Rayakanlah Gol-mu, Jangan Diam!

PanditSharing

by redaksi

Rayakanlah Gol-mu, Jangan Diam!

Sudah merupakan yang lumrah ketika seseorang merayakan sebuah keberhasilan yang diraihnya. Apapun itu jenis keberhasilan yang dimaksud, termasuk saat seorang pemain sepakbola berhasil mencetak gol. Setiap pemain biasanya akan memiliki gayanya masing-masing untuk melakukan merayakan keberhasilannya mencetak gol.

Namun ada diantara mereka yang memilih tidak merayakan keberhasilan tersebut. Kadang beberapa diantara mereka hanya sekedar mengangkat tanya tanpa terlihat luapan ekspresi kegembiraan, atau bahkan beberapa yang lain ada yang sama sekali tidak melakukan perayaan. Setelah berhasil menaklukan kiper lawan, pemain ini hanya kembali berjalan ke area permainannya untuk memulai kickoff kembali.

Muted celebration begitulah orang menyebutnya orang-orang yang tidak melakukan perayaan pasca mencetak gol. Beberapa pemain besar seperti Gabriel Batistuta (Batistuta bahkan sampai menangis ketika mencetak gol ke gawang Fiorentina), Frank Lampard, Gareth Bale, hingga Bambang Pamungkas pernah memiliki pengalaman ini. Biasanya seorang pemain akan melakukan muted celebration  saat mencetak gol ke gawang mantan tim atau tim yang telah membesarkannya.

Sah-sah saja apabila sang pemain melakukan muted celebration, karena hal ini bisa menandakan sang pemain masih menghormati klub lamanya atau bisa saja sang pemain hanya basa basi karena setidaknya mereka tidak ingin dianggap penghkianat oleh fans klub lamanya tersebut.

Meski juga tidak semua pemain yang mencetak gol ke gawang mantan timnya akan melakukan muted celebration. Antonio Nocerino memang melakukan muted celebration saat mencetak gol ke gawang AC Milan yang merupakan mantan timnya pekan lalu. Namun pada tahun 2012 silam, Nocerino tidak malu-malu untuk merayakan golnya ke gawang Juventus yang juga merupakan mantan tim dari Nocerino. Ketika itu Nocerino menunjukkan luapan emosi yang luar biasa. konon perayaan golnya itu dia tujukan kepada manajemen Juventus yang duduk di tribun penonton karena telah menyia-nyiakan bakat dia.

Lain Nocerino lain juga Robie Van Persie. Kepindahannya ke Manchester United menyisakan sakit hati yang mendalam oleh fans The Gunners karena Van persie pindah ke rival mereka di Liga Ingris. Memang ketika musim pertamanya berseragam The Reds Devils, dua gol yang dicetak Van Persie saat dua kali bertemu Arsenal tidak membuatnya melakukan perayaan.

Akan tetapi keadaan berbeda di musim keduanya ketika berseragam setan merah. Pemain kelahiran Rotterdam tersebut nampak begitu emosional ketika membobol gawang Arsenal kala itu. Tidak ada perasaan menyesal seperti yang dia lakukan musim lalu. Kali ini tanpa rasa malu RVP meluapan rasa kegembiraannya karena sudah mencetak gol yang memang biasa dia lakukan sebagai striker. Seolah-olah dia sudah melupakan kenangan manis bersama mantannya tersebut.

Mantan rekan satu tim RVP di Arsenal, yakni Emanuel Adebayor pernah melakukan perayaan gol yang begitu meledak-ledak. Bahkan melebihi apa yang dilakukan oleh RVP. Saat itu ketika City menjamu Arsenal Adebayor membobol gawang Arsenal yang dijaga oleh Manuel Almunia. Tanpa basa basi Adebayor melakukan perayaan dengan berlari sepanjang lapangan menuju tempat duduk pendukung Asenal berada. Ia berlutut sambil merentangkan tangannya di hadapan para Gooners.

Saya juga sempat merasakan apa yang dirasakan oleh Adebayor. Momen itu terjadi ketika final futsal antar departemen yang diselenggarakan perusahaan tempat saya bekerja. Singkat cerita ketika itu tim yang saya bela departemen QA melawan departement produksi yang dulu pernah saya ditempatkan disana. Memang, di departemen tempat saya bekerja dahulu itu saya sudah mengenal para pegawainya dan sudah terbiasa bermain satu tim bersama mereka ketika futsal. Jadi rasanya aneh juga harus menghadapi teman-teman lama saya. Apalagi konteksnya final. Jadi kita mengesampingkan dahulu pertemanan yang dijalin selama ini.

Di sepanjang pertandingan saya dibuat grogi oleh atmosfir para penonton yang mayoritas para pendukung departemen produksi. Padahal dari segi permainan, saya adalah pemain yang biasa-biasa saja.

Tapi entah kenapa para penonton mncemooh saya. Mereka mencemooh saya dengan sebutan “pengkhianat, pengkhianat”.  Hingga suatu waktu di babak kedua, puncak dari ketegangan dan  saya melakukan blunder  dengan mencetak gol bunuh diri. Sontak seluruh penonton yang ada di area tempat futsal itu yang bersorak dan makin bersemangat untuk mencemooh saya.

Tapi momen itu pun tiba, ketika ada umpan matang dari teman saya, saya langsung mencocor bola ke gawang mantan departemen tempat  saya bekerja tersebut. Dan hasilnya saya berhasil mencetak gol, pada saat itu pula tanpa basa basi saya melakukan apa yang dilakukan oleh Adebayor. Saya melakukan perayaan gol dengan berlari menuju ke arah pendukung tim lawan yang kebetulan berada di belakang posisi penjaga gawang kami.

Dan seketika  itu juga para pendukung lawan semakin ramai. Amukan, amarah, terlebih cacian bahkan ada yang bilang “moal bisa balik, moal bisa balik” (nggak bisa pulang, nggak bisa pulang) dari sang penonton tertuju kepada saya, tapi semua itu malah membuat tim kami bermain lebih baik dan sanggup membalikan keadaan. Dan akhirnya departemen saya pun berhak menggondol piala yang disediakan oleh pihak panita.

Oleh karena itu, baik melakukan muted celebration ataupun loud celebrations merupakan pilihan  dari pemain itu sendiri ketika mencetak gol. Akan tetapi lebih disarankan agar pemain sepakbola untuk melakukan perayaan. Karena dengan merayakan gol, sebenarnya kita melepaskan hormon stres yang ada di dalam tubuh seperti kortisol dopamin, hormon pertumbuhan, dan adrenalin. Bahkan bisa dibilang dengan membuat perayaan, kita dapat melepaskan ketegangan fisik dan emosional. Dan jika perayaan yang biasa dirangkai tertawa, kita sebenarnya melepaskan senyawa endorfin yang dikenal sebagai  hormon bahagia yang membuat kita merasa baik.

Di sisi lain, memang muted celebration dilakukan sang pemain setidaknya memberikan rasa hormat kepada klub yang pernah dibelanya. Akan tetapi apabila ditelaah dari ilmu kesehatan, merayakan gol itu penting bagi tubuh kita.

Jadi memilih mana, muted celebration atu loud celebration? Semuanya kembali pada sang pemain.

Dikirim oleh: Dadan Resmana

Penulis bisa dihubungi melalui akun twitter: @dadanresmana

Komentar