Untuk Dortmund dari Kramer

Berita

by Redaksi 43

Redaksi 43

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Untuk Dortmund dari Kramer

Ternyata, apa yang dibutuhkan oleh tim manapun untuk mengalahkan Borussia Mönchengladbach sama dengan apa yang dibutuhkan oleh Borussia Dortmund untuk meraih kemenangan: sebuah gol dari Christoph Kramer. Gol bunuh diri, tepatnya. Gol bunuh diri yang indah, jika memang boleh disebut demikian.

Gladbach membawa bekal yang sangat baik saat berkunjung ke Signal Iduna Park. Mereka tak terkalahkan dalam 18 pertandingan terakhir yang telah mereka jalani di semua kompetisi. Tak satu tim pun, termasuk Bayern München, berhasil mengalahkan die Fohlen. Wajar jika Gladbach percaya diri.

Apalagi tuan rumah, Dortmund, sedang tidak bersahabat dengan Bundesliga. Sejak menang melawan SC Freiburg, tujuh pertandingan telah dijalani oleh die Schwarzgelben dan tak sekalipun mereka berhasil meraih kemenangan.

Wajar jika kemudian para pemain Dortmund tidak bersemangat ketika menghadapi pertandingan di Bundesliga. Bahkan Pierre-Emerick Aubameyang sempat berkata seperti ini menjelang pertandingan keempat di Champions League: “Kami senang kembali bermain di Liga Champions. Kami tidak ingin memikirkan performa kami di Bundesliga.”

Terlepas dari itu semua, semalam Dortmund tampil perkasa. Sepanjang pertandingan, pasukan Jürgen Klopp mengurung Gladbach dan menghujani lawannya dengan serangan bertubi-tubi. Gudang statistik Bundesliga mencatat tembakan tepat sasaran yang dilepaskan oleh para pemain Dortmund saja jumlahnya ada 15.

Pasukan Lucien Favre sendiri hanya “dibiarkan” memiliki satu tembakan. Itupun baru pada menit ke-64, dan tendangan yang dilepaskan oleh Patrick Hermann tersebut membentur pemain Dortmund.

Namun apalah arti dominasi total dan serangan bertubi-tubi jika semua itu tidak mampu dikonversi menjadi gol? Tak perlu banyak. Selama lawan berhasil dipaksa mandul, satu gol saja sudah cukup. Namun mencetak satu gol saja para pemain Dortmund tidak mampu. Satu Yann Sommer ternyata adalah lawan yang terlalu tangguh untuk empat belas orang pemain Dortmund.

Dortmund beruntung karena lawan mereka memiliki Christoph Kramer. Di menit ke-58, dari jarak 30, Kramer mencetak gol ke gawangnya sendiri.

Gol bunuh diri Kramer adalah gabungan dari beberapa hal: Pertama, ketidakmampuan untuk membaca situasi. Kedua, pengambilan keputusan yang buruk. Memberi umpan lambung kepada seorang penjaga gawang yang sudah maju jauh meninggalkan sarangnya jelas bukanlah sebuah keputusan yang bijak.

Ketiga, benturan kepala yang diderita saat final Piala Dunia. Kramer sempat kesulitan berdiri tak lama setelah kecelakaan terjadi. Ia bahkan melayangkan pertanyaan “wasit, apakah ini final Piala Dunia?” kepada Nicola Rizolli, wasit yang bertugas kala itu. Bukan tak mungkin gangguan kecil menyebabkan Kramer gagal membaca situasi dan mengambil keputusan yang buruk.

Tidak usah terlalu serius. Benturan kepala di Maracanã tak memiliki hubungan apa-apa dengan gol bunuh diri di pertandingan semalam. Itu hanyalah benturan kecil dan otak Kramer telah kembali berfungsi dengan sempurna. Ia bahkan telah dapat menulis buku yang mengisahkan pengalamannya bersama tim nasional Jerman di Piala Dunia 2014.

Apapun alasan dibalik gol bunuh diri Kramer, ada satu hal yang pasti: Dortmund menerimanya dengan senang hati.


Komentar