Setelah Dortmund, Giliran Stuttgart Rasakan Kehangatan Tribun

Cerita

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Setelah Dortmund, Giliran Stuttgart Rasakan Kehangatan Tribun

Sewaktu Borussia Dortmund kalah 1-0 oleh Augsburg Kamis (05/02/15) lalu, momen mengharukan menyelimuti Signal Iduna Park. Para pemain Dortmund terutama Mats Hummels dan Roman Weidenfeller, menghampiri tribun penonton.

Mereka meminta maaf atas kekalahan yang terus berlanjut, menjerumuskan mereka di zona degradasi Bundesliga. Namun hingga pekan 22 ini, masa kritis Dortmund sementara sudah lewat.

Pasca momen mengharukan itu, mereka mampu bangkit dan mengalahkan Freiburg 3-0, juga Mainz dengan skor 4-2. Kemudian VfB Stuttgart menjadi korban berikutnya dipermalukan 2-3 di Mercedes Benz Arena, Sabtu (21/2/2015) dini hari.

Pertarungan berjalan begitu sengit di kandang Stuttgart saat itu. Pierre-Emerick Aubameyang membawa Dortmund unggul di menit ke-25. Lalu kedudukan menjadi sama kuat setelah penalti Florian Klein mengecoh Weidenfeller di ment ke-32. Gol IIkay Gundogan (menit ke-39) membuat babak pertama berakhir dengan skor 2-1 untuk keunggulan Dortmund.

Kemudian Stuttgart kembali kehilangan asa setelah Marco Reus memperbesar keunggulan Dortmund; dua menit sebelum waktu normal berakhir. Gol balasan Georg Niedermeier dua menit setelah gol Reus cukup menghibur dan meningkatkan optimisme, namun tak cukup untuk membawa Stuttgart meraih angka.

Kekalahan di hadapan sekitar 60 ribu penonton pun tidak terelakan. Stuttgart tertahandi  posisi paling buncit Bundesliga, dengan 18 poin dari 22 laga. Di atas Stuttgart ada Herta Berlin dan Freiburg, yang sama-sama memiliki 21 angka namun belum menjalani pertandingan mereka yang ke-22. Jika keduanya mampu meraih kemenangan pekan ini, Stuttgart akan semakin jauh tertinggal.

Atas raihan negatif tersebut, seluruh pemain Stuttgart ini tidak langsung meninggalkan lapangan; sebelum masuk ke ruang ganti, Christian Gentner dkk. menghampiri para suporter terlebih dahulu. Setiap pemain menyebar ke seluruh arah penonton untuk meminta maaf. Para suporter pun menyambut dengan hangat.

"Kekecewaan para fans secara alami dirasakan. Kami hanya bisa kembali bersama-sama keluar dari sana (degradasi)," ujar Florian Klein seperti yang dikutip Euro Sports.



Keterpurukan yang sedang dialami kesebelasan berjuluk The Swabians ini tentu bukanlah hal yang menyenangkan. Terlebih lagi mengingat bahwa delapan tahun lalu mereka adalah juara Bundesliga.

Stuttgart berdiri kokoh di puncak klasemen Bundesliga 2006/2007 dengan 70 poin. Unggul dua poin dari Schalke 04 dan empat angka dari Wender Bremen.

Saat itu kesebelasan raksasa Bayern Munich, hanya mampu menghuni peringkat empat. Bahkan VfL Wolfsburg (runner-up sementara Bundesliga musim ini) berada tipis di atas zona degradasi.

Dibawah tempaan Armin Veh, Stuttgart menjadi kesebelasan yang ditakuti. Dengan komposisi kesebelasan yang tidak tidak mahal Veh tetap memiliki trio maut: Kevin Kuranyi (15 gol), Mario Gomez (14 gol) dan Cacau (13 gol).

Penjaga yang menggawang mereka bukanlah orang sembarangan. Melainkan Timo Hildebrand, kiper ketiga Tim Nasional Jerman di Piala dunia 2006.Gawang Hildebrand dilapisi bek-bek yang tangguh seperti Fernando Meira, Ludovic Magnin, Fernando Meira, Arthur Boka dan Serdan Tasci. Lini tengah sendiri diisi Thomas Hitzlsperger, Sami Khedira, dan Daniel Bierofka.

Akan tetapi pada musim selanjutnya, Kevin Kuranyi malah pindah ke Schalke. Disusul juga oleh kepergian Hilderband ke Valencia. Faktor itu, disebut-sebut sebagai awal kemunduran Stuttgart.

Maka Mario Gomez harus berjuang di lini depan sendiri karena cedera menurunkan performa Cacau. Saat itu lini belakang juga melemah karena Raphael Schafer juga tidak sanggup menggantikan Hidlerbrand.

Kedatangan Yildiral Bastruk dan Ewerthon rupanya tak cukup untuk membawa Stuttgart mempertahankan juara Bundesliga. Mereka terlempar jauh dari posisi musim sebelumnya, yakni berada di peringkat enam. Musim lalu Stuttgart bahkan mengakhiri musim di peringkat 15.

Hingga kini The Swabians semakin kehilangan eksistensinya di Liga Jerman. Pascajuara, peringkat tiga (musim 2008/2009) adalah yang terbaik mereka raih hingga sekarang.

Setelah Dortmund, kini giliran Stuttgart yang merasakan kehangatan tulus dari tribun. Uniknya, Stuttgart mengalami ini dari kekalahan atas kesebelasan yang lebih dulu merasakannya.

Komentar