Pelajaran dari Lubang di Lini Tengah Real Madrid

Taktik

by Aqwam Fiazmi Hanifan

Aqwam Fiazmi Hanifan

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Pelajaran dari Lubang di Lini Tengah Real Madrid

Ada satu pelajaran yang bisa didapat dari Real Madrid yang selama ini nampaknya gagal menerapkan pola 4-3-3 yang bertumpu pada Toni Kroos dan Luka Modric. Dengan memainkan dua gelandang serang yang didorong ke belakang tugas dua pemain ini untuk mengalirkan mengalirkan bola ke depan memang selalu terpenuhi.

Asupan supply tak henti mereka berikan pada Karim Benzema, Christian Ronaldo, James Rodriguez atau Gareth Bale.  Hanya saja dengan beberapa kali rotasi taktik yang dilakukan Ancelotti, khususnya dengan mengubah tiga gelandang di tengah antara James – Modric – Kroos membuat skema lini tengah Madrid kadang tidak berjalan maksimal.

Misal, dalam skema 4-3-3 Don Carlo kadang menjadikan Kroos sebagai gelandang bertahan sendirian dan mendorong Modric naik ke depan serta James bermain melebar ke sayap, hal ini dilakukan saat menghadapi Sevilla pada Piala Super Cup, agustus lalu.

Kadang pula Ancelotti menjadikan James pemain no 10 di belakang Benzema, dan Modric – Kroos sebagai poros ganda. Hal inilah yang terjadi saat melawan Atletico Madrid, akhir pekan lalu. Yang nyatanya malah jadi blunder bagi Madrid.

Pada laga itu kedua gelandang ini diintruksikan melakukan dua opsi serangan yakni mengirimkan operan ke depan, melalui James Rodriguez di tengah, atau melalui Gareth Bale di sisi kanan. Ketimpangan di sayap kiri terjadi karena Ronaldo bermain cukup jauh di depan, minimnya bantuan serangan dari fullback membuat serangan Madrid hanya mentok di final third Atletico saja.

Terlebih penempatan Kroos dan Modric yang jauh di belakang membuat James harus bergerak sendirian di lini tengah. Alhasil pemain muda kolombia ini selalu terlihat kebingungan mencari partner.

Kondisi itu ditambah dengan Atletico yang bermain sangat rapat hingga aliran bola Real Madrid tidak berjalan lancar. Dua gelandang Atletico Madrid di tengah akan langsung menghadang ketika bola dialirkan ke James Rodriguez.  Sedangkan di kanan, Gareth Bale harus berhadapan dengan Koke dan Siqueira. Kroos dan Modric sendiri selalu mendapatkan hadangan Mandzukic dan Gimenez, dua striker yang memainkan peran sebagai suffaco – alias defensive striker

Masuknya Arda turan dan Antoine Griezmann yang menggantikan Gabi dan Raul Jimenez. Semakin menambah berat kerja Kroos dan Modric di tengah. Formasi 4-4-1-1 yang dimainkan German Burgos pada babak kedua  membuat peran Kroos harus sedikit bermain melebar menjaga  Turan.

Saat ditinggal Kroos otomatis Modric berdiri sendirian di depan back four, jujur saja pemain Kroasia ini tak mampu memerankan sebagai holding midfielder yang baik. Saat menyerang dia sering telat bertahan, upayanya menghentikan serangan balik Atletico pun selalu gagal.

Gol kemenangan yang dicetak Atletico berdasarkan skema untuk membongkar duat Kroos dan Modric di tengah. Melalui serangan balik yang terencana, Griezmann masuk ke celah yang ada diantara kedua pemain ini dan menarik Kroos melebar ke sayap, hingga membiarkan Modric sendirian di depan back four. Modric yang terlalu maju membuat ada gep cukup jauh antara dirinya dengan back four yang dengan cerdik juga ditarik oleh Madzukic untuk bermain dalam dekat kiper.

Dengan eksekusi melalui cutback dari sayap, maka dengan leluasa Turan melepaskan tendangan keras membobol gawang Casilas. Dan membuat serangan balik yang dirancang lawan dengan mudah mengkondisikan gelandang/striker lawan berhadap-hadap langsung dengan bek tengah.

Memainkan Kroos dan Modric secara bersamaan adalah perjudian bagi Ancelotti. Jauh-jauh hari, saya pernah memprediksikan bahwa duet pemain ini akan bermasalah dalam soal bertahan.  Dan benar saja hal itu terbukti kebenarannya. Kroos dan Modric adalah dua pemain yang memiliki karakter fisik dan agresif sama.

Tak apa jika Don Carlo ingin memasang dua pemain ini secara bersamaan, tapi itupun harus mengorbankan James Rodriguez yang dibangkucadangkan. Peran James mungkin bisa digantikan oleh Kheidira yang notabene adalah gelandang bertahan murni, hingga bisa membuat Kroos dan Modric lebih leluasa bermain tinggi. Tapi mencadangkan James tentu itu juga polemik tersendiri mengingat bakatnya menyerangnya tak bisa tergantikan. Namun ya itulah resiko terlalu banyak menumpuk pemain bintang. Masalah lini tengah ini pastinya akan memusingkan Ancelotti.

Komentar