Sisi Lain Kebaikan yang Muncul Dalam Hati John Terry

Cerita

by Ardy Nurhadi Shufi

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Sisi Lain Kebaikan yang Muncul Dalam Hati John Terry

Manusia adalah tempatnya benar dan salah. Kalimat itu sangat tak asing di telinga kita. Karena manusia memang begitulah kodratnya. Di satu momen ia akan melakukan kesalahan, di kesempatan lain ia akan melakukan suatu tindakan kebenaran.

Namun meski dua hal ini terus hidup berdampingan dalam kehidupan kita, nyatanya kita terkadang sulit untuk menerima sebuah kesalahan, khususnya kesalahan yang dilakukan orang lain. Dan dari sikap ini, lahirlah sebuah sikap bernama kebencian.

Dalam sepakbola, hal ini dialami John Terry. Kapten Chelsea ini menjadi sasaran kebencian publik atas apa yang pernah dilakukannya di masa lalu. Terry dibenci lantaran ia pernah berselingkuh dengan kekasih rekannya sendiri dan melakukan tindakan rasis yang dilakukannya terhadap Anton Ferdinand.

Tak hanya kebencian publik, karir sepakbola Terry pun mulai terganggu setelah apa yang terjadi di masa lalu itu. Karena masalahnya terus berlarut-larut, ia dicopot dari jabatannya sebagai kapten tim nasional Inggris.

Manusia memang menuai apa yang ia tanam. Terry, ia sudah sewajarnya dibenci sebagai konsekuensi atas apa yang dilakukannya. Namun meskipun begitu, apakah Terry harus terus diperlakukan seperti itu? Seharusnya tidak.

Terry, sebagaimana yang kita ketahui, ia adalah seorang bek dengan kemampuan luar biasa. Ia seorang pemimpin hebat. Pemain dengan keberanian besar. Dan seorang legenda jika anda pendukung Chelsea. Lebih dari itu, Terry pun sebenarnya memiliki kepribadian yang baik.

Buktinya, baru-baru ini, Terry menyemangati seorang fans Chelsea yang sedang bersedih karena kematian ibunya. Terry memberikan seragam Chelsea yang ditandatanginya dan mengirim pesan untuk penggemarnya itu.

“Selamat pagi. Saya turut berduka cita atas kematian ibumu,” tulis Terry yang membalas pesan penggemarnya itu lewat akun Instagramnya. “Saya akan dengan senang hati akan memberikan satu dari seragam pertandinganku dan menandatanganinya untukmu. Ini dilakukan sebagai bentuk bahwa saya dan Chelsea bisa menolongmu melewati masa sulit seperti ini. Kamu harus meneruskan perjuangan ibumu dan menjadi kuat, tapi jangan pernah takut untuk menangis ketika memikirkan kenangan indah bersamanya. Karena seiring waktu, semuanya akan menjadi lebih mudah.”

Menolong fans seperti di atas bukan hal baru bagi Terry. Sebelumnya, ia pernah menghabiskan waktu seharian penuh bersama seorang bocah berusia 14 tahun yang menderita penyakit usus.



Masih kurang? Bagaimana dengan apa yang dilakukannya terhadap gelandang Aston Villa, Stiliyan Petrov, yang menderita penyakit Leukimia akut? Di mana saat itu Terry adalah pemain pertama (selain pemain dan staff Aston Villa) yang menyemangati dan mengharapkan kesembuhan Petrov.

“Sebelum saya sakit, Saya hanya mengenal John Terry sebatas bersalaman di lapangan sebelum kick off, sebagai rival,” ujar Petrov seperti yang dikutip harian Mirror. “Tapi sekarang, justru ia menjadi rival pertama yang mengharapkan kesembuhanku. Ia terus mengirimiku pesan dan menanyakan bagaimana perkembangan penyakitku. Itu memberikanku kekuatan untuk sembuh dan kembali (bermain sepakbola).”

Pada kesempatan itu, Petrov pun mengamini bahwa Terry adalah pribadi yang baik disamping pemberitaan media yang selalu menyudutkannya. “Terry sering tak mendapat perlakuan baik dari para penonton. Tapi saya melihat pribadi yang beda, tak seperti yang digambarkan banyak orang.”

Tentunya masih banyak lagi kisah yang mencerminkan bagaimana seorang Terry seharusnya mendapat puja-puji atas kebesaran hati yang ia lakukan, bukan cemoohan dan cacian.

Tapi manusia memang tak bisa hidup dalam keabu-abuan. Manusia akan memilih hitam atau putih, suka atau tidak, dan kawan atau lawan. Terlebih lagi dalam sepakbola, di mana identitas warna atau seragam yang dipilih bisa menentukan sikap seperti apa yang harus ditunjukkan sehingga sering membutakan sebuah sisi yang didalamnya menyajikan kebaikan.

foto: wikimedia.org

Komentar