Ternyata ISL di India Juga Ada Kekerasan

Berita

by Ardy Nurhadi Shufi

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Ternyata ISL di India Juga Ada Kekerasan

Liga Super Indonesia atau lebih sering disebut sebagai Indonesia Super League (ISL) baru-baru ini menyajikan beberapa kekerasan. Dimulai dari kekerasan di luar lapangan, maupun di dalam lapangan (seperti yang tersaji saat laga Persipura vs Arema).

Namun ternyata kekerasan dalam sepakbola terjadi juga di ISL lainnya. Kemarin (24/10), dalam lanjutan India Super League (ISL), kapten FC Goa yang juga mantan pemain Arsenal,  Robert Pires, dikabarkan mendapatkan pukulan di wajahnya oleh pelatih lawan, Antonio Habas, dari Atletico de Kolkata.

Hal ini terungkap saat pelatih FC Goa, Zico, mendapatkan laporan dari Pires bahwa dirinya mendapatkan pukulan. Lantas Zico mengungkapnya pada media selepas pertandingan usai.

“Kejadian serius lain terjadi ketika salah satu pemain saya mengatakan bahwa dirinya mendapat pukulan dari pelatih tim lawan. Pires mengatakan bahwa ia mendapat pukulan pada wajahnya oleh pelatih Atletico dan ini sangat memalukan,” ujar Zico prihatin.

“Saya mengatakan pada kalian (media) apa yang dikatakan pemain saya meski saya tak melihatnya dengan mata kepala saya sendiri. Tapi saya pikir Pires tak berbohong atau mengucapkan yang sebenarnya tak terjadi,” tambah legenda tim nasional Brasil tersebut.

Kejadian ini memang luput dari penglihatan media. Pasalnya, insiden ini terjadi saat pertandingan yang berlangsung di Nehru Stadium, Fatorda, itu memasuki jeda babak pertama.

Manager tim Atletico, Rajat Ghosh Dastidar, tak menampik adanya insiden ini. Namun ia mengatakan bahwa kubu Goa-lah yang memulai perselisihan ini. “Semuanya terjadi di depan ruang ganti kami. Dan yang saya lihat mereka seperti menantang untuk berkelahi,” ujar Rajat seperti ditulis Daily Bhaskar.

Pertandingan yang dimenangkan oleh tim tamu dengan skor 1-2 ini memang bertensi tinggi. Selain dihiasi delapan kartu kuning untuk kedua tim, kartu merah pun diberikan pada pelatih kiper Atletico, Deshi Baktawer.

Selain itu, bek FC Goa, Gregory Arnolin, menderita luka di pelipis kirinya. Sepanjang pertandingan, Arnolin berjibaku dengan penyerang Atletico asal Ethiopia, Fikru Teferra. Sementara bek Ateltico, Miguel Gonzalez Rey, mendapatkan kenang-kenangan dari pertandingan ini dengan kepalanya yang diperban.

Kekalahan yang diterima Goa disikapi dingin oleh sang pelatih. Menurutnya, timnya telah bermain baik. Hanya saja tim lawan yang bermain kasar membuat hasil akhir tak sesuai harapannya.

“Insiden saat turun minum membuat tim kami tak stabil. 15 menit waktu istirahat hanya digunakan untuk menenangkan kegelisahan para pemain,” ujar Zico. “FC Goa hadir untuk bermain sepakbola. Dalam tiga pertandingan terakhir, tak ada pemain yang mendapat hukuman, karena kami hanya menerima dua kartu kuning. Tapi mungkin tim lawan datang ke lapangan dengan tujuan bermain ‘American Football’.”

Apa yang terjadi pada matchday ke-3 ISL ini tentu saja mencoreng nama baik persepakbolaan India yang sebenarnya sedang membangun kembali imej persepakbolaan mereka. Karena ISL sendiri memang diadakan untuk mereformasi sepakbola India yang tengah terpuruk.

Lebih dari itu, kejadian ini semakin menjauhkan sepakbola dari esensi sportivitas. Sangat disayangkan apa yang terjadi akhir-akhir ini dalam dunia sepakbola, terkontaminasi dengan unsur kekerasan. Semoga sepakbola di India, Indonesia dan seluruh dunia bisa kembali lagi mengedepankan sportivitas olahraga dan keindahan dalam dunia sepakbola.

Komentar