Mengukur Nicolas Abot, Sang Pengganti Pacho Kenmogne

Cerita

by Ardy Nurhadi Shufi

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Mengukur Nicolas Abot, Sang Pengganti Pacho Kenmogne

Emmanuel ‘Pacho’ Kenmogne menjelma menjadi penyerang tersubur Indonesia Super League (ISL) 2014 bersama Persebaya ISL. Hampir di setiap laga penyerang berdarah Kamerun-Belgia ini mencetak gol. Torehan 25 gol dari 25 pertandingan pun semakin membuktikan ketajamannya.

Namun, kini Pacho tak lagi berbaju Persebaya ISL. Penyerang berusia 34 tahun tersebut lebih tergiur untuk melanjutkan karir di liga Malaysia bersama Kelantan FA. Maka dari itu, Persebaya pun kembali mencari legiun asing untuk bisa tetap memiliki penyerang berkualitas agar bisa tetap bersaing di papan atas ISL.

Akan tetapi yang dilakukan manajemen Persebaya ISL kali ini cukup spekulatif. Pemain asing pengganti Pacho telah jatuh pada Nicolas Abot, pemain asal Argentina yang bermain di Liga Latvia. Yang menjadi permasalahan, rekam jejak karir pemain berusia 29 tahun tersebut tak sebaik rekam jejak karir Kenmogne.

Abot yang juga berdarah Italia ini sebelumnya bermain bersama FC Jurmala, klub penghuni dasar klasemen di Virsliga, kompetisi teratas liga Latvia. Jurmala selalu menjadi bulan-bulanan lawannya. Dalam 36 pertandingan, mereka hanya menang dua kali dan seri enam kali. Jumlah kemasukannya pun sangat banyak, 110 gol.

Situs transfermarkt.com mencatat, Abot hanya mencetak tiga gol dari sepuluh penampilannya bersama FC Jurmala. Penampilan yang sedikit karena baru bergabung pada pertengahan musim.

Uniknya, tiga gol tersebut diciptakan Abot pada tiga pertandingan terakhirnya bersama FC Jurmala. Sebelum itu, penyerang kelahiran kota Mar Del Plata, Argentina, ini mandul bahkan sejak bermain dengan dua klub sebelumnya, Blooming (Bolivia) dan Rampla Juniors (Uruguay).

Kemandulan di dua tim sebelumnya ini diakibatkan oleh sedikitnya kesempatan bermain yang diberikan padanya. Saat membela Blooming,  ia hanya bermain sebanyak delapan kali dengan hanya sekali menjadi starter. Laman soccerway menyebutkan Abot hanya bermain selama 204 menit selama membela klub divisi utama tersebut.

Hal ini pun terjadi sebelumnya ketika ia masih membela Rampla Juniors. Bahkan lebih buruk, di Uruguay, Abot hanya bermain sebanyak lima kali di mana kelimanya menjadi pemain pengganti. Total menit bermainnya pun hanya 80 menit, atau sekitar 16 menit per pertandingan.

Hal ini berbeda dengan rekam jejak Kenmogne. Saat bermain di Persija Jakarta, yang menjadi klub pertamanya di Indonesia, Pacho mencetak 14 gol dari 16 pertandingan. Kala itu Pacho bergabung dengan ‘Macan Kemayoran’ pada putaran kedua musim 2012-2013.

Bahkan jauh sebelum itu, di awal karirnya, menurut Wikipedia, Kenmogne mengantarkan Sable FC menjuarai Liga Primer Kamerun dan Roger Milla Super Cup pada 1999. Di mana trofi ini Liga Primer tersebut menjadi satu-satunya yang diraih Sable FC hingga saat ini. Dua musim merumput, 38 gol dari 50 pertandingan berhasil ia torehkan.

Ia pun pernah membela Africa Sports D’Abidjan, salah satu klub tersukses Pantai Gading yang telah meraih 17 gelar Liga Primer Pantai Gading. Bermain semusim, Pacho mencetak 22 gol dari 26 pertandingan meski tak berhasil mengantarkan D’Abidjan menjadi juara.

Karirnya memang sempat meredup ketika mencoba peruntungannya bermain di Eropa, tepatnya di Belgia. Pada periode 2001 hingga 2005 ia bermain bersama tiga klub dengan hanya mencetak 19 gol dari 87 pertandingan.

Jumlah golnya mulai meningkat ketika bermain dengan dua klub Belgia lainnya, Union Royale Namur dan Royal Antwerp FC. 53 gol dari 113 total bermain bersama kedua tim ini merupakan catatan gol yang tak terlalu buruk bagi seorang penyerang.

Pacho pun sempat merantau ke liga Yunani untuk bermain dengan Olympiacos Nicosia dan Ethnikos Achna. Namun karirnya lebih mengkilap saat memutuskan untuk hijrah ke Indonesia untuk bergabung dengan Persija Jakarta.

Dari perbandingan ini, kualitas Pacho Kenmogne dan penyerang baru Persebaya ISL penggantinya, Nicolas Abot tampaknya tak memiliki kualitas yang setara dengan Kenmogne. Maka dikhawatirkan, Persebaya ISL tak akan lagi memiliki lini depan yang berbahaya layaknya musim lalu, ketika masih mengandalkan Kenmogne.

Satu hal lagi, Greg Nwokolo yang biasanya menjadi penyuplai Pacho pun tak lagi memperkuat ’Bajul Ijo’ pada musim depan. Penggantinya, Benito Montalvo, berposisi sebagai gelandang dan merupakan partner Abot ketika membela FC Jurmala.

Meski keduanya telah bermain bersama, namun catatan gol FC Jurmala yang musim lalu hanya mencetak 29 gol dari 36 pertandingan patut dikhawatirkan. Bahkan menurut situs transfermarkt.com, Montalvo tak menciptakan satu pun assist dari 34 pertandingannya bersama FC Jurmala.

Maka dari itu, rasanya keputusan mengganti Pacho-Greg dengan Abot-Montalvo menjadi perjudian besar manajemen. Karena nyatanya, jejak rekam atau CV tentunya bisa menjadi salah satu parameter kualitas seorang pemain agar menjadi bahan pertimbangan tim peminatnya, khususnya di Indonesia.

Jadi jika melihat jejak rekamnya di atas, jangan heran jika lini depan Persebaya pada ISL 2014 tak akan lagi setajam musim lalu.

Tapi seperti apa yang kami sebutkan pada artikel sebelumnya, layakkah menilai kualitas seorang pemain lewat rekaman Youtube?  

foto: youtube.com

Komentar