Menanti Tuah Allegri Bersama Juventus di Liga Champions

Cerita

by Ardy Nurhadi Shufi

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Menanti Tuah Allegri Bersama Juventus di  Liga Champions

Keputusan manajemen Juve menunjuk Massimilliano Allegri sebagai suksesor Antonio Conte, didasari oleh prestasi Allegri yang mampu mengantarkan AC Milan bisa berbuat banyak di Liga Champions. Empat musim bersama Milan, empat kali pula Allegri meloloskan Rossoneri dari babak fase grup.

Prestasi itu memang berbanding terbalik dengan apa yang di alami Juve. Kompetisi Eropa seolah menjadi anti-Juventus dalam beberapa musim terakhir. Meski meraih kejayaan di liga domestik dalam tiga musim terakhir, Bianconeri hanya sekali mampu lolos dari babak fase grup dari dua penampilannya di Liga Champions yang dibarengi dengan performanya yang begitu mengecewakan (musim lalu hanya meraih satu kemenangan).

Jika menilik komposisi skuat Juve dengan Milan dalam tiga tahun terakhir, sangat aneh memang jika Milan yang lebih berprestasi. Apalagi jika melihat lawan-lawan Milan bersama Allegri di babak fase grup dalam empat tahun terakhir, satu grup dengan Barcelona sebanyak dua kali dan Real Madrid satu kali, dan Milan menampilkan performa yang cukup menjanjikan meski di liga begitu tertatih.

Singkatnya, manajemen berharap bahwa dengan komposisi yang lebih mumpuni, Allegri bisa melangkahkan Juventus lebih jauh di Liga Champions. Asa inilah yang ditawarkan manajemen Juve kala banyak Juventini yang memprotes keputusan penunjukkan Allegri. Kepercayaan pun perlahan tumbuh bersamaan dengan performa positif yang terus diperlihatkan skuat Juventus asuhan Allegri.

Salah satu kendala Juventus gagal berprestasi di Eropa adalah, formasi 3-5-2 yang menjadi andalan Antonio Conte tak begitu superior kala berlaga di Champions League, maupun Europa League. Conte yang menyadari hal ini pun tak bisa berbuat banyak karena komposisi skuatnya dinilai kurang bisa menerapkan formasi dengan skema empat bek. Formasi 4-3-3 sempat dicoba Conte pada musim lalu kala dua kali melawan Real Madrid, di mana harus berakhir seri dan kalah.

Dan Allegri datang ke Turin dengan segala pengalamannya menggunakan pola empat bek. Di Milan, ia selalu mengandalkan formasi 4-3-1-2 ketika tim-tim di Italia lainnya terbius dengan kekuatan defensif yang ditawarkan skema tiga bek.

Bersama Juve pun ia mulai mengenalkan sistem empat bek sejak menjalani tur pra-musim. Formasi 4-3-1-2 dan 4-3-2-1 acap kali digunakan pada laga-laga pemanasan tersebut. Hasilnya tak terlalu mengecewakan karena Juve hanya sekali kalah, itu pun ketika masih adanya beberapa pemain yang belum bisa bergabung dengan tim pasca Piala Dunia.

Formasi ini sebenarnya memang cukup ideal dengan Juve. Karena, dengan formasi 4-3-1-2 atau 4-3-2-1 Allegri bisa memasang empat gelandang terbaiknya secara bersamaan, Andrea Pirlo, Arturo Vidal, Paul Pogba, dan Claudio Marchisio yang bisa dipasang sebagai trequartista.

Namun pada laga dini hari nanti (17/9) melawan Malmo, Allegri belum bisa menurunkan komposisi idamannya tersebut. Pirlo dan Vidal mengalami cedera dan dapat dipastikan tak akan tampil. Ditambah Roberto Pereyra yang pada laga Juve sebelumnya diturunkan sejak menit awal tak dapat diturunkan karena terkena sanksi akumulasi kartu ketika ia masih membela Udinese.

Allegri sendiri masih belum menentukan akan menggunakan skema empat bek atau tiga bek melawan nanti. Tapi dengan situasi seperti ini, tampaknya Juve masih akan menggunakan pola 3-5-2 seperti yang sudah ditunjukkan pada dua laga awal Serie A. Dua kemenangan pada kedua laga tersebut menjadi bukti bahwa 3-5-2 Allegri pun sama kuatnya dengan 3-5-2 Conte.

Lawan Malmo, menjadi ujian pertama Allegri. Kemenangan pada laga ini mungkin belum membuktikan dirinya pelatih yang bisa berbicara banyak di liga Champions. Pasalnya Conte pun selalu bisa menang melawan tim medioker di Liga Champions kala berlaga di kandang. Jadi jika pada laga ini Juve seri apalagi kalah, rasanya kita pantas meragukan kapabilitas Allegri di liga Champions.

Komentar