80 Detik yang Membedakan Kane dan Akinfeev

Berita

by Redaksi 46

Redaksi 46

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

80 Detik yang Membedakan Kane dan Akinfeev

Baru 79 detik masuk ke dalam lapangan, Harry Kane sudah membuat semua orang bersorak. Gol yang ia cetak membawa suka cita yang luar biasa bagi Kane dan penggemar sepakbola Inggris. Di belahan dunia lain, baru beberapa detik menginjakkan kaki di lapangan, Igor Akinfeev meringis kesakitan.

Pertandingan antara Montenegro menghadapi Rusia pada babak kualifikasi Piala Eropa 2016 harus dihentikan. Keributan antarpemain dan antarpenonton membuat wasit asal Jerman, Deniz Aytekin, menginstruksikan para pemain untuk masuk kembali ke ruang ganti pada menit ke-69.

Atmosfer stadion di Podgorica memang sudah panas sejak awal. Suporter Montenegro dan Rusia tak henti bernyanyi. Di antara mereka ada membentangkan spanduk dan menyalakan suar (flare). Suar tersebut pula yang dilemparkan penonton di sektor pendukung Montenegro yang mengarah tepat ke bagian kepala belakang Akinfeev.

Kiper kelahiran 1986 tersebut langsung memegangi pundak dan bagian kepalanya. Ia terjatuh dan wasit langsung menghentikan pertandingan. Rupanya, suar tersebut sempat membakar rambut kiper CSKA Moscow tersebut.

Petugas kesehatan pun bertindak cepat. Mereka menggotong Akinfeev dengan tandu, dan segera dibawa ke rumah sakit di ibukota Montenegro. Ofisial Rusia sempat mempertanyakan keputusan wasit yang melanjutkan pertandingan. Padahal, penonton sempat menyalakan suar yang melanggar aturan UEFA.

Pertandingan grup G babak kualifikasi Piala Eropa 2016 akhirnya dilanjutkan setelah ditunda selama 33 menit. Saat turun minum, sempat terjadi diskusi apakah pertandingan akan ditunda atau tetap dilanjutkan.

“Ofisial berkata pada kami untuk terus lanjut setelah jeda babak pertama, jadi kami melakukannya,” tutur pelatih Rusia, Fabio Capello, seperti dikutip Goal, “Keputusan untuk menunda pertandingan setelah insiden yang kedua adalah keputusan yang tepat.”

Pada babak kedua, wasit memberikan tendangan penalti yang dianggap kontroversial oleh para pemain Montenegro. Namun, algojo Rusia, Roman Shirokov, gagal menuntaskan tugasnya setelah bola tendanganya berhasil ditepis kiper Montenegro, Bukasin Poleksics.

Setelah tendangan penalti, tiba-tiba saja pemain dari kedua kesebelasan bergumul di pinggir lapangan. Sepertinya ada upaya provokasi dari para pemain Montenegro yang mengejek kegagalan penalti tersebut. Penonton pun turut aktif memanaskan situasi dengan melemparkan benda ke lapangan. Setelah ditunda selama 18 menit, wasit pun memutuskan untuk menghentikan pertandingan.

Bagi kedua negara, pertandingan malam tadi amat penting karena keduanya berada di peringkat ketiga dan keempat dengan poin lima dari empat pertandingan. Puncak pimpinan grup G masih dipegang oleh Austria dengan poin 13, yang dibuntuti Swedia dengan sembilan poin hasil lima kali bertanding.

Sementara itu, Pelatih Montenegro, Branko Brnovic, sudah tidak tahu harus mengatakan apa lagi. Pikirannya sudah mengawang-awang soal kemungkinan terburuk di mana UEFA menghukum Montenegro tidak bisa tampil di turnamen internasional dalam jangka waktu yang lama.

“Saya meminta maaf pada pemain Rusia dan staf untuk semua hal yang telah terjadi. Para pemain semuanya putus asa, dan mereka sudah kehabisan kata-kata. Saya tidak tahu apa yang harus dikatakan setelah kejadian ini,” tutur Brnovic seperti dikutip Dailymail.


Akinfeev yang langsung dibawa ke rumah sakit. (Sumber: bbc.co.uk)

Kekhawatiran Brnovic memang memiliki dasar. Presiden UEFA, Michel Platini, tiga hari sebelumnya sudah menghimbau bagi anggota UEFA untuk menumpas rasisme, match fixing, dan kekerasan.

Sebelumnya, pada Oktober lalu, pertandingan antara Serbia menghadapi Albania pun harus dihentikan. Pasalnya ada bendera besar Greater Albania yang diterbangkan lewat drone dari tribun, yang memancing kemarahan pemain dan penonton. Ini membuat para pemain Albania harus berlarian menyelamatkan diri dari lemparan para penonton ke ruang ganti.

Sebulan setelah kejadian tersebut, kali ini giliran penggemar Kroasia yang melempar suar ke arah lapangan. Kala itu, kesebelasan Kroasia berhasil menahan imbang 1-1 kala menghadapi Italia di Milan. Ini membuat pertandingan sempat ditunda hingga 10 menit pada babak kedua.

Ditundanya pertandingan Montenegro menghadapi Rusia sebenarnya menjadi tamparan sendiri bagi UEFA. Di tengah keinginan UEFA untuk menambah jumlah wakil Eropa di Piala Dunia, pergumulan antarpemain, maupun perkelahian antar penonton yang menggangu jalannya pertandingan, masih tetap terjadi.

Lolosnya suar dalam pertandingan Italia menghadapi Kroasia maupun Montenegro menghadapi Rusia patut mendapat pertanyaan. Tingkat keamanan untuk pertandingan setingkat kualifikasi Piala Eropa seharusnya bisa jauh lebih baik dari itu. Ini juga meningkatkan kekhawatiran bagi kesebelasan yang akan bertanding di wilayah UEFA karena ancaman kekerasan dari penonton masih potensial.

Akinfeev dan Kane barangkali sama-sama terkejut atas apa yang terjadi selama puluhan detik saat mereka masuk lapangan. Kane berhasil memanaskan suasana Stadion Wembley karena gol tersebut merupakan gol pertamanya dalam pertandingan debutnya bersama kesebelasan Inggris. Sementara itu, Akinfeev juga merasakan kepanasan karena suar yang membakar bagian belakang kepala dan rambutnya.

Kane diprediksi akan menjadi penyerang utama di lini serang Inggris suatu saat nanti. Dengan catatan gol yang terus bertambah setiap pertandingan, Kane diharapkan mampu menjadi pengganti Wayne Rooney.

Sumber gambar: espnfc.com

Komentar