Awal dari Akhir Kejayaan Arsenal?

Cerita

by Redaksi 43

Redaksi 43

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Awal dari Akhir Kejayaan Arsenal?

“Arsenal, tanpa mengurangi rasa hormat, telah tertinggal.” Suara sumbang tersebut berasal dari West Midlands dan bergerak ke arah tenggara, ke ibu kota. Terry Burton, direktur teknik West Bromwich Albion, buka suara mengenai bekas klubnya sendiri; Arsenal FC. Walau pada awalnya terdengar seperti curahan hati, hal-hal yang dikatakan oleh Burton adalah sesuatu yang patut diberi perhatian lebih.

Kepada Guardian, Burton mengomentari apa yang nampaknya akan menjadi awal dari kehancuran Arsenal. The Gunners yang selama ini dikenal sebagai klub penghasil pemain muda berkualitas telah benar-benar tertinggal. Dalam beberapa tahun kedepan, Arsène Wenger tak akan bisa menjalankan kebijakannya dengan leluasa; kebijakan memberi kesempatan kepada para pemain muda. Karena kualitas tidak dimiliki oleh mereka.

Alasan di balik prediksi Burton adalah karena Arsenal mempekerjakan Andries Jonker sebagai kepala akademi. Jonker sendiri adalah seorang pria asal Amsterdam, Belanda, yang pernah menjadi asisten manajer di beberapa klub ternama. Beberapa yang paling besar adalah FC Barcelona, FC Bayern München, dan VfL Wolfsburg.

Jonker disebut sebagai “orang luar” oleh Burton. Itulah yang membuat Jonker, menurut Burton, tidak akan mampu bekerja dengan baik di Arsenal. Itu pula yang membuat Arsenal, masih menurut Burton, tidak akan mampu memproduksi para pemain muda berkualitas. Jonker tidak mengenal tempatnya bekerja dengan baik.

Akademi Arsenal di bawah kepemimpinan Jonker tidak akan lebih baik ketimbang saat posisi kepala akademi masih menjadi milik Liam Brady. Keputusan pihak klub, atau lebih tepatnya keputusan Ivan Gazidis untuk memilih Jonker sebagai suksesor Brady dinilai sebagai sebuah langkah yang salah. Itu pula yang membuat Burton meninggalkan posisinya; ia tak ingin menjadi bawahan Jonker. Jika tidak menjadi bawahan Brady, Burton hanya menginginkan satu posisi: posisi Brady.

“Saya tidak akan bertahan di sana tanpa tujuan, dan saya tidak melihatnya. Saya masih merasa bahwa mereka melakukan sebuah kesalahan besar. Saya rasa jika bukan saya, ada orang baik di luar sana yang dapat mereka percaya,” ujar Burton.

Terdengar narsis dan gila kuasa, memang. Namun Burton bisa jadi ada benarnya. Ia sudah lebih lama berada di Arsenal. Walaupun sempat pergi dan baru kembali pada tahun 2012, Brady sudah menjadi bagian dari akademi Arsenal sejak tahun 1980an.

Lagipula, Wenger sendiri sebenarnya ingin agar Burton bertahan. Namun keputusan mengenai kepala akademi yang baru berada sepenuhnya di tangan Gazidis. Burton pada akhirnya memilih untuk melanjutkan karir bersama Albion.

“Menjadi kepala akademi adalah sebuah pekerjaan besar. Banyak pekerjaan yang harus diselesaikan di sana. Arsenal, tanpa mengurangi rasa hormat, telah tertinggal. Mereka tidak bekerja cukup keras seperti Chelsea. Mereka memiliki jalan terbaik, karena mereka memiliki Arsène Wenger yang lebih baik dari siapapun untuk urusan memberi kesempatan kepada para pemain muda. Namun prosesnya, dan hal-hal yang terlewatkan selama beberapa tahun, telah dijalankan dengan lebih baik oleh Chelsea lewat rekrutmen dan segala aspek lainnya. Jarak itu dapat dipersempit. Namun terlalu dini untuk membicarakannya. Orang-orang di sana… Anda akan lebih memahaminya lima tahun kedepan,” tutup Burton.

Komentar