Efek Domino Kegagalan Man City di UCL

Cerita

by Ardy Nurhadi Shufi

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Efek Domino Kegagalan Man City di UCL

Manchester City lagi-lagi gagal melenggang ke babak perempat final Liga Champions. Sama seperti musim sebelumnya,The Citizens kembali disingkirkan oleh raksasa asal Spanyol, Barcelona. Agregat skor 3-1 menjadi hasil akhir pertemuan keduanya pada musim ini.

Dengan kegagalan ini, tampaknya akan terjadi efek domino dalam tubuh Manchester City. Karena pencapaian yang sama dan dikalahkan oleh kesebelasan yang sama, seolah menunjukkan jika kekuatan City tak banyak berubah meski menjadi juara Liga Primer pada musim lalu.

Lantas apa saja kemungkinan yang bisa terjadi di tubuh Manchester City setelah dikalahkan Barcelona yang membuatnya tersingkir dari Liga Champions?

Pergantian Manajer

Saat menghadapi Barca tengah pekan lalu, City sebenarnya tampil hampir dengan kekuatan penuh. Satu-satunya pemain yang tak bisa diturunkan sang manajer, Manuel Pellegrini, hanya Gael Clichy yang terkena akumulasi kartu.

Maka sejatinya, Pellegrini memainkan pemain terbaiknya pada laga ini. Sergio Aguero yang mengemas 17 gol di Liga Primer menjadi ujung tombak. Lini tengah pun dihuni oleh Samir Nasri, David Silva, dan Yaya Toure. Posisi Clichy sendiri digantikan oleh pemain sepadan, Aleksandr Kolarov.

Tapi hasil negatif tetap diraih Aguero cs. Hasil ini tentunya membuat sang manajer, Pellegrini, mendapatkan sorotan. Artinya, Pellegrini tak mampu meracik strategi yang tepat untuk menaklukkan Barca. Eks manajer Malaga ini pun tak belajar dari pertemuan musim sebelumnya di mana musim 2013-2014 pun City disingkirkan oleh Barcelona di babak 16 besar.

Pertaruhan kursi manajer City pun akan ditentukan melalui hasil akhir Liga Inggris. Saat ini, City berada di peringkat dua dengan selisih enam poin. Jika gagal meraih trofi Liga Primer, otomatis City akan tanpa gelar musim ini, mengingat City tak lagi berlaga di Piala Liga dan Piala FA setelah disingkirkan Newcastle United dan Middlesbrough.

Berhasil membawa City menjadi juara Liga Inggris pada musim lalu tampaknya tak akan menjadi ‘nyawa’ tambahan bagi Pellegrini untuk tetap menukangi City pada musim depan. Tengok saja dengan apa yang dialami oleh Roberto Mancini, manajer City sebelum Pellegrini.

Mancini berhasil menjuarai Liga Inggris pada musim 2011-2012. Namun manajer asal Italia tersebut didepak pada musim berikutnya meski berhasil finish di urutan kedua di Liga Primer dan mencapai babak final Piala FA. Tak satupun trofi diraih menjadi penyebab utama Mancini dipecat pada akhir musim 2012-2013.

Baca juga editorial tentang Manchester City, Juara Cita Rasa Asing

Oleh karena itu, nasib Pellegrini pun tengah berada di ujung tanduk. Apalagi dengan rentetan hasil negatif dalam beberapa laga terakhir. Dalam 12 pertandingan yang dijalani selama tahun 2015, City hanya menorehkan tiga kemenangan dan tiga kali imbang. Terbaru, City baru saja dikalahkan Burnley yang baru promosi musim ini.

Pellegrini tentunya patut disalahkan jika City nir gelar pada musim ini. Padahal ia telah menghabiskan 86 juta poundsterling untuk mendatangkan sejumlah pemain anyar. Salah satunya adalah Eliaquim Mangala yang memecahkan rekor bek termahal Liga Primer dengan 35 juta pounds dari Porto.

Ia pun sempat memperkuat skuatnya pada bursa transfer musim dingin. Wilfried Bony yang mencetak sembilan gol dan tiga asist bersama Swansea City, didatangkan dengan nilai transfer 28 juta pounds. Namun hingga saat ini, Bony belum mencetak satu gol pun bagi Citizen.

Maka jangan heran jika pada akhirnya Pellegrini akan bernasib serupa dengan Mancini: dipecat setelah membawa juara pada musim sebelumnya.

Hengkangnya Sejumlah Pemain Bintang

Belajar dari pengalaman Mancini, ketika City tak mendapatkan satu pun trofi, pada musim berikutnya City akan gila-gilaan pada bursa transfer musim panas. Sejumlah pemain baru yang didatangkan akan berbanding lurus dengan jumlah pemain yang angkat kaki.

Mancini yang menukangi City sejak 2009, terus mendatangkan pemain anyar setiap memasuki musim yang baru. Pada musim perdananya, lebih dari 120 juta pounds digelontorkan City untuk mendapatkan, di antaranya,Emmanuel Adebayor, Carlos Tevez, Kolo Toure, dan masih banyak lagi. Musim berikutnya, lebih dari 150 juta pounds dikeluarkan untuk menggaet Edin Dzeko, Yaya Toure, David Silva, Mario Balotelli, Jerome Boateng, dan lain-lain. Sampai pada akhirnya City menjadi juara musim 2011-2012 setelah berhasil mendatangkan Sergio Aguero, Gael Clichy dan Samir Nasri pada awal musim.

Baca juga Manchester City, Kesebelasan dengan Gaji Tertinggi di Dunia

Datangnya pemain berkualitas tentunya akan membuat sejumlah pemain dilego. Bahkan para pemain anyar yang gagal mempersembahkan gelar kembali dijual pada musim berikutnya. Sebut saja Balotelli, Adebayor, dan Boateng.

Setelah menjadi juara, City lebih berhemat saat bursa transfer. Pada musim 2012-2013, musim di mana Mancini dipecat City, 54 juta pound adalah total transfer yang dikeluarkan City pada musim tersebut, jauh lebih kecil dari tiga musim sebelumnya.

Hal ini kembali terjadi pada era Pellegrini. Untuk menghadirkan trofi, Pellegrini sangat gencar dalam bursa transfer. Untuk mendatangkan Fernandinho, Stefan Jovetic, Alvaro Negredo, dan Jesus Navas, sekitar 100 juta pounds digelontorkan manajemen City.

Untuk menyeimbangkan skuat, beberapa pemain menjadi korban. Pada awal kepemimpinan Pellegrini, nama-nama beken seperti Tevez, Douglas Maicon, Wayne Bridge, dan Kolo Toure harus hengkang ke kesebelasan lain agar bisa bermain reguler.

Pada awal musim ini pun demikian. Meski tak banyak melakukan transfer pada awal musim, beberapa pemain bintang pun tetap harus menjadi korban. Gareth Barry, Javi Garcia, Jack Rodwell, dan Joleon Lescott menjadi pemain yang tersingkirkan.

Maka pada musim depan pun sejumlah pemain bintang akan hengkang untuk menyeimbangkan skuat baru City. Apalagi jika melihat tren di atas, setelah gagal juara, City akan jor-joran belanja pemain pada bursa transfer musim panas ini.

Dzeko dan Jovetic yang tak mendapatkan kesempatan bermain yang banyak, apalagi Bony menjadi pesaing baru di lini depan, tampaknya akan menjadi dua pemain terdepan yang akan hengkang pada musim depan. Pun begitu dengan Sagna yang tak mendapatkan tempat utama di posisi bek kanan karena Pablo Zabaleta begitu tak tergantikan.

Yaya Toure pun bisa saja akan benar-benar hengkang pada akhir musim nanti. Sejak dirinya kecewa pada awal musim lantaran tak ada staff dan pemain City tak memberikan ucapan selamat saat dirinya ulang tahun, isu kepindahan Yaya terus datang silih berganti. Tanpa trofi, Yaya bisa saja akan mencari pelabuhan baru untuknya melanjutkan karir yang lebih menjanjikan, ke Paris Saint-Germain misalnya.

yayatoure
Akankah musim ini menjadi musim terakhir Yaya Toure di Ettihad Stadium? (via: mirror.co.uk)

***


Dengan tersingkirnya Manchester City dari Liga Champions, hampir dapat dipastikan City akan kembali tanpa gelar. Memang masih ada kesempatan meraih trofi Liga Inggris. Namun dengan gagalnya Chelsea di Liga Champions pun akan membuat skuat asuhan Jose Mourinho ini habis-habisan mempertahankan puncak klasemen.

Maka jika dirunut, kegagalan City di Liga Champions ini akan memperbesar kemungkinan Pellegrini didepak. Kemudian, sejumlah pemain dari daftar nama ini: Dzeko, Jovetic, Yaya, dan Sagna, terpaksa hengkang di akhir musim. Ujungnya, kenihilan prestasi ini akan membuat para pendukung City tak bisa lagi meledek kesebelasan lain, bahkan ‘tetangga sebelah’ sekalipun.

foto: espnfc.com

Komentar