Diaby dan Kisah yang Terulang Kembali

Cerita

by Redaksi 43

Redaksi 43

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Diaby dan Kisah yang Terulang Kembali

Beberapa pemain karirnya habis karena cedera. Beberapa lainnya mengalami hal serupa karena petaka yang mereka alami membuat manajer tak lagi menaruh rasa percaya kepada mereka. Ada pula yang berkali-kali menderita cedera (baca: puluhan kali) namun tetap mendapatkan kepercayaan dari manajernya.

Pemain seperti itu bukan mitos. Ia benar-benar ada. Namanya adalah Vassiriki Abou Diaby. Seorang keturunan Pantai Gading yang lahir dan tumbuh besar di pinggiran kota Paris. Seorang gelandang kesayangan Arsène Wenger, manajer Arsenal. Seorang pemain berkelas yang memiliki satu kelemahan: rentan cedera.

Kepercayaan Wenger terhadap Diaby dengan pergerakannya di bursa transfer sama saja: sama-sama sulit dimengerti. Bagaimana tidak, sejak didatangkan pada 13 Januari 2006, Diaby sudah 41 kali menderita cedera. Cedera pertamanya ia alami pada 1 Mei 2006, dan yang terbaru ia derita pada 14 Oktober lalu.

Sebagai hasilnya, Diaby sejauh ini baru bermain sebanyak 180 kali untuk tim senior Arsenal. Hanya 180 pertandingan, atau tepatnya 11.647 menit jam terbang, selama nyaris sembilan tahun adalah jumlah yang sangat sedikit. Namun Wenger sangat menghormati Diaby dan ia akan kembali memberi perpanjangan kontrak kepada sang pemain. “Jika ia sembuh, saya akan mempertahankannya. Saya selalu percaya kepadanya,” ujar Wenger kepada BeIn Sport.

Sama seperti kebijakan transfer yang ia anut, efek membingungkan yang dihadirkan oleh keputusan pemberian kontrak baru kepada Diaby tidak bertahan lama. Perlahan tapi pasti, dunia akan dibuat percaya bahwa keputusan Wenger terbukti tepat. Wenger knows best, istilahnya.

Dan memang sudah sewajarnya Diaby mendapatkan perpanjangan kontrak. Bersama Tomáš Rosický dan Bacary Sagna, Diaby adalah sedikit pemain Arsenal yang selalu tampil baik di setiap pertandingannya. Tak pernah, sekalipun, ketiganya mengecewakan.

Sagna yang kini membela Manchester City sejatinya berada di level yang berbeda, karena ia tidak terlalu sering menepi karena cedera. Yang istimewa justru Rosický dan Diaby. Setiap kali diberi kepercayaan tampil, keduanya selalu bermain bagus.

Bahkan Cesc Fàbregas si anak emas pernah menghancurkan peluang besar Arsenal. Mesut Özil, pemain termahal sepanjang sejarah klub, malah seringkali tampil di bawah standar. Laurent Koscielny, salah satu contoh paling baik untuk pemain belakang cerdas juga begitu. Kapanpun Rosický dan Diaby bermain, sementara itu, selalu diiringi oleh hal-hal baik. Penampilan keduanya selalu saja bagus walaupun Arsenal kalah.

Penghambat Rosický dan Diaby hanya satu: cedera. Jika bukan karena alasan tersebut, pastilah keduanya selalu menjadi langganan. Sebagai catatan, jumlah cedera yang diderita oleh Rosický sepanjang karirnya bersama Arsenal adalah 39.

Terlepas dari semua penampilan baik yang sudah ditunjukkan oleh Diaby (juga Rosický) dunia boleh tidak setuju. Dunia boleh mengutuk Wenger. Bagaimanapun, ia memang bukan orang paling benar. “Saya memang bukan orang paling objektif sedunia,” pernah sekali ia berujar.

Namun dunia juga harus ingat, bahwa menentang Wenger adalah sesuatu yang percuma. Ia keras kepala. Jika Anda penggemar Arsenal, berdoa saja. Panjatkan harap pada semesta agar Diaby bisa seperti Arjen Robben, si manusia kaca yang akhirnya mampu menjadi pemain yang mengerikan bersama FC Bayern.

Komentar