Beberapa Faktor yang Menyebabkan Persib Kalah Telak

Analisis

by Ardy Nurhadi Shufi

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Beberapa Faktor yang Menyebabkan Persib Kalah Telak

Persib Bandung harus mengubur dalam-dalam impiannya untuk berlaga di fase grup Liga Champions Asia. Menghadapi Ha Noi T&T pada babak penyisihan pertama, Pangeran Biru kalah telak dengan skor 4-0 sehingga langsung tersingkir dan terlempar ke kompetisi Asia lainnya yaitu AFC Cup.

Bermain di hadapan pendukungnya sendiri, Ha noi memang tampil perkasa. Lewat Gonzalo Marronkle dan Hoang Vu Samson, Ha Noi mampu memaksimalkan setiap peluang. Dan dua pemain inilah yang masing-masing mencetak dua gol.

Tak Bisa Mengantisipasi Serangan Sayap Ha Noi

Sebelum pertandingan, kami telah menuliskan bahwa Ha Noi memang mengandalkan kecepatan para pemain sayapnya, khususnya bek sayap. Pada laga ini pun demikian, serangan sayap Ha Noi begitu dominan sepanjang laga. Tiga dari empat gol yang tercipta pun bermula dari skema serangan sayap.

finalthirdhanoifull

Dua gol berasal dari area kiri, area milik Dias Angga, termasuk di antaranya pelanggaran yang dilakukan mantan pemain Pelita Bandung Raya ini di dalam kotak penalti. Sedangkan area kanan milik Supardi kecolongan sekali, tepatnya pada gol kedua.

Ini sebenarnya sudah diketahui oleh jajaran staf pelatih Persib. Kepada kami, Herrie Setiawan, asisten pelatih, menjelaskan bahwa mereka sudah mengantisipasi hal itu. Beberapa sesi latihan dilakukan untuk mencegah Hanoi mencetak gol lewat serangan dari sayap. "Kami sudah merancang bagaimana caranya agar lawan tidak bisa leluasa membuat umpan silang. Prinsipnya: cegah agar mereka tidak bisa mengirim umpan silang," ujar pelatih yang sempat bermain untuk Pelita Jaya ini.

Tapi rencana itu tak berjalan di lapangan. Apa penyebabnya?

Ini terjadi karena adanya ruang kosong di depan bek sayap Persib. Ketidakmampuan Atep dan M. Ridwan melakukan trackback membuat bek sayap seorang diri menghadapi serangan lawan yang masuk lewat sayap. Inilah yang membuat umpan silang berhasil dilepaskan dengan leluasa oleh para pemain Ha Noi.

Hal ini pun terjadi karena gelandang-gelandang Persib bermain terlalu merapat di tengah. Dedi Kusnandar dan M. Taufiq terlalu fokus untuk menjaga area depan kotak penalti, area milik Nguyen Van Quyet. Dengan begini, area sudut depan kotak penalti pun kerap tak terjaga. Tak heran Dias harus mengeluarkan tenaga ekstranya untuk menghadapi gempuran serangan sayap kanan seorang diri.

defense action persib babak 1

Namun pemilihan Dias sebagai sarter pun jelas patut dipertanyakan. Dari segi kualitas bertahan maupun menyerang, Dias masih kalah jauh dengan Tony Sucipto, starter bek kiri musim lalu. Belum lagi mantan Pelita Bandung raya ini belum memiliki jam terbang yang banyak alias belum berpengalaman. Terlalu berani tentunya mencadangkan pemain yang lebih berpengalaman dan lebih memiliki kualitas di level seperti ini.

Awalnya mungkin Persib mengharapkan Dias bisa melakukan apa yang dilakukan Supardi di sisi kanan. Tusukan-tusukannya ke lini pertahanan lawan diharapkan bisa menjadi alternatif serangan Persib yang memang terus mengalirkan bola ke sayap. Namun pemain berusia 25 tahun ini belum cukup memiliki kualitas menghadapi para pemain Ha Noi.

Terpancing Bermain Terbuka

Sejatinya Persib memainkan skema yang tepat pada laga ini. Mereka bermain sabar dan menunggu datangnya serangan pada menit-menit awal pertandingan. Sesuai yang kami prediksikan, Ha Noi akan kesulitan menembus pertahanan Persib jika kesebelasan asal Bandung ini sabar menunggu lawan di pertahanan sendiri dengan memasang dua garis pertahanan.

Dan itu memang terjadi. Ha Noi pun terlihat mencari-cari celah kosong pada lini pertahanan yang bermain rapat ini. Mereka sulit sekali menciptakan peluang. Sebelum pada akhirnya petaka hadir bagi Persib saat memasuki setengah jam pertandingan. Dias Angga melakukan pelanggaran di kotak terlarang sehingga wasit menunjuk titik putih. Kapten Ha Noi, Gonzalo, tak menyia-nyiakan peluang ini. Tendangan kerasnya menghujam kiri bawah kiper I Made Wirawan.

Babak pertama yang berkesudahan dengan skor 1-0 pun membuktikan bahwa skema bertahan Persib cukup menyulitkan Ha Noi. Terlebih gol yang diciptakan Ha Noi pada babak pertama diciptakan lewat tendangan penalti. Tentunya ini menunjukkan bahwa pertahanan Persib pada babak pertama cukup kuat meski terus menerus mendapat tekanan.

Namun semuanya berubah saat babak kedua baru berjalan dua menit. Ha Noi berhasil menerobos ke sisi kanan pertahanan Persib. Umpan silang diberikan pada Gonzalo di kotak penalti. Tingginya yang mencapai 191cm ini membuatnya memenangi duel. Akan tetapi sundulannya tersebut hanya menciptakan kemelut di depan gawang. Di sanalah Samson muncul menyambar bola.

Setelah gol ini, mental para pemain Persib mulai goyah. Ketinggalan dua gol membuat kesebelasan yang dipimpin oleh Emral Abus ini setengah-setengah dalam membangun tembok pertahanan. Sebagian pemain tetap menjaga kedalaman dan bermain sabar, namun beberapa pemain lain mulai melakukan tekel-tekel agresif agar segera merebut dan menguasai bola.

Para pemain Ha Noi pun memanfaatkan situasi ini dengan skill-skill individu yang mereka miliki. Babak kedua pun otomotis membuat mereka lebih mudah menembus pertahanan Persib. Lini tengah pun berhasil mereka kuasai meski terdapat tiga pemain Persib di sana, Konate-Dedi-Taufiq. Dua gol lain pun kemudian menyusul.

Lalu, mengapa para pemain Persib tak mampu menembus pertahanan Ha Noi? Bermain sabar pada babak pertama, skema serangan balik dipilih Persib untuk menembus pertahanan Ha Noi. Namun sayangnya, skema ini tak berjalan sesuai rencana. Serangan Persib mudah dipatahkan begitu saja oleh para pemain bertahan Ha Noi.

Atep dan M. Ridwan yang ditempatkan sebagai pemain sayap nyatanya tak bisa menjadi inisiator serangan balik Persib. Bahkan ketika hendak melakukan serangan balik, keduanya sering melakukan kesalahan-kesalahan mendasar sehingga bola dapat direbut lawan lalu kembali menekan lini pertahanan Persib.

Sebenarnya pemilihan M. Ridwan di sektor sayap kanan ini di luar rencana tim pelatih Persib. Seharusnya, sayap kanan ini diisi oleh Tantan, dan penyerang dihuni oleh Yandi Sofyan. Namun karena adanya kesalahan non teknis, ID Card Yandi berfoto Abdul Rahman, Yandi pun tak diperbolehkan tampil. M. Ridwan yang belum pulih benar dari cederanya pun akhirnya dipaksa bermain.

Ini problem administratif, kesalahan dan kekeliruan konyol yang tak perlu terjadi, dan terbukti berimbas pada aspek taktikal di lapangan. Ridwan belum terlalu fit untuk bermain 90 menit. Tidak heran jika Ridwan jarang sekali turun ke bawah melapis Supardi saat menghadapi serangan. Ini tidak akan terjadi jika Tantan bermain di sisi kanan. Pemain asal Lembang ini niscaya akan lebih gigih menyusuri garis tepi lapangan, baik saat menyerang maupun saat turun membantu pertahanan.

Maka tak heran serangan sayap Persib, baik kanan maupun kiri, tak mampu menandingi kokohnya pertahanan Ha Noi. Karena baik Atep dan Ridwan tak bisa membangun serangan dari sayap, sebagaimana serangan balik Persib selalu dimulai, Makan Konate dan Tantan pun praktis jarang mendapatkan suplai bola, khususnya pada babak pertama. (Lihat grafis di bawah).

final thirdpersib

Pada babak kedua memang lebih baik. Aksi-aksi Konate mulai terlihat. Persib memang mulai memainkan permainan terbuka untuk mengejar ketinggalan. Namun tentu saja permainan ini mengandung resiko kebobolan yang besar, maka tak heran tiga gol pun bersarang pada babak kedua.

Sejatinya Persib mendapatkan tendangan penalti tiga menit jelang waktu normal berakhir. Namun penalti yang dieksekusi oleh Konate ini berhasil digagalkan kiper Ha Noi. Persib pun harus pulang berbekal kekalahan 4-0.

Konate Tertahan di Belakang

Salah satu faktor paling kentara dari laga semalam adalah kegagalan Persib memberikan ruang yang ideal bagi Konate untuk berkreasi.

Dengan rencana awal bermain sabar dan menunggu, Persib akan memanfaatkan transisi bertahan ke menyerang dengan cepat guna mengirim serangan balik. Dibutuhkan penghubung yang bisa menjadi poros dalam transisi dari bertahan dan menyerang. Dan itu menjadi tugas Konate Makan.

Hanya saja rencana itu gagal dijalankan. Sepanjang babak pertama, hingga 15 menit pertama di babak kedua, Konate sangat sibuk menjemput bola. Pemain asal Mali ini berhasil didesak oleh para gelandang Hanoi untuk turun jauh ke belakang. Ia sangat sulit untuk bisa naik ke depan. Jarak antara Konate dengan Tantan sangat renggang.

Salah satu penyebab kenapa Konate bermain terlalu ke bawah adalah karena ketidaksanggupan kedua flank Persib, Ridwan dan Atep, untuk turun membantu duet gelandang bertahan Dedi Kusnandar-Taufiq. Seharusnya, salah satu dari Atep dan Ridwan turun ke bawah membentuk garis pertahanan kedua di depan lini pertahanan. Jika sisi kanan yang diserang, Ridwan yang turun. Jika sisi kiri diserang, gantian Atep yang turun.

Hanya saja itu tidak terjadi. Baik Atep-Ridwan cenderung statis di depan. Inilah yang akhirnya memaksa Konate harus turun jauh ke belakang. Akibatnya, Persib sangat kesulitan membangun transisi dari bertahan ke menyerang. Konate yang harusnya menjadi poros penghubung sering berada dekat dengan Dedi-Taufik sehingga tercipta jarak yang jauh dengan pos penyerangan.

Akibatnya, Persib sangat gampang kehilangan bola. Tiap kali Persib harusnya bisa melakukan serangan balik, Hanoi dengan mudah menutup peluang itu dengan menekan trio Konate-Taufiq-Dedi.

Persiapan Kurang


Selain itu, Persib pun cukup kelelahan pada laga ini. Pasalnya, penggawa Persib baru tiba di Hanoi, Vietnam, pada Minggu pukul 23.30. Di mana keesokan harinya, mereka beristirahat dari pagi hingga sore hari, lalu melanjutkan perjalanannya ke Ho Chi Minh City pada pukul 18.40.

Emral Abus mengakui faktor kelelahan ini. Persib seperti “tidak menyangka” mereka tiba di Hanoi pada Minggu menjelang tengah malam. Praktis para pemain tak mendapatkan waktu istirahat yang cukup karena kurang dari 24 jam kemudian sudah harus mencoba lapangan yang akan digunakan sebagai arena pertandingan.

Belum lagi kegagalan dalam menyiapkan rencana latihan guna mendapatkan kematangan bermain di hari-H. persiapan yang minim menghadapi laga ini menjadi faktor utama mengapa Persib begitu keteteran sepanjang pertandingan.

Perlu diketahui, untuk menghadapi Ha Noi, Persib hanya menggelar satu laga uji coba, melawan Cilegon United (CU). Saat melawan CU pun kesebelasan yang dipersiapkan untuk berlaga melawan Ha Noi hanya bermain selama 45 menit. Sisa 45 menit lainnya dipakai untuk melihat kemampuan pemain asing yang sedang diseleksi.

Bisa dibayangkan jika laga terakhir untuk memantapkan skema hanya bisa dilaksanakan selama 45 menit, sebab sisanya dipakai untuk “main-main” alias memberi waktu untuk melihat penampilan striker asing yang sedang diseleksi. Praktis hanya 45 menit itulah Persib memantapkan skema yang akan dipakai untuk menghadapi Hanoi.

Kegagalan mendapatkan striker asing jauh sebelum musim dimulai, membuat Persib terpaksa mencampuradukkan agenda persiapan melawan Hanoi dengan agenda seleksi pemain asing. Terlihat tidak ada pemahaman mengenai skala prioritas di saat-saat yang justru genting.

Skema yang dipersiapkan hanya selama 45 menit di laga ujicoba itu pun berantakan karena alasan konyol: Yandi gagal bermain karena foto yang tertukar di ID Card. Ini menyedihkan, bung!


Jumlah Uang yang Didapat Persib Jika Lolos ke Liga Champions Asia


Kim Shin-Young, Penyerang Terbaik yang Diseleksi Persib


Lima Hal yang Masih Dibutuhkan Persib Bandung



foto: ligaindonesia.co.id

Komentar