Arti Penting Kepemilikan Kesebelasan di Italia

Cerita

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Arti Penting Kepemilikan Kesebelasan di Italia

Presiden AC Milan, Silvio Berlusconi, sempat berencana menjual 30% saham miliknya. Ini dilakukan agar keuangan AC Milan bisa lebih stabil. Dana 150-250 juta Euro diharapkan bisa didapat dari hasil penjualan saham ini. Sebagian dari uang tersebut akan digunakan untuk pembangunan stadion baru yang diperkirakan menghabiskan 300-320 juta Euro.

Berlusconi sempat menawarkan pada Qatar Investment Authority (QIA) dan Gazprom, perusahaan gas Rusia. Penawaran mengerucut menuju nama pertama karena juga dibantu sponsornya Fly Emirates.

Sempat dikabarkan jika Direktur AC Milan, Barbara Berlusconi, terbang ke Uni Emirat Arab, ditemani Fly Emirates. Pertemuan itu tak lain untuk membicarakan prospek Milan mencari investasi di Timur Tengah. Lalu, muncul juga nama Bee Taechaubol, investor asal Thailand, yang siap mengajukan dana sebesar 1 miliar Euro.

Kondisi keuangan Milan memang tengah terguncang. Kondisi ini diawali dengan penjualan dua bintangnya Thiago Silva dan Zlatan Ibrahimovic. Keduanya dijual ke Paris Saint-Germain dengan harga 65 juta euro, untuk menutupi defisit keuangan mereka pada musim 2012/2013.

Terakhir, I Rossoneri rela menjual bus pemain mereka pada Januari 2015 silam, untuk bisa menghemat 200-300 ribu euro permusim dari penjualan bus tersebut.

Dinasti Kepemilikan di Italia

Akan tetapi belakangan pihak Berlusconi sendiri malah mengeras dan bertentangan dengan keinginan awalnya. Keterangan Fininvest, perusahaan yang menaungi AC Milan, menyatakan penolakan Berlusconi untuk menjual saham ke pihak luar.

"Meski berbagai pihak telah menunjukan minat dalam kerjasama dengan Fininvest, Fininvest dengan tegas menyangkal keberadaan neogoisasi, apalagi menulis perjanjian pra-kontrak atau pertemuan yang menentukan dalam agenda," tulis pernyataan yang dirilis Berlusconi seperti yang dikutip Football Italia.

Memang, pastinya cukup sulit bagi Berlusconi untuk melepas kepemilikan yang sudah ia miliki sejak 1986. Apalagi, kesebelasan-kesebelasan Italia, memiliki tradisi yang kuat soal jabatan sebagai presiden kesebelasan.

Setiap kesebelasan dimiliki oleh ikatan kekeluargaan yang kuat, bahkan mirip seperti dinasti. Juventus akrab dengan marga Agnelli, juga AS Roma dengan Sensi, pun Inter dengan Morattinya; meskipun Roma dan Inter pada akhirnya dijual ke investor asing.

Selain atas nama kedaerahan, presiden kesebelasan di Italia memiliki karir menjanjikan secara modal sosial-politik. Seperti Berlusconi yang memimpin partai Forza Italia, yang dimanfaatkannya untuk mendukung kiprahnya di pemerintahan.

Mungkin saja Berlusconi ingin mewariskan AC Milan kepada Barbara, atau anak-anak lainnya seperti Marina, Pier Silvio, Eleonara atau Luigi; seperti halnya Franco Sensi yang mewariskan AS Roma kepada Rosella Sensi. Akan tetapi, seiring dengan Roma yang terus terlilit utang kepada bank, juga prestasi kesebelasan yang selalu berkutat di papan tengah, maka akhirnya Giallorrossi pun dijual ke investor asing, kendati terasa berat.

Baca juga: Mengenal Sculi, Mafia yang Menyaru Jadi Pesepakbola

Mafia Napoli dan Maradona

Tentang Juventus, Calciopoli, dan Wajah Buruk Sepakbola Italia


Dirongrong Krisis Finansial

Ya, memang serangan finansial yang terus menyerang, membuat kesebelasan tidak selamanya harus dipertahankan. Jika defisit keuangan terus merongrong, melepaskan saham merupakan salah satu jalan terbaik. Milan merupakan sedikit di antara kesebelasan yang mengalami krisis di Serie-A. Kesebelasan lain? Tidak sedikti yang tenggelam karena masalah keuangan.

Sejak dekade 2000-an, terhitung empat kesebelasan sudah bangkrut. Fiorentina menyerah di tahun 2002, disusul Napoli dua tahun berikutnya. Pada pertengahan 2014, dua kesebelasan dari serie-B dinyatakan bangkrut. AC Siena dan Padova Calcio gulung tikar akibat utang yang terus melanda mereka.

Siena lebih tragis. Selain utang sponsor utama mereka, Banca Montepaschi, terlibat skandal finansial, semua kesebelasan yang bangkrut tersebut, harus rela berkiprah di Serie-D, divisi terendah di kompetisi sepakbola Italia.

Kini ada satu kesebelasan yang diperkirakan bakal mengikuti jejak rekam pendahulunya: Parma FC. Kesebelasan kuning-biru tersebut kini limbung karena tunggakan utang yang hingga 194 juta euro.

Utang yang menggunung adalah mimpi buruk kesebelasan-kesebelasan Italia saat ini. Mereka harus mati-matian mendongkrak keuangan kesebelasan. Jangankan untuk melunasi, kesebelasan seperti Parma saja harus mencuci seragamnya oleh pemain sendiri.

Memang, kebijakan Federasi Sepakbola Italia (FIGC) sempat menyulitkan beberapa kesebelasan, salah satunya adalah anjuran bagi setiap klub untuk meningkatkan keamanan stadion. Pemerintah Italia dan FIGC, sempat menutup stadion-stadion Italia yang dianggap di bawah standar, mengingat kerusuhan-kerusuhan dan hal-hal diskriminatif sering terjadi.

Bahkan, FIGC sempat menegaskan cuma enam stadion yang aman dipakai pertandingan: Renzo Barbera (Palermo), Giuseppe Meazza/San Siro (Milan), Olimpico (Roma), Artemio Franchi (Siena), Olimpico Grande (Turin), dan Luigi Ferraris (Genoa). Sejak anjuran pada 2007 tersebut, kesebelasan Italia lebih fokus meningkatkan kualitas stadion dengan dana dalam jumlah besar. Akibatnya, minat masyarakat untuk datang ke stadion semakin minim. Pemasukan tiket dari penonton pun semakin berkurang dan tidak cukup untuk menutupi defisit.

Seperti Parma yang memiliki Stadion Ennio Tardini dengan kapasitas 27.906 penonton. Akan tetapi, rata-rata paling banyak penonton yang datang, hanya berkisar 13 ribuan saja.

Arti kepemilikan klub bagi putra daerah Italia, memang sangat penting terkait tradisi dan kepentingan lainnya. Kendati keadaan finansial terus bertubi-tubi menyerang, sangat sulit untuk melepaskan klub yang dipimpin. Namun, beberapa perubahan perlu dilakukan, untuk mengembalikan kejayaan Serie-A.

Maka rasa-rasanya untuk menghindari keterpurukan, pemilik klub bisa mempertimbangkan untuk menjual saham miliknya. Terutama soal krisis keuangan yang pernah menghancurkan Fiorentina, Napoli, Padova, dan Siena.*

*bukan tidak mungkin Parma FC akan menyusul kemudian.


Baca juga: Menjaga Harapan Bangkitnya Liga Italia

Sepakbola Italia Tumbuh Lewat Krisis


Komentar