Pressing dan Permainan Melebar Munich yang Hancurkan AS Roma

Analisis

by Ardy Nurhadi Shufi

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Pressing dan Permainan Melebar Munich yang Hancurkan AS Roma

AS Roma harus menanggung malu kala menjamu Bayern Munich di stadion Olimpico, Roma, pada Rabu dini hari tadi (22/10). Kekalahan dengan skor telak 1-7 harus ditelan bulat-bulat oleh tim berjuluk Serigala Ibu Kota ini pada matchday ke-3 Liga Champions 2014/2015.

Rudi Garcia, pelatih Roma yang disebut-sebut sebagai pelatih terbaik Serie A saat ini, kalah segalanya dari Pep Guardiola, pelatih Bayern Munich. Pelatih asal Prancis itu kebingungan mengatasi strategi Guardiola yang  tanpa disangka kembali menggunakan formasi 3-4-3. Padahal sebenarnya, formasi ini sempat  tak berjalan sesuai yang diharapkan kala Guardiola memparaktikkannya pada beberapa laga awal Munich.

Xabi Alonso menjadi figur penting dari keberhasilan Bayern Munich dalam penggunaan formasi 3-4-3. Kehadiran gelandang asal Spanyol yang ditransfer dari Real Madrid tersebut membuat Bayern Munich memiliki banyak opsi  dalam hal skema permainan yang digunakan.

Pertanyaannya, bagaimana bisa skema tiga bek yang sebenarnya cukup beresiko menghadapi AS Roma yang memiliki keunggulan pada sektor penyerangan sayapnya ini tak mampu dieksploitasi skuat Roma? Di sinilah kejeniusan seorang Guardiola muncul. Ia justru mampu mengubah kelemahannya ini menjadi kelebihan dan kekuatannya dalam mengoyak gawang Roma sebanyak tujuh kali.

Adalah pressing sejak menit awal dan permainan melebar mengandalkan Franck Ribery dan Arjen Robben yang menjadi kunci Munich mengeksploitasi lini pertahanan Roma. Posisi fullback Roma yang dihuni Ashley Cole dan Vasilis Tosoridis pun menguntungkan Ribery-Robben yang memanfaatkan lebar lapangan. Pasalnya, Cole dan Tosoridis lebih menjaga kedalaman di area kotak penalti.

Gol pertama Munich yang diciptakan Robben pun memanfaatkan Robben yang terlalu dibiarkan bebas. Ketika menguasai bola, Robben dengan mudah melakukan cut inside untuk mengelabui pertahanan Roma. Melihat sedikit celah, pemain andalan tim nasional Belanda ini pun langsungmelepaskan tembakan yang tak mampu dibendung kiper Roma, Morgan De Sanctis.

Gol ketiga pun terjadi dengan kesalahan yang hampir serupa. Pemain Roma yang bertumpuk di tengah untuk menjaga Lewandowski, Muller, Goetze, membiarkan Bernat menyisir sisi kiri dengan bebas. Ketika mendekati area kotak penalti, barulah Bernat mendapat tekanan.

Hal itu membuat penjagaan terhadap Lewandowski mengendur. Bernat pun kemudian dengan cerdik memberikan umpan matang pada Lewandowski. Lewy yang berada di kotak penalti ini cukup bebas untuk mengonversikannya menjadi gol.

Membiarkan Robben menguasai bola dengan lelauasa adalah kesalahan Roma yang teramat fatal. Gol keempat Munich lagi-lagi bermula dari Robben yang tak mendapatkan tekanan berarti dari area yang sebenarnya wilayah Cole.

Bahkan penalti yang didapatkan Munich untuk gol ke-5 pun tercipta hasil dari proses yang nyaris mirip dengan gol ketiga, serangan berasal dari sisi kiri. David Alaba yang sejatinya diposkan sebagai centre-back dengan mudah melakukan overlap dan mengirimkan umpan mendatar sehingga mengenai tangan Kostas Manolas yang terjatuh.

AS Roma sendiri sangat tak berkutik menghadapi lini tengah Munich yang mengandalkan Mario Goetze dan Xabi Alonso. Pergerakan Goetze yang mendapatkan keluasaan bergerak kemana pun membuat trio lini tengah Roma: Pjanic, Nainggolan dan De Rossi kerap kehilangan posisi.

Pressing yang diperagakan para pemain Munich sejak menit pertama pun membuat lini tengah Roma sering melakukan kesalahan-kesalahan umpan. Umpan-umpan pendek yang mengalir dari tengah ke sayap tak terlihat pada laga ini. Sedangkan umpan-umpan lambung yang diperagakan gelandang Roma sering tak menemui sasaran.

Maka dari itu, lini penyerangan Roma yang dihuni Francesco Totti, Gervinho, dan Juan Iturbe sering  tak mendapatkan suplai bola-bola matang. Penyerangan yang dilakukan Roma pun akhirnya selalu berakhir sia-sia. Tak heran hanya satu gol yang bersarang ke gawang Manuel Neuer.

Ya, kekalahan Roma memang merupakan bukti nyata Rudi Garcia tak mampu menandingi kehebatan Pep Guardiola. Taktik Garcia tak berjalan sesuai rencana karena selalu berhasil dipatahkan Guardiola. Dan tujuh gol yang bersarang ke gawang Roma menjadi bukti nyata Garcia masih harus belajar banyak dari Guardiola.

Analisa selengkapnya di About The Game Detiksport

Komentar