Ketika Politik Pengaruhi Final Copa Del Rey 2015

Cerita

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Ketika Politik Pengaruhi Final Copa Del Rey 2015

Pertarungan Final Copa Del Rey sudah ditentukan. Partai puncak ini mempertemukan Atletic Bilbao dengan Barcelona. Bilbao mengalahkan Espanyol dengan agregat 3-1, sementara Barcelona menaklukan Villareal dengan agregat 6-2.

Akan tetapi di sisi lain kedua kesebelasan tersebut masih belum menemukan tempat dimana harus melangsungkan pertandingan. Pasalnya Real Madrid secara terang-terangan menolak pemakaian Stadion Bernabeu dipakai tempat final.

Secara umum pihak Madrid beralasan jika partai 31 Mei dini hari mendatang bisa menghambat konstruksi stadion. Alasan yang sama dengan dua tahun sebelumnya.

Pada tahun 2012 silam kubu El Real menolak final Copa Del Rey yang mempertemukan kesebelasan yang sama (Barcelona vs Atletico), dengan alasan perbaikan Bernabeu. Maka laga final pun dipindah ke Vicente Calderon, kandang Atletico Madrid.

Selain soal konstruksi Stadion, masalah keamanan juga dijadikan alasan Madrid. Pihak Los Blancos, julukan lain Madrid, takut jika adanya kerusuhan dan tidak akan memberikan izin pertandingan di Bernabeu.

Kubu Madrid juga beralasan jika markasnya akan dipakai untuk pertandingan tim Castilla milik mereka.

Namun usut punya usut rupanya alasan-alasan yang diberikan Madrid tidaklah rasional. Apalagi jika mengingat pada final Copa Del Rey 2013 digelar di Bernabeu.

Mendekati kebenaran jika tidak keluarnya izin pertandingan karena Madrid tidak ingin melihat Barcelona juara di stadion kebanggannya.

Memang seperti yang diketahui jika kedua kesebelasan tersebut memiliki rivalitas sangat tinggi. Permusuhan yang tidak hanya berdasarkan sepakbola saja, melainkan juga faktor politik.

Seperti yang diketahui jika Barcelona berasal dari Catalunya dan bertentangan dengan pemimpin Spanyol secara de facto dari 1939 sampai 1975, Jendral Francisco Franco.

Tidak hanya Catalunya, begitu juga dengan Basque, basis daerah Bilbao, sama-sama berpihak kepada kaum loyalis republik pada perang saudara tahun 1936-1939.

Perang saudara merupakan konflik antara kaum Nasionalis yang dipimpin Jendral Franco. Pada pertempuran yang berlangsung dari 17 Juli 1936 sampai 1 April 1939 itu mengalahkan kaum loyalis dari republik Spanyol kedua.

Maka bukan tanpa alasan jika Franco tidak memberikan hati kepada Catalunya dan Basque tak terkecuali dalam sepakbola. Baik Catalunya atau Basque memiliki teritorial dan kebudayaan berbeda dengan Spanyol yang berbasis di Kota Madrid.

Cerita terkait Franco sang diktator Spanyol

Cerita Lain Penindasan Franco Terhadap Barcelona dan Atletic Bilbao

Tak Ada Diktator Franco, Maka Tak Ada â??La Decimaâ?

Saat Diktator Franco Mencoba Hapus Sejarah Lewat Televisi




Hingga sekarang keberpihakan pun masih berlangsung. Publik Catalunya terus-terusan berkampanye tentang kemerdekaan yang benar-benar hakiki yaitu terlepas dari Spanyol. Pada 9 November 2014 pihak Catalunya membatalkan referendum merdeka dari Spanyol.

Batalnya rencana referendum tersebut karena pemerintahan regional masih harus konsultasi dengan warga. Pasalnya sekitar 20% warga masih belum setuju dengan pelepasan Catalunya dari Spanyol.

Pihak Basque pun menginginkan daerahnya lepas dari bawah kepemerintahan negeri matador ini. Pasalnya referendum yang dibuat dari pihak Basque dianggap tidak resmi oleh pemerintah Spanyol.

Atas tuntutan-tuntutan pemerintahan otonomi tersebutlah sentimen politik selalu dibawa-bawa ke ranah sepakbola. Akibatnya seperti penempatan tempat final Copa Del Rey yang menjadi abu-abu akibat Madrid menolak Bernabeu sebagai sarana calon juara bagi Barcelona dan Atletico.

Pemindahan lokasi itu pun mengundang reaksi dari salah satu partai di Basque. Presiden Partai Nasionalis Basque (PNV) Andoni Ortuzar buka suara di Stadion Radio Basque bernama Euskadi.

"Tampaknya (presiden Madrid) yang memiliki seluruh Spanyol. Ini memalukan bahwa ia dapat memutuskan dimana pertandingan final dimainkan. Ini kerugian bagi mereka. Mereka lebih bertekad tidak melihat Basque atau Catalunya juara," imbuhnya seperti yang dikutip Marca.

Kedua kesebelasan di final tersebut saat ini tengah menuggu hasil pertemuan dengan Federasi Sepakbola Spanyol. Pertemuan akan membahas masalah terkait pada 25 Maret mendatang dan rencananya melibatkan Florentino Perez Presiden Madrid.

Kubu Blaugrana nantinya akan diwakili oleh sang presiden, Josep Maria Bartomeu, dan wakil direktur, Albert Soler. Sedangkan Bilbao akan diwakili oleh sang presiden, Josu Urrutia.

Dimanapun laga akan digelar, hal itu tidak dipermasalahkan gelandang Barcelona, Rafinha. Dirinya mengatakan jika ia siap main Stadion manapun.

"Penolakan pihak Real Madrid itu hal wajar. aku juga berpikir Barcelona tidak ingin Real Madrid main di Camp Nou," cetusnya.

Untuk sementara kabar yang berhembus adalah partai final akan digelar di Stadion Mestalla Valencia. Jika tempat tersebut sudah dipastikan, maka kemungkinan atmosfer final Copa Del Rey 2012 di Vicente Calderon akan terulang.

Saat itu suporter Barcelona dan Athletic sempat meledek lagu kebangsaan Spanyol yang dikumandangkan sebelum laga. Termasuk dengan beberapa simbol-simbol Catalunya dan Basque yang mendominasi seisi tribun. Mungkin hal tersebut yang ditakutkan kubu Madrid jika itu terjadi di Bernabeu.



Foto dari : Marca

Komentar