Siapa yang Bertanggung Jawab atas Menurunnya Ketajaman Kagawa?

Taktik

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Siapa yang Bertanggung Jawab atas Menurunnya Ketajaman Kagawa?

Tim Nasional Jepang memulai pertandingan perempat final dengan percaya diri. Negeri matahari terbit itu, datang ke ANZ Stadium Sydney dengan membusungkan dada sebagai juara bertahan AFC Cup 2011.

Terlebih, lawannya Uni Emirat Arab (UEA) di perempat final AFC Cup 2015 ini diperkirakan bisa dikalahkan dengan mudah. Prestasi kesebelasan berjuluk Al-Abyad memang tidak terlalu mentereng. Hanya sekedar lewat sekali di ajang Piala Dunia pada Tahun 1990 di Italia.

Prestasi terbaik UEA di Asian Cup cuma menjadi runner-up pada tahun 1996, itu pun sebagai tuan rumah. Berbeda dengan Jepang yang sudah menjuarai kejuaraan terbesar di Asia ini sebanyak empat kali. Sejak 1998, kesebelasan berjuluk Samurai Biru ini tidak pernah absen dari Piala Dunia.

Akan tetapi di ANZ arena kala itu, sang juara bertahan seolah kehilangan tajinya. Jepang yang langsung menyerang sejak awal pertandingan justru tertinggal dahulu oleh gol Amer Abdulrahman, ketika baru menit ke-tujuh.

Tertinggal satu gol, Jepang terus membombardir pertahanan UEA. Namun rapatnya pertahanan membuat pasukan Samurai Biru kesulitan mencetak gol. Jepang baru bisa menyamakan kedudukan pada menit 81 melalui Shibasaki. Pertandingan pun dilanjutkan hingga babak adu penalti.

Pada moment inilah masalah bagi Samurai Muda dimulai, penendang pertama Keisuke Honda melenceng. Beruntung, salah seorang eksekutor UEA gagal dan empat eksekutor Jepang berikutnya berhasil.

Namun bencana besar akhirnya terjadi bagi Jepang saat eksekutor mereka, Shinji Kagawa, gagal melakukan tugasnya. Algojo keenam UEA tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk menyingkirkan sang juara bertahan dengan menaklukan Eiji Kawashima. Jepang pun harus menerima kekalahan dari UEA pada babak adu penalti tersebut.

Akibat kegagalan ini, Kagawalah pun banyak mendapatkan sorotan. Kegagalannya dalam mengeksekusi penalti, dianggap sangat memalukan sebagai pemain yang berkiprah di Eropa. Pemain yang berseragam Borussia Dortmund itu dianggap sebagai biang kekalahan Jepang selain Honda.

Di level klub, Kagawa telah berhasil mempersembahkan juara Bundesliga 2011/2012 dan 2010/2011 dan satu DFB Pokal. Begitu pindah ke Manchester United musim 2012/2013 pun Kagawa langsung menyabet Premier League 2012/2013. Dibawah asuhan Sir Alex Ferguson saat itu, ia diturunkan sebanyak 20 kali dan mencetak enam gol. Dapat dikatakan ia merupakan pemain Jepang tersukses saat itu.

Masa depannya di The Red Devils dipertanyakan ketika Ferguson memutuskan pensiun. David Moyes yang ditunjuk sebagai suksesor, tidak mampu memoles bakat Kagawa seperti manajer sebelumnya.

Kagawa jarang dimainkan sejak awal oleh Moyes. Jika pun dimainkan, ia ditempatkan bukan di posisi favoritnya sebagai gelandang serang. Moyes lebih sering memainkan kagawa sebagai penyerang sayap. Pergerakan untuk mencetak golnya saat itu lebih dibatasi, sehingga mengurangi ketajamannya. Hasilnya, tidak satupun gol dicetaknya pada musim itu.

Kedatangan Louis Van Gaal ke Old Trafford, rupanya tidak mengubah keadaan Kagawa. Pria 25 Tahun ini dianggap tidak masuk ke dalam rencana strategi 3-5-2 Van Gaal. Kagawa pun kemudian memutuskan untuk kembali ke Dortmund, kesebelasan yang membesarkan namanya.

Akan tetapi karirnya bersama Die Borussen kini pun tidak segemilang dulu. Jika dulu Kagawa mampu menyumbangkan 21 gol dalam dua musim, kini dari 12 penampilannya ia hanya mampu mencetak satu gol.

Dari 11 tendangan yang dilancarkannya hanya dua yang mengarah ke gawang. Kondisi ini sangat jauh menurun dibandingkan saat belum hengkang ke MU yang memiliki akurasi minimal 60 %.

Memang kini ia lebih ditugaskan untuk melayani rekan-rekannya di lini depan. Hal itu bisa dilihat dari 24 umpan kunci yang diberikan kepada koleganya.

Walau begitu, kemampuannya dalam mencetak gol seperti tiga musim lalu tetap dirindukan Dortmund. Mengingat kini Die Borussen total hanya mampu mencetak gol 18 kali ke gawang lawan. Hingga pekan ke-18 ini, Dortmund terjebak di juru kunci klasemen sementara Bundesliga 2014/2015.

Porsi berbeda yang didapatkannya bersama Dortmund mungkin tidak lepas juga dari adaptasi peran yang dia jalani besama Manchester United. Hingga saat membela Jepang di Piala Asia 2015, Kagawa sampai gagal mengeksekusi penalti. Maka, siapakah yang harus disalahkan atas turunya ketajaman Kagawa?  Moyes, Dortmund, ataukah Tim Nasional Jepang itu sendiri ?

Kagawa

Grafis oleh : Ludwika Dendy

Komentar