapu bola, pemain belakang Myanmar justru memberikan bola pada Gonzales di depan kotak penalti. Tanpa ampun Gonzales melepaskan tembakan keras yang menghujam gawang Myanmar.

Meski mendominasi pertandingan dan memiliki banyak peluang, permainan Indonesia belum bisa dibilang istimewa. Serangan yang dilancarkan masih terlihat sporadis dan tergesa-gesa. Penyelesaian akhir yang buruk melengkapi performa Indonesia kali ini.

Myanmar, meski terus mendapatkan serangan dari Indonesia, beberapa kali mampu keluar dari tekanan dengan umpan-umpan pendek yang rasanya lebih enak dilihat. Tengok bagaimana Myanmar melesakkan satu golnya melalui David Tan. Umpan pendek dari kanan ke tengah, lalu sedikit penetrasi ke kotak penalti dan melepaskan sepakan terukur.

Hasil 2-1 memang berhasil diamankan Indonesia hingga akhir pertandingan. Namun kemenangan ini menyisakan banyak catatan bagi tim pelatih timnas Indonesia sebelum menjalani babak kualifikasi Piala Asia dan Piala Dunia pada Juni nanti. Khususnya dalam hal mengorganisir serangan yang lebih baik.

Komentar