Sepakbola dari Ujung Dunia

Cerita

by Redaksi 41

Redaksi 41

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Sepakbola dari Ujung Dunia

Greenland merupakan negara kepulauan jajahan Denmark yang memiliki otonomi terbatas. Sejak 1979, kawasan yang berada di dekat Kutub Utara ini telah mencoba untuk mengembangkan otonomi yang lebih luas dan terus berusaha untuk diakui sebagai bangsa yang berdaulat. Salah satu cara yang mereka lakukan melalui olahraga.

Greenland kini telah mempunyai federasi olahraga Tae kwon-do, bulu tangkis, bola tangan, voli, dan tenis meja yang telah mendapatkan pengakuan penuh dari federasi internasional di bidang-bidang olahraga tersebut.

Namun, untuk sepakbola, mereka belum juga mendapatkan pengakuan dari FIFA. Karena FIFA berangapan Greenland tidak cukup hijau untuk menjadi salah satu bagian dari FIFA. Tim Eksekutif FIFA mengklaim jika rumput di sana tidak dapat tumbuh dengan baik. Cuaca juga menjadi pertimbangan untuk menggelar permainan atau untuk sekadar berlatih sepakbola. Atas dasar itulah FIFA tidak bisa menerima Greenland di keanggotaan FIFA.

Namun, Federasi Olahraga Greenland tetap mendapat dukungan penuh dari Konfederasi Olahraga Denmark dan Pemerintah Denmark untuk berupaya mencarikan cara agar dapat berafiliasi dengan federasi olahraga internasional.

Kami sempat menuliskan beberapa laporan mengenai sepakbola dari negeri-negeri "kurcaci". Simak beberapa di antaranya:

Lewat Gibraltar, Platini Tabuh Genderang Perang pada Spanyol

Kejutan dari Kepulauan Faroe


Federasi Grønlands Boldspil-Union, selaku federasi sepakbola Greenland, telah berdiri sejak  1971. Sedangkan kesebelasan sepakbola pertama di Greenland didirikan pada 1933. Greenlandic Championships menjadi turnamen pertama yang dibuat untuk mengelar kejuaraan sepakbola pada 1958 dan Coca-Cola GM menjadi sponsor utama turnamen tersebut.

Asosiasi Sepakbola Greenland menantang FIFA dengan memonopoli pertandingan internasional ketika mengorganisir pertandingan persahabatan melawan Tibet. Tujuannya, karena Greenland juga ingin memainkan pertandingan internasional tanpa dipaksa bergantung dengan Asosiasi Sepakbola Denmark. Selama ini, dalam banyak hal, Greenland merasa terisolasi dan ingin menampilkan diri sebagai negara kepulauan yang lebih dari sekadar bagian Denmark Commonwealth.

1301284_FULL-LND
Sumber gambar fifa.com

Dalam beberapa tahun terakhir, dengan rumput sintetis yang dibangun di Qaqortoq, membuat perkembangan sepakbola di sana terus melesat. Cuaca dingin menjadi terlupakan seiring ketekunan mereka untuk terus mengolah bola. Bahkan sangara (kesebelasan negara) Greenland telah bersaing di Kompetisi Island Games Bermuda sejak 1989.

Saat itu mereka tersingkir dari turnamen di babak semifinal, tetapi prestasi terus meningkat pesat dalam beberapa tahun terakhir. Mereka menempati posisi kedua di Island Games Bermuda edisi 2013, setelah kalah di final oleh Bermuda selaku tim tuan rumah yang telah menjadi anggota FIFA. Bermuda pun kini berada di peringkat 180 rangking FIFA. Prestasi seperti ini memperkuat impian sepakbola internasional Greenland untuk meraih tingkat yang lebih tinggi.

Sebelum itu Greenland juga berkompetisi di Piala Dunia alternatif pada tahun 2006, yang digelar kesebelasan asal Jerman, St. Pauli. Kejuaraan itupun digelar pada waktu yang bersamaan ketika di Piala Dunia 2006 versi FIFA. Kompetisi ini diberi nama Fifi Wild Cup, yang menampilkan tim seperti Northern Cyprus, Zanzibar, Gibraltar (sekarang telah menjadi anggota UEFA), Tibet dan Republik of St. Pauli. Sayangnya, Greenland tidak dapat berbuat banyak di turnamen ini. Mereka kalah 1-0 dari Northern Cyprus dan 2-4 dari Zanzibar.

Meskipun turnamen ini mendapat publikasi yang lumayan, tapi pada kenyataannya turnamen ini sepi penonton. Rata-rata jumlah penonton yang hadir hanya mencapai 400 orang. Barangkali itulah yang menyebabkan turnamen tersebut tak digelar lagi. Turnamen yang digelar pada 2006 itu menjadi yang pertama dan terakhir kalinya.

Tapi ada hal lain yang menyulitkan Greenland untuk masuk keanggotaan FIFA.  Di Greenland konstruksi tata kota yang menyulitkan, juga menjadi hal yang dipertimbangkan FIFA. Akses jalan untuk menuju berbagai tempat nyaris seperti tidak ada. Jalan-jalan terlalu kecil seiring rapatnya bangunan pemukiman warga. Dan ini akan menyulitkan negara-negara anggota FIFA andaikan ingin bertandang ke markas timnas Greenland.

Komentar