Que Sera Sera Aston Villa dan Suporter yang Bosan dengan Liga Primer

Cerita

by Ammar Mildandaru Pratama

Ammar Mildandaru Pratama

mildandaru@panditfootball.com

Que Sera Sera Aston Villa dan Suporter yang Bosan dengan Liga Primer

Ada yang berbeda di Villa Park pada kemarin malam, stadion tak henti-hentinya bergemuruh dan semua orang terlihat sedang berpesta. Memang sedang ada pertandingan pada saat itu, tetapi sebenarnya sebuah pertandingan yang biasa saja. Perempat final FA Cup yang mempertemukan pemilik stadion yakni Aston Villa melawan West Bromwich Albion.

Tetapi bagi pendukung Aston Villa ini adalah laga yang sangat istimewa. Musim ini Ron Vlaar dkk sedang dalam posisi yang sulit, terancam turun ke Championship. Di tabel klasemen mereka hanya berada satu strip di atas zona degradasi, terpaut 3 poin dari pesaing di bawahnya QPR. Dari total 28 pertandingan yang dijalani, The Villans hanya mampu mencatatkan 6 kemenangan dan sudah 15 kali takluk dari lawannya.

Maka kompetisi FA Cup menjadi salah satu harapan bagi mereka untuk berbicara banyak musim ini. Apalagi lawan yang dihadapi adalah WBA, kesebelasan yang tidak terlalu istimewa. Aston Villa juga mempunyai modal bagus karena berhasil mengalahkan lawannya tersebut di ajang Liga Primer tengah pekan lalu.

"Ini adalah salah satu atmosfer terbaik yang saya pernah dengar di Villa Park untuk waktu yang sangat lama. Tim Sherwood pasti akan menyiapkan pemainnya untuk ini. Dapatkah mereka mengulangi apa yang mereka lakukan di tengah pekan kemarin?" bunyi penyiar radio BBC menggambarkan betapa hebatnya atmosfer stadion sebelum laga dimulai.

Benar saja, atmosfer stadion yang dahsyat sepertinya mempengaruhi para anak asuh Tim Sherwood tersebut. Mereka bermain dominan di babak pertama, tetapi sayangnya sulit untuk menciptakan peluang. Hanya mampu melesatkan 2 tembakan ke gawang sedangkan sang tamu 5 kali. Skor masih imbang 0-0 hingga turun minum.

Selepas jeda, tuan rumah sanggup memperbaiki permainannya. Lima belas menit kemudian stadion Villa Park bergetar setelah serangan balik cepat yang dilakukan membuahkan hasil. Berakselerasi dari sisi kanan, Charles N'Zogbia melepaskan umpan ke tengah kepada Fabian Delph yang berdiri tak terkawal. Sepakannya kemudian gagal dihalau oleh kiper WBA, 1-0 untuk tuan rumah.

polisi

Pemain yang juga menjabat kapten tim tersebut berlari ke arah tribun merayakannya bersama penonton. Beberapa sampai ikut turun ke lapangan tetapi situasi mudah dikendalikan oleh petugas keamanan.Pertandingan semakin seru dan bahkan memanas, WBA kemudian harus bermain dengan 10 orang pada menit 80 setelah Claudio Yacob menerima kartu merah.

Aston Villa mampu memanfaatkan keunggulan jumlah pemain dengan sangat baik. Pada menit 85 melalui skema serangan balik, Jack Grealish mengirim umpan ke Scott Sinclair dari tengah lapangan. Ia berlari tanpa mendapat banyak tekanan dari bek WBA yang hampir seluruhnya maju ke depan. Penyerang berusia 25 tahun tersebut kemudian menempatkan bola dengan menembak melengkung ke pojok kanan gawang. Gol ini membuat suasana stadion yang memang sudah ramai menjadi semakin pecah.

gol sinclair

Penonton mulai banyak yang ikut merayakan gol dengan turun ke lapangan. Jumlahnya bahkan jauh lebih banyak dari gol pertama tadi. Perayaan ini menjadi pemicu suporter lainnya untuk mengikutinya, tidak sampai ada kerusuhan memang tetapi suasana mulai sulit dikendalikan. Penonton yang berada di tribun mulai berdiri dan merangsek ke depan seolah tidak sabar untuk segera "terjun" ke lapangan. Nyanyian pun semakin kencang terdengar di Villa Park:

QUE SERA SERA

WHATEVER WILL BE WILL BE

WE'RE GOING TO WEMBLEY,

QUE SERA SERA

Memasuki 5 menit waktu tambahan yang diberikan wasit, pihak keamanan sempat kecolongan lagi. Kejadian ini dipicu oleh kartu kuning kedua yang menimpa Grealish pada menit 92. Beberapa penonton di salah satu tribun turun ke pinggir lapangan sembari meneriaki wasit. Lagi-lagi hal ini memicu penonton lainnya bertindak yang sama, akhirnya dari beberapa penjuru penonton mulai masuk ke tengah lapangan. Menunda pertandingan yang sebenarnya hampir usai tersebut sekitar 2 menit.

Puncaknya tentu saat wasit Anthony Tailor meniupkan peluit panjang tanda akhir pertandingan. Hampir seluruh penonton di tribun tingkat bawah berlari menghampiri pemain merayakan kemenangan tersebut.



**

Kejadian di atas membuat Aston Villa terancam mendapat hukuman berat dari FA. Beberapa pihak juga mengecam tindakan tadi sebagai aksi barbar yang sering dilakukan sepakbola Inggris pada periode 80-an. Apalagi ini adalah pertandingan yang bisa dibilang biasa saja, hanya perempat final Piala FA seperti yang telah disebutkan sebelumnya.

Hal ini juga sesuatu yang tidak lumrah terjadi di sepakbola Inggris belakangan setelah munculnya era Liga Primer. Aston Villa sendiri juga kesebelasan yang penuh dengan tradisi, pernah menjuarai Eropa dan belum pernah terdegradasi. Sehingga para suporter seharusnya sadar hal demikian. Serta jika menonton pertandingan semalam atau melihat video dan foto-foto yang ada, para suporter yang masuk juga dari berbagai kalangan termasuk perempuan dan anak-anak.

Masuk ke lapangan saat akhir pertandingan sampai batas tertentu masih dapat dimaklumi, apalagi melihat latar belakang Aston Villa musim ini. Tetapi merusuh saat pertandingan sedang berjalan dan mengganggu jalannya permainan adalah sesuatu yang aneh. Seperti yang kita ketahui, ketertiban penonton adalah salah satu elemen penting industri sepakbola modern.

Penonton di stadion mulai dibiasakan untuk taat kepada aturan yang semakin lama semakin ketat dan banyak jumlahnya. Seolah para suporter yang bergembira tadi sudah sangat bosan dengan embel-embel yang barang kali membuat mereka tidak lagi nyaman. Sepakbola Inggris sendiri berkembang karena erat kaitannya dengan para buruh. Para pekerja sangat membantu karena mereka adalah basis suporter terbesar awalnya. Industri sepakbola membuat tradisi mereka semakin lama terkikis

Di Inggris bibit-bibit ini sudah mulai terlihat, saat pada pertandingan klub-klub besar seperti Chelsea atau Manchester United lebih banyak turis ketimbang penduduk lokal. Penduduk lokal, yang dulunya duduk di sektor yang sama dengan orang-orang yang mereka kenal, rekan-rekan kerja atau para tetangganya, kini harus terbiasa menemui wajah-wajah asing yang tak dikenal. Kursi-kursi di stadion mulai disesaki oleh para turis yang berlagak seperti konsumen.

Perayaan semalam barangkali adalah salah satu puncak kebosanan mereka terhadap hal tadi. Maka wajar kemudian mereka berperilaku yang disebut barbar tadi, karena mungkin saja dengan cara demikian mereka lebih bahagia.

bahagia aston villa

Komentar