FC Basel, Klub yang Kerap Membuat Mantannya Menyesal

Cerita

by Ardy Nurhadi Shufi

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

FC Basel, Klub yang Kerap Membuat Mantannya Menyesal

FC Basel merupakan klub Swiss yang sudah rutin bermain di kancah Eropa sejak musim 1999-2000. Meskipun begitu, Basel kerap kali hanya berstatus sebagai penghibur. Langkahnya selalu terhenti pada babak fase grup, bahkan babak play-off pada awal-awal kiprahnya di Eropa.

Tergabung bersama Liverpool, Ludogorets, dan sang juara bertahan Real Madrid, musim ini klub asal Swiss tersebut kembali berpeluang mengulang prestasi terbaik mereka di Liga Champions pada musim 2011/2012, mencapai babak 16 besar. Bagi klub asal kota Basel tersebut, lolos ke babak fase gugur Liga Champions adalah suatu pencapaian yang bisa dibilang cukup luar biasa.

Wajar memang, karena Basel bukanlah klub kaya yang bisa membayar pemain-pemain mahal berkualitas agar bisa berprestasi pada kompetisi yang paling bergengsi di Eropa sekelas Liga Champions. Beberapa tahun ke belakang, mereka tak pernah memaksakan untuk mengontrak pemain mahal, mereka lebih memanfaatkan talenta-talenta muda mereka untuk berkompetisi di Liga Champions.

Namun pada musim ini, mereka cukup serius untuk mengejar prestasi di Liga Champions. Skuat Basel saat ini dihuni oleh banyak pemain yang bukan pemain asal Swiss. Dari 28 pemain, terdapat 17 pemain Basel yang berasal dari luar Swiss. Kemungkinan lolos ke babak fase gugur pun cukup terbuka asalkan mereka bisa mengalahkan Liverpool pada pertandingan terakhir , di mana malam nanti (27/11) mereka harus menghadapi Real Madrid terlebih dahulu.

Pada musim ini, sebanyak enam pemain asing, bukan pemain Swiss, direkrut Basel. Memang jumlah ini bukan jumlah perekrutan terbanyak yang pernah dilakukan Basel. Namun pemain ‘asing’ yang keluar pada musim lalu lebih sedikit, tiga pemain. Jumlah ini tak seimbang dengan pemain asal Swiss yang dilepas Basel, enam pemain.

Berbeda dengan musim-musim sebelumnya di mana pemain ‘asing’ yang keluar selalu lebih banyak jika dibandingkan dengan akhir musim lalu.

Ya, Basel sebenarnya identik dengan pemain-pemain binaan mereka yang cukup berkualitas. Hampir setiap musim, mereka selalu menelurkan pemain bertalenta untuk bermain di liga top Eropa. Namun tak semua pemain yang akhirnya bisa bersinar.

Bagi banyak pemain, bermain di luar negeri adalah tantangan dan kesempatan untuk menaikkan level pemain itu sendiri. Ketika tawaran datang, para pemain selalu ingin menerima kesempatan tersebut. Sedangkan pihak klub, tak pernah menghalang-halangi pemainnya untuk berkembang.

Pada awal musim ini, Yann Sommer dan Valentin Stocker adalah generasi berikutnya dari akademi Basel yang hengkang ke luar negeri, dalam kasus ini Jerman sebagai destinasi. Sommer kini bermain untuk Borussia Moenchengladbach, sementara Stocker direkrut Hertha BSC.

Keduanya, menyusul pemain-pemain seperti Granit Xhaka,Timm Klose, Xherdan Shaqiri, Eren Derdiyok, Philipp Degen, Marco Streller, Hakan Yakin dan beberapa pemain lain yang merupakan lulusan akademi Basel dan menjadikan Jerman sebagai tempat pertama untuk melanjutkan karir di luar Swiss.

Tak hanya nama-nama di atas, nyatanya masih banyak pemain bertalenta lain yang merupakan lulusan akademi Basel. Misalnya saja Zdravko Kuzmanovic yang sekarang bermain Inter Milan, Gokhan Inler yang menjadi kapten Napoli, Felipe Caicedo yang berkarir di Espanyol, serta Ivan Rakitic yang pada musim ini hijrah ke raksasa Spanyol, Barcelona.

Namun beberapa tahun terakhir, muncul anggapan bahwa para pemain lulusan Basel yang bermain di luar Swiss seringkali tak memiliki karir yang cukup cemerlang. Anggapan ini cukup masuk di akal jika melihat Shaqiri yang kalah saing dengan skuat yang dimiliki Bayern Munich, atau Xhaka yang performanya semakin menurutn bersama Gladbach. Bahkan jika menganggap serius anggapan ini, Mohamed Salah yang direkrut Basel saat masih berusia 20 tahun, tak mendapatkan menit bermain yang banyak setelah bergabung ke Chelsea.

Pelatih FC Basel, Paulo Sousa, mengatakan, alasan dibalik tak bersinarnya mantan pemain Basel di luar Swiss adalah saat bermain di luar, mereka tak bermain seperti saat membela Basel, di mana mereka bermain dengan hati dan kecintaan terhadap klub.

“Tak peduli pemain tersebut darimana berasal, sangatlah penting bagi seseorang dapat menyampaikan apa artinya bermain untuk klub ini lalu bisa menyampaikan semangat klub pada semua orang,” ujar Sousa mengutip dari The Football Times.

Sousa pun member contoh karir salah satu pemainnya, Marco Streller. Streller yang kini menjadi kapten dan pemain andalan Basel, sempat membela Vfb Suttgart selama empat musim. Namun karena ia tak bisa beradaptasi dengan sepakbola selain Swiss, khususnya Jerman, ia pun kembali memperkuat Basel kembali sejak musim 2007/2008.

Hal ini pula yang terjadi pada Benjamin Huggel dan Alexander Frei. Huggel sempat membela Eintracht Frankfurt selama dua musim sebelum pada akhirnya pensiun bersama Basel. Sementara Frei yang sempat berbaju Thun lalu hijrah ke Dortmund, memilih untuk kembali ke Basel di mana akhirnya ia gantung sepatu bersama klub yang membesarkannya.

Tren ini berlanjut pada Behrang Safari dan Philipp Degen yang juga memilih untuk kembali pulang setelah sempat melanglang buana meninggalkan Basel. Keduanya kini masih menjadi andalan Basel meski usianya sudah tak muda lagi, sama halnya seperti Streller.

Ya, banyak pemain yang meninggalkan Basel tapi kemudian mereka memilih kembali untuk melanjutkan karir bahkan hingga pensiun. Selain bisa mendapatkan menit bermain lebih banyak, kesempatan bermain di Liga Champions pun selalu ada.

Musim ini, beberapa pemain muda yang memiliki potensi mulai diincar beberapa klub luar Swiss. Para pemain seperti Fabian Schar (22 tahun), Derlis Gonzalez (20), Lucca Zuffi (24), dan pemain sayap kelahiran Kamerun, Breed Donald Embolo (17) kemungkinan besar akan mengikuti jejak Xhaka, Shaqiri, Salah dan beberapa pemain lain yang meninggalkan Basel untuk melanjutkan karir di luar Swiss.

Namun dengan beberapa contoh di atas, jangan heran jika pada akhirnya mereka akan kembali ke pelukan Basel ketika karirnya mulai meredup. Karena bagi Basel, mereka tak ragu untuk melepas pemainnya dan juga tak ragu untuk menerima kembali mereka yang gagal bersinar setelah meninggalkan Basel.

foto: tageswoche.ch

Komentar