Zola sebagai Hadiah Natal Bagi Cagliari

Berita

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Zola sebagai Hadiah Natal Bagi Cagliari

Para suporter Cagliari langsung mendapatkan kado saat malam natal tiba. Kotak hadiah itu berisi seorang mantan pesepakbola yang melegenda di Italia. Kado tersebut diberikan presiden klub berjuluk Gli Isolani itu, menggantikan mainan lama bernama Zdenek Zeman.

Pelatih senior tersebut dipecat Cagliari, menyusul rentetan buruk di Serie-A 2014/2015. Dalam delapan pertandingan terakhir, Daniele Conti dkk gagal menang. Total, dari 16 laga di Liga Italia, Gli Isolani hanya menang dua kali.

Melalui permainan menyerang ala Zemanlandia, Cagliari sempat menang 4-1 atas Inter Milan. Kemudian mencukur Empoli empat gol tanpa balas. Akan tetapi sisa-sisa raihan buruknya membuat Conti dkk terjebak di jurang degradasi.

Kini Gli Isolani terdampar di peringkat 18, dengan poin 12. Hasil 2 kali menang, 6 imbang dan 8 kekalahan, dari rapot Zeman. Kini malam natal menjadi goresan historis bagi Cagliari, terutama untuk nahkoda barunya. Sang presiden mengumumkan jika Gianfranco Zola dipastikan memegang kendali.

Menangani kesebelasan asal Sardinia ini, merupakan sejarah tersendiri bagi Zola. Cagliari merupakan klub terakhir dirinya sebagai pesepakbola professional. Pria kelahiran 5 Juli 1966 tersebut, berlabuh di Cagliari pada tahun 2003 seteleh tujuh musim merantau ke Inggris untuk membela Chelsea.

Dua tahun terakhirnya mengolah si kulit bundar, Zola memberikan kontribusi yang tidak main-main bagi Cagliari. Dengan mengenakan kostum bernomor punggung 10, Zola mengantarkan Gli Isolani promosi ke kompetisi tertinggi di Italia.

Setelah kembali naik ke Serie-A di musim 2004/2005, ia memperpanjang kontrak satu tahun lagi. Kemudian Zola pensiun pada bulan Juni 2005, setelah melakoni pertandingan melawan Juventus.

Pada dua musim karir terakhirnya, pria yang berposisi striker ini masih cukup subur. Bersama Gli Isolani, Zola mencetak 22 gol dari 74 kali penampilannya. Berakhirnya karir Zola, maka nomor 10 Cagliari juga ikut pensiun. Akan tetapi itu tidak lama, setelah hilang satu musim, Tahun 2006 dikenakan kepada Andrea Capone.

Tim yang bermarkas di Stadion Sant'Elia ini juga merupakan klub Italia pertama yang ditanganinya. Sebelum ini, Zola melatih Watford di tahun 2012. Ketika itu klub berjuluk The Hornets tersebut diamblil alih Giampaolo Pozzo, pebisnis dari Italia. Musim pertamanya melatih Watford cukup berjalan mulus karena menempati peringkat tiga divisi Championship.

Sehingga The Hornets melaju ke play off, akan tetapi kalah oleh Crystal Palace. Maka Zola gagal membawa timnya saat itu promosi ke Premier League. Memasuki musim baru 2013, Zola tidak pernah menang sejak Oktober 2013. Akhirnya pada pertengahan Desember, ia mengundurkan diri dari posisi Pelatih Watford.

Setelah itu, 12 bulan tidak terdengar kabar soal mantan pelatih Tim Nasional Italia U-16 ini. Hingga akhirnya diumumkan bahwa Cagliari menjadi kelanjutan dari karir kepelatihan Zola. Situs resmi Cagliari telah menuliskan, "Selamat datang di rumah Giafranco (Zola)", yang juga dilansir oleh Football Italia. Bisa juga dibilang “kembali ke rumah” karena dirinya merupakan putra asli Sardinia.

Karir Zola yang tidak mentereng kala menjadi pelatih, akan menjadi bumbu menarik di Serie-A. Pasalnya para presiden klub di Liga Italia doyan gonta-ganti peracik strategi. Pelatih yang menemui rentetan buruk, tidak diberi waktu untuk menyelesaikan masalahnya. Terutama bagi klub-klub kecil, allenatore jarang bertahan lebih dari dua musim.

Jelang pergantian tahun ini, sudah ada empat tim termasuk Cagliari yang mengganti nakhoda klubnya. Tiga tim lainnya yaitu, Chievo (Eugenio Corini), Internazionale Milan (Walter Mazzarri) dan Cessena (Pierpaolo Bisolli).

Tentunya, tugas Zola ketika tiba di Sant'Elia langsung diberikan porsi berat. Ya, apalagi jika tidak membantu Conti dkk lolos dari jeratan degradasi. Dengan modal pengalaman melatih tim tergolong biasa saja, mampukah Zola meraih kesuksesannya sebagai pelatih? Atau justru dirinya bernasib sama dengan empat pelatih yang sudah terdepak dari panasnya Liga Italia?

Komentar