Misteri Konsistensi Di Matteo Bersama Schalke

Berita

by Redaksi 43

Redaksi 43

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Misteri Konsistensi Di Matteo Bersama Schalke

Tak hanya berarti tambahan tiga angka, kemenangan atas Borussia Mönchengladbach pada pertandingan semalam, juga membuat FC Schalke 04 naik peringkat ke posisi tiga klasemen Bundesliga. Pasukan Roberto Di Matteo kini duduk manis tepat di belakang VfL Wolfsburg, dan memiliki keunggulan satu angka dari Borussia Mönchengladbach yang berada di posisi keempat. Kenaikan peringkat ini terasa semakin manis karena bersamanya, hadir pula catatan positif lain.

Sebelum pertandingan berlangsung, ada kekhawatiran yang menghinggapi Schalke. Pasalnya, Schalke selalu gagal menang dalam tiga pertandingan terakhir melawan Gladbach. Namun, mereka menjelang pertandingan dengan optimisme. Optimisme tersebut terbukti benar adanya. Tranquillo Barnetta, yang menjalani pertandingan ke-250 di Bundesliga, muncul sebagai pencetak gol tunggal. Pemain asal Swiss tersebut memastikan bahwa Schalke tidak terkalahkan dalam lima pertandingan terakhir mereka di Bundesliga. Rückrunde musim lalu adalah kali terakhir Schalke memiliki catatan tersebut.

Kekalahan 5-1 pada pertandingan melawan FC Bayern München pada 23. Spieltag (pekan ke-23) musim lalu menyudahi rangkaian tujuh pertandingan tak terkalahkan milik Schalke. Di saat yang bersamaan, kekalahan tersebut juga menjadi pelecut untuk prestasi yang sama.

Dalam tujuh pertandingan setelah menghadapi Bayern, Schalke kembali tidak terkalahkan. Mereka bahkan memenangi lima di antaranya. Adalah VfB Stuttgart yang, seperti Bayern, memastikan catatan impresif Schalke berhenti di angka tujuh.

Kembali ke catatan impresif musim ini, Gladbach menjadi kesebelasan kelima yang tak mampu mengalahkan Schalke dalam lima pertandingan terakhir die Königsblauen di Bundesliga. Empat kesebelasan lain sebelum Gladbach adalah SC Paderborn, Hamburger SV, Hannover 96, dan Bayern.

Ya, bahkan Bayern saja tak mampu mengalahkan Schalke. Malah, bisa saja sebenarnya Schalke keluar sebagai pemenang dan pulang membawa tiga angka dari Allianz Arena. Garis pembatas antara kemenangan dan hasil imbang yang akhirnya diterima Schalke hanyalah kejeniusan Manuel Neuer.

Memanfaatkan data mengenai kecenderungan penalti Eric-Maxim Choupo-Moting dan insting yang ia miliki, Neuer dengan tepat menebak arah tendangan Choupo-Moting. Ini membuat Schalke hanya mampu mencetak satu gol di pertandingan tersebut.

Lawan Schalke untuk dua pertandingan selanjutnya adalah Eintracht Frankfurt dan Werder Bremen. Jika Frankfurt dan Bremen mampu mereka atasi, Schalke akan menyamai catatan musim lalu. Yang lebih manis lagi, lawan Schalke setelah Frankfurt dan Bremen adalah Borussia Dortmund.

Katakanlah Schalke berhasil melewati tujuh pertandingan tanpa terkalahkan. Mereka tentunya tidak ingin berhenti di sana. Mereka pasti menginginkan pertandingan kedelapan. Dan lawan yang akan mereka hadapi di pertandingan kedelapan, pertandingan yang (mungkin) akan membawa Schalke melewati prestasi mereka sendiri, adalah sang pesaing abadi. Bukankah itu merupakan skenario yang sempurna?

Bukan tak mungkin Schalke mampu mencapainya. Perubahan taktik yang diterapkan pelatih kepala mereka, Roberto Di Matteo perlahan tapi pasti menuai hasil. Tak menghadirkan konsistensi, formasi 4-2-3-1 ia tinggalkan dan menggantinya dengan formasi 5-3-2. Hasilnya, Schalke selalu meraih kemenangan namun tiga kali kebobolan dalam dua pertandingan.

Di Matteo kemudian memainkan formasi 3-5-2 di pertandingan melawan VfB Stuttgart di 14. Spieltag. Schalke langsung menang besar empat gol tanpa balas. Namun alih-alih menyempurnakan formasi tersebut, Di Matteo kembali menurunkan lima pemain bertahan. Schalke pun dikalahkan FC Köln dengan skor 1-2. Akhirnya Di Matto kembali memainkan pola permainan tiga bek tengah, dan hingga hari ini Schalke tak pernah kalah.

Selepas Winterpause (jeda musim dingin), penampilan Schalke lebih meyakinkan. Semakin hari, mereka nampak semakin sulit ditembus. Sedikit banyak hal ini terbantu oleh kehadiran pemain pinjaman dari Manchester City, Matija Nastasi?. Kedatangan Nastasic, potongan puzzle yang dibutuhkan Di Matteo, membuat Roman Neustadter tak perlu lagi bermain sebagai bek tengah. Neustädter dapat kembali memainkan peran favoritnya sebagai gelandang bertahan.

Berkaca kepada hasil lima pertandingan terakhir, Di Matteo telah berhasil. Alasan Schalke mendepak Jens Keller adalah karena pendahulu Di Matteo tersebut tidak mampu menyajikan konsistensi. Di Matteo, sementara itu, dapat menyuguhkannya, setidaknya dalam lima pertandingan terakhir. Perihal kedepannya akan seperti apa, biarlah menjadi misteri saja.

Komentar