Perlukah Serie-A Menggunakan Teknologi Garis Gawang?

Berita

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Perlukah Serie-A Menggunakan Teknologi Garis Gawang?

Saat bola telah melewati garis gawang, pemain sepakbola tidak sekonyong-konyong mencatatkan namanya di papan skor. Pasalnya, semua keputusan ada di tangan wasit. Saat jutaan pasang mata dengan "fasilitas" tayangan yang bisa diulang dari berbagai sudut lapangan menganggap bola telah melewati garis gawang, terkadang sang pengadil berkata lain.

Perlu sebuah kejelian ekstra bagi wasit dan asistennya untuk hal ini. Masih ingat dengan tragedi protes Frank Lampard ketika menganggap bola sudah melewati garis gawang Manuel Neuer di Piala Dunia 2010?.

https://www.youtube.com/watch?gl=ID&hl=id&v=WML0aP4jo_g

Dari situlah ide Goal Line Technologi (GLT) menjadi mendesak untuk diterapkan. Sebelumnya, terdapat pertentangan karena sejumlah pejabat konservatif FIFA menolak masuknya teknologi di sepakbola. Akhirnya teknologi tersebut diperkenalkan oleh FIFA pada Piala Dunia 2014 di Brazil. Kemudian, GLT juga diadopsi oleh Premier League pada musim kompetisi 2014/2015.

Fungsi GLT semakin terasa saat Chris Smalling mencetak gol. Saat itu, Manchester United berhadapan dengan Hull City pekan lalu, Minggu (29/11) di Old Trafford. Saat itu pada menit ke-16 sontekan pemain Tim Nasional Inggris itu dinyatakan sudah melewati garis gawang terlebih dahulu, sebelum upaya penyelamatan dilakukan Allan McGregor.



Kejadian serupa juga terjadi di kompetisi sepakbola Serie-A Italia, tapi dengan nasib yang berbeda. Malang diterima Adil Rami, saat timnya AC Milan mengalahkan Udinese 2-0. Pemain bernomor 13 itu gagal menambah pundi-pundi goalnya sebagai pemain belakang. Ribuan pasang mata penonton sepakbola di Italia bisa jadi menganggap bola sundulannya sudah melewati garis gawang. Akan tetapi Orestis Karnezis yang menghalau bola dianggap lebih sah. Maka kejadian pada menit ke-17 itu, membatalkan keunggulan bagi I Rossonerri ketika bertamu ke Stadion Friuli.  



Kemudian beberapa media di Italia menyebutkan jika gol hantu telah muncul kembali di Serie-A. Ini mengingatkankan fans AC Milan atas gol Sulley Muntari ke gawang Juventus, pada Ferbruari 2012 silam. Termasuk Adriano Galliani yang menjabat CEO AC Milan pun menjadi teringat dan membuka wacana gol hantu kembali. Maka ia menekan kepada asosiasi sepakbola Italia untuk memasang GLT di setiap pertandingan Seri-A.



"Kesalahan adalah milik kita. FIFA memungkinkan kita untuk menggunakan teknologi dan kami tidak melakukannya. Saya mengundang sepak bola Italia untuk menggunakan teknologi. Seperti di tenis, misalnya. Teknologi bukan hal yang buruk,” ujarnya.

Sejauh ini kompetisi tertinggi liga Italia itu hanya menggunakan asisten wasit di pinggir gawang. Dirinya juga menambahkan masih ada evaluasi yang salah mengenai bola melewati garis atau tidak. Akan tetapi, atas dua kejadian tersebut, tetap tidak membuat Seri A membuat kebijakan untuk menggunakan GLT. Presiden Asosiasi Wasit Italia, Marcello Nicchi, menegaskan teknologi garis gawang di Serie A akan membuang-buang uang.

Ia membeberkan sistem Stadion di Inggris menggunakan kamera Hawk-Eye, dengan biaya masing-masing hingga sekitar 250.000 poundsterling. "Aku mendengarnya akan biaya € 250.000 per stadion, yang merupakan jumlah yang absurd. Saya pikir sepakbola harus selalu maju, tetapi ketika orang bersikeras kontroversi tidak membangun,” .

Di sisi lain Michel Platini Presiden UEFA, sudah berencana pada Piala Eropa 2016 di Prancis. Padahal mantan pemain Tim Nasional Prancis itu, sebelumnya merupakan orang yang menentang menggunakan GLT.

Sistem GLT meemakai Control 4D dilengkapi dengan 14 kamera berkecepatan tinggi yang terletak di sekitar lapangan. Tujuh kamera fokus di mulut gawang, dengan menggunakan software khusus untuk menghasilkan gambar empat dimensi. Sebuah sinyal dikirim ke jam wasit dalam hitungan satu detik. Untuk memastkan apakah bola telah melewati garis atau tidak. sementara itu rekamannya juga ditampilkan di big screen stadion.

Komentar