Kekacauan-kekacauan Babak 32 Besar Europa League

Berita

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Kekacauan-kekacauan Babak 32 Besar Europa League

Leg kedua babak 32 Besar Liga Eropa UEFA sudah terselesaikan. Sebanyak lima kesebelasan Italia berhasil lolos ke babak 16 besar yaitu Fiorentina, Inter Milan, AS Roma, Napoli dan Torino. Sedangkan kesebelasan dari Inggris tinggal menyisakan Everton. Setelah Tottenham Hotspurs dikalahkan Fiorentina dan Liverpool dikandaskan Besiktas.

Sementara Spanyol bisa lebih bernafas lega, setidaknya dibanding Inggris. Pasalnya mereka masih menyisakan dua kesebelasan, yaitu Sevilla dan Villareal, untuk mengulangi tradisi baik di kompetisi ini.

Akan tetapi hal menarik bukan hanya siapa saja yang lolos ke fase selanjutnya. Cerita-cerita mengenai ulah suporter di masing-masing wilayah mencuat sedemikian rupa di beberapa laga Babak 32 Besar ini. Pandit Football menemukan empat peristiwa menarik dari beberapa aksi liar suporter di Europa League.

Red Flare VS UEFA (Inter Milan VS Celtic)

26204CED00000578-2971358-image-a-7_1425000439020

Para suporter Celtic tengah dalam pengawasan UEFA. Pengawasan itu dilakukan setelah mereka menyalakan red flare (cerawat) ketika bertandang ke Dinamo Zagreb, Kamis (11/12/2014) lalu. Mereka mendapatkan denda sebesar 7300 poundsterling untuk kelakuan para suporter di Stadion Stadion Maksimir, Zagreb, tersebut.

Akan tetapi hukuman itu tak membuat mereka jera. Kemarin mereka lagi-lagi berulah dengan menyalakan cerawat di tribun San Siro. Pada laga yang berkesudahan 1-0 untuk tuan rumah itu, suporter tamu terus bernyanyi dan menyalakan semangat para pemainnya. Bahkan suporter tuan rumah memberikan tepuk tangan pada suporter Celtic. Bahkan, para suporter Inter menunggu para suporter Celtic keluar dari stadion dan kembali memberikan tepuk tangan mereka dan saling bertukar scarf.

Celtic tersingkir dari Liga Eropa UEFA karena kekalahan tipis ini. Di kandang sendiri mereka hanya bisa menahan seri Inter dengan skor 3-3.

Tapi cerawat yang dinyalakan di San Siro lagi-lagi menjadi sorotan UEFA. Kendati mendapatkan aplaus dari pendukung tuan rumah, toh ancaman denda kembali datang. Pihak Celtic sendiri agaknya merasa kesulitan karena ulah itu.

"Itu sangat mengecewakan," ujar Ronny Deila, pelatih Celtic. "Kita harus menyingkirkan ini (cerawat), itu tidak ada hubungannya dengan sepakbola. Para fans yang luar biasa hari ini, tapi sekali lagi mereka harus berperilaku dengan cara yang benar," sambungnya usai pertandingan

Kini The Hoops tinggal menunggu rilis terbaru dari UEFA hukuman apa lagi yang mesti mereka terima.

Teror di Hotel Liverpool (Besiktas VS Liverpool)

261F9F6E00000578-0-image-a-29_1424976996423

Rupanya betul dugaan John Adrige, bekas pemain Liverpool, bahwa kubu The Reds harus mewaspadai pendukung garis keras Besiktas.

Sebetulnya kekhawatirannya tersebut sudah terasa pada pertemuan leg pertama di Stadion Anfield. Saat itu, suara para suporter Besiktas justru lebih keras dan nyaring daripada suara para pendukung tuan rumah. Anfield yang selalu diklaim dengan penuh kebanggaan oleh para pendukung Liverpool sebagai kandang paling bising, ternyata bisa diimbangi oleh pendukung Besiktas yang saat itu hanya berstatus tuan rumah.

Lalu giliran anak asuh Brendan Rogers mengunjungi Istanbul di leg kedua Liga Eropa. Sambutan kepada Liverpool rupanya sudah terjadi sejak di malam sebelum pertandingan.

Di sebuah hotel di mana Jordan Henderson dkk., menginap, mereka sudah mendapatkan ucapan selamat datang. Ucapan itu berupa suara klakson mobil yang dibunyikan dengan sangat keras. Para pengemudi tiga sampai lima mobil tersebut, merupakan suporter Besiktas. Bahkan pada kunjungan pertamanya, mereka menyalakan klakson sambil menyalakan cerawat di jendela mobil mereka.

Para suporter melakukan itu sekitar lima kali, hingga kubu The Reds menghubungi kepolisian. Akhirnya para suporter Besiktas tersebut diamankan di depan hotel.

Pertandingan sendiri, menjadi kemenangan bagi Besiktas. Secara mengejutkan The Reds gugur karena kalah adu penalti. Terror berupa spanduk juga dilancarkan oleh para suporter Besiktas.

Suporter Turki yang memang terkenal dengan kegilaannya, lagi-lagi kali ini membuktikan nyalinya dalam meneror kesebelasan tamu.




Salah satu cerita menarik tentang sepakbola Turki adalah saat Fenerbahce dihukum hanya diperbolehkan ditonton anak-anak dan wanita. Suasana stadion bukannya berkurang tetapi justru lebih meriah dari biasanya, simak cerita lengkapnya di sini

Dynamo Kiev VS Guingamp

26218C3C00000578-0-image-a-23_1424993545788

Padahal Dynamo Kiev saat itu tengah unggul dua gol atas tamunya Guingamp, Prancis.Tapi itu tidak mengurungkan para suporter tuan rumah untuk berulah. Pertandingan mesti dihentikan sementara ketika Dynamo sedang di atas angin dengan skor 3-1. Para suporter Dynamo mulai menyerang para pemain Guingamp dan suporternya yang datang.

Aksi mereka memang coba dihentikan oleh petugas. Namun mereka malah dikeroyok para suporter Dynamo. Bahkan Olexandr Shovkovskiy, kiper Dinamo, harus turut campur untuk berusaha melerai.

Semantara itu pertandingan dihentikan hampir 15 menit. Para pemain Guingamp bersembunyi di lorong pemain hingga keadaan terkendali.

"Aku melihat perang di Stadion dengan anjing yang gila ingin berjuang berkelahi," geram Bertrand Desplat, Presiden Guingamp.

Feyenoord VS Roma

261F985600000578-2971083-image-a-17_1424988758225

Kerusuhan yang dilakukan suporter Feyenoord pada leg pertama Europa League di Kota Roma dikhawatirkan bakal terulang dengan eskalasi yang lebih gila.

Setibanya para suporter AS Roma di Rotterdam, mereka sudah digeledah kepolisian setempat. Sekitar 2.700 suporter Roma ditempatkan di sebuah pelabuhan bersejarah Rotterdam, jauh dari lokasi suporter Feyenoord berkumpul.

Akan tetapi tetap saja bentrokan terjadi. Diduga beberapa suporter Feyenoord menyusul ke lokasi berkumpulnya suporter Roma dan mereka pun dengan cepat terlibat perkelahian. Sebanyak lima suporter Roma dan 17 suporter Feyenoord ditahan di kantor polisi selama dua setengah jam. Sedangkan 83 suporter Roma lain tidak diperbolehkan masuk stadion.

Pasalnya selain ikut terlibat dalam berkelahi, mereka membawa petasan dan tidak mematuhi intruksi polisi. Ditemukan dua orang membawa pisau, namun tidak disebutkan dari pihak mana suporter yang membawa pisau itu. Ketika pertandingan berlangsung, dua kali penundaan pertandingan terjadi.

Pertama, ketika jelang babak pertama, balon-balon pisang dilemparkan dari tribun Feyenoord ke arah lapangan. Kedua, ketika Mitchell Te Vrede diberikan kartu merah oleh wasit. Lagi-lagi para suporter Feyenoord melemparkan berbagai barang ke lapangan. Dari botol minuman hingga potongan-potongan makanan.

Insiden tersebut disesali oleh Fred Rutten, Pelatih Feyenoord. "Itu tidak membantu klub, malah mengganggu Feyenoord. Sayang sekali itu bisa terjadi dan saya mendukung keputusan menghentikan pertandingan," ujarnya usai laga.

Kekecewaan Rutten juga bertambah karena kesebelasannya harus kalah 2-1. Sehingga hasil imbang di leg sebelumnya, terasa percuma karena kalah agregat 3-2.




Baca juga:

Saat Giordano Bruno Menertawai Perusuh dari Rotterdam


De Klassieker, Saat Suporter Ajax Bertempur vs Suporter Feyenoord


Rekam Jejak Kekerasan SCF, Hooligans Feyenoord



Komentar