Basa-basi Tes Medis di Tenggat Bursa Transfer

Sains

by Dex Glenniza

Dex Glenniza

Your personal football analyst. Contributor at Pandit Football Indonesia, head of content at Box2Box Football, podcaster at Footballieur, writer at Tirto.ID, MSc sport science, BSc architecture, licensed football coach... Who cares anyway! @dexglenniza

Basa-basi Tes Medis di Tenggat Bursa Transfer

Pagi ini merupakan hari yang paling ditakutkan oleh tim medis di kesebelasan-kesebelasan di Liga Primer Inggris. Bukan, mereka bukannya takut karena tidak bisa melakukan pekerjaannya dengan baik. Tapi mereka takut karena waktu yang tersedia bagi mereka tidaklah cukup banyak untuk melakukan serentetan tes medis di saat para pemain sedang sibuk-sibuknya untuk berpindah kesebelasan.

Deadline day (pada setiap jendela transfer) memang sudah menjadi momok bagi mereka, sehingga kebutuhan untuk berimprovisasi pun menjadi semakin instingtif.

Pada waktu ini, kesebelasan berada di “pasar” untuk membeli, menjual, atau meminjam pemain, dan itu semua harus mereka lakukan dengan tindakan yang cepat, terutama jika ada rantai lain yang saling berhubungan dari penawaran tersebut.

Transfer deadline day sudah menjadi hari penuh improvisasi, penuh jalan pintas, terutama untuk tim medis.

Kebutuhan tes medis

Proses negosiasi transfer merupakan proses yang panjang, tes medis merupakan salah satunya. Ketika proses negosiasi transfer sudah sampai ke tahap tes medis, biasanya transfer itu akan segera diresmikan selang satu atau dua hari setelahnya, atau selang beberapa jam pada kasus di deadline day.

Tapi sebenarnya tes medis sendiri bukan merupakan “syarat sah” dalam setiap kesepakatan. Banyak alasan pentingnya tes medis, tapi biasanya kesebelasan calon pembeli ingin memastikan bahwa pemain bersangkutan tidak memiliki masalah kesehatan yang dapat mempengaruhi permainannya, maka tes medis sudah dianggap penting.

Terutama di jendela transfer musim dingin ini, dimana jendela transfer berlangsung cepat (kurang-lebih satu bulan), kesebelasan tidak ingin mengambil risiko terlalu besar dengan mengontrak pemain yang tidak siap bermain.

Misalnya saja pada kasus Kim Källström yang dipinjam Arsenal di musim lalu. Saat itu sebenarnya ia sedang cedera, tapi Arsene Wenger tetap mengambil risiko itu. Akhirnya Källström tak bermain sekalipun bagi Arsenal di sisa musim yang lalu.

Secara umum, tidak ada kegiatan yang baku dalam sebuah tes medis. Setiap kesebelasan akan memiliki standarnya sendiri dalam sebuah tes medis. Hal ini juga bergantung dari apa yang diharapkan kesebelasan tersebut dari pemain yang akan dibelinya.

Dalam sebuah wawancara yang dilakukan oleh FourFourTwo, ketua Sports Medicine Blackburn, Dave Fevre memberikan penjelasan soal tes medis seperti yang pernah kami bahas pada artikel ini.

Tidak ada pemain yang gagal tes medis

Pada salah satu artikel berjudul "What happens in a football medical?" di BBC, Dr. Charlotte Cowie, tim medis di FA National Football Centre di St. George Park, memberitahu bahwa sebenarnya tidak ada rapor “lulus” atau “gagal” dalam tes medis (semua kutipan Cowie diambil dari artikel tersebut).

“Satu pemain yang ‘gagal’ bisa jadi ‘lulus’ untuk kesebelasan lain. Ini benar-benar tergantung pada catatan cedera pemain, apa yang manajer dan kesebelasan inginkan dari pemain itu, dan berapa biaya yang dibutuhkan. Ini adalah analisis risiko dan manfaat.”

Tes medis sudah merupakan sebuah proses analisis data, dokumentasi, dan kesempatan untuk menilai pemain secara pribadi.

Dr. Cowie menjelaskan bahwa perannya dalam tim medis untuk pemain sepakbola yang ditransfer adalah untuk mengumpulkan riwayat medis (catatan cedera) dan melakukan pemeriksaan fisik tubuh pemain.

Penyelidikan lebih lanjut mungkin termasuk scan MRI, tes darah, dan pemeriksaan jantung, tergantung yang kesebelasan calon pembeli inginkan. Secara umum, proses tes medis yang komrehensif dapat Anda saksikan pada video di akhir artikel ini.

Waktu yang sempit pada deadline day

“Idealnya tes medis mungkin akan berlangsung sekitar empat jam,” kata Dr. Cowie.

Tapi dalam deadline day, waktu yang mereka miliki tidak selalu lapang. Ini yang menyebabkan taruhan membeli pemain dengan tes medis yang tidak komprehensif menjadi tinggi untuk para manajer.

Dr. Cowie juga menambahkan, “Jika ada klub lain yang mengejar pemain yang sama, kesebelasan akan menjadi terburu-buru karena mereka ingin menyegel kesepakatan sebelum klub lain mendapatkannya.”

Manajemen risiko adalah tema utama, dan tim medis memainkan peran penting dalam hal ini.

Memang perbedaan utama pada deadline day adalah bahwa kondisi berubah, risiko semakin tinggi, dan tidak ada yang akan selalu mencoba untuk mengambil jalan pintas, tetapi kualitas penilaian risiko akan terganggu oleh kendala waktu.

Di sini, tim medis diharapkan untuk melakukan pemberitahuan kepada kesebelasan jika ada kekurangan fisik atau mental dalam nilai investasi yang ditunjukkan dari pemain tersebut. Yang terpenting adalah bahwa si pemain dapat memenuhi jangka waktu kontrak dari perspektif fisik mereka.

Jadi, sebenarnya jika pemain yang didatangkan tidak memiliki fisik atau mental yang baik, misalnya langsung menderita cedera, secara sepihak kesebelasan bisa saja menyalahkan tim medis.

Namun, ternyata Dr. Cowie mengungkapkan satu hal yang biasanya terjadi.

“Jika manajer sangat menginginkan pemain tersebut dan ia sudah mengetahui riwayat medis pemain tersebut misalnya sangat berisiko, kami (tim medis) tidak bisa melakukan apa-apa untuk mencegahnya.”

Tidak heran kadang tes medis hanya menjadi proses formalitas saja dalam setiap kesepakatan transfer.



Komentar