Dominasi Persipura di Liga Super Indonesia

Cerita

by Ardy Nurhadi Shufi

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Dominasi Persipura di Liga Super Indonesia

Persipura harus kalah pada partai puncak Liga Super Indonesia, semalam (7/11). Bermain di stadion Jakabaring, Palembang, tim berjuluk Mutiara Hitam ini ditaklukkan juara liga Indonesia edisi pertama, Persib Bandung, lewat adu penalti yang berkesudahan dengan skor 5-3 (2-2).

Memang, kekalahan ini membuat Persipura gagal mendapatkan bintang kelimanya pada musim ini. Namun tetap saja, performa yang ditunjukkan skuat asuhan caretaker Mettu Duaramari ini, sangat mencerminkan bahwa Persipura adalah tim bermental juara.

Sejak tahun 2009, Persipura selalu berada di posisi dua teratas saat kompetisi berakhir. Siklus setahun juara setahun runner-up pun kembali terjadi setelah kalah oleh Persib malam. Karena Persipura berhasil menjadi juara pada tahun 2009, 2011, dan 2013.

Sebenarnya Persipura nyaris bisa mengalahkan Persib malam tadi. Tengok saja saat keadaan tertinggal 1-2, Persipura tetap bermain ngotot, mendominasi pertandingan, dan berkali-kali mengancam gawang Persib yang dijaga I Made Wirawan. Terlebih, Persipura harus bermain dengan 10 pemain menjelang babak pertama berakhir.

Hasilnya? Persipura berhasil menyamakan kedudukan 10 menit menjelang pertandingan berakhir. Boaz Salossa berhasil memanfaatkan umpan silang mendatar yang dilepaskan oleh Ferry Pahabol. Kredit khusus patut diberikan pada Pahabol yang mampu memberikan angin segar dengan pergerakannya yang kerap membuat pertahanan Persib kocar-kacir.

Performa Persipura yang sangat mengesankan pada pertandingan semalam tentunya bukan kebetulan belaka. Pada musim ini, mental juara Persipura sudah terlihat sejak babak penyisihan grup wilayah timur.

Keperkasaan Persipura pada grup wilayah timur ditunjukkan dengan tak terkalahkan selama 19 pertandingan Liga Super Indonesia. Tim yang bermarkas di stadion Mandala, Jayapura, ini baru mengalami kekalahan di ISL pada pekan terakhir babak fase grup setelah dikalahkan Persela Lamongan di stadion Surajaya.

Selain itu, performa mereka pun menorehkan sejarah di kompetisi AFC Cup, kompetisi tertinggi di Asia setelah Liga Champions Asia. Jika musim lalu terhenti pada babak delapan besar, musim ini Persipura berhasil mencapai babak semi-final, di mana ini menjadi torehan terbaik klub Indonesia sejak tahun 1992.

Di babak semi-final, Persipura kalah oleh Al-Qadsia dengan agregat yang cukup telak, 10-2. Meskipun begitu, lawan Persipura dari Kuwait ini memang bukan tim sembarangan. Karena pada akhirnya, Al-Qadsia-lah yang keluar sebagai juara AFC Cup 2014.

Kakalahan ini sempat membuat performa Boaz cs menurun. Setelah menderita kekalahan pertama di liga, pada tiga pertandingan pertama babak delapan besar ISL pun performa Persipura cukup mengkhawatirkan. Setelah menuntaskan dendamnya terhadap Persela, Persipura dikalahkan Semen Padang dan Arema Cronus.

Namun akhirnya mental juara kembali lahir pasca pelatih Jacksen F. Tiago tak lagi melatih Persipura. Ditangani tim pelatih yang dipimpin Mettu Duaramuri, Persipura lantas meraih tiga kemenangan secara beruntun sehingga bisa lolos ke babak semi-final untuk mengalahkan Pelita Bandung Raya untuk melenggang ke babak final.

Maka dari itu, Persipura mungkin gagal menjadi juara pada musim ini. Namun dengan apa yang ditunjukkan Boaz cs hingga saat ini, puja-puji tetap masih layak disematkan pada klub asal Timur Indonesia ini. Persipura memang bukan yang terbaik di Indonesia untuk saat ini. Tapi mental juara Persipura, jelas tak perlu diragukan lagi. Tak juara sekarang, mereka siap menjadi penantang serius tim manapun yang berusaha menjadi yang terbaik di Indonesia pada musim depan dan seterusnya.

Komentar