Cerita Lain Penindasan Franco Terhadap Barcelona dan Atletic Bilbao

Cerita

by Aqwam Fiazmi Hanifan

Aqwam Fiazmi Hanifan

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Cerita Lain Penindasan Franco Terhadap Barcelona dan Atletic Bilbao

Berbagai macam cara bisa dilakukan mengungkapkan perlawanan atas penindasan. Di sepak bola hal itu tentunya tak terjadi di lapangan hijau semata, banyak jalur yang bisa dijadikan sebagai alat perlawanan. Dalam konteks klub sepak bola, salah satu bentuk resistansi itu biasanya tersirat dari identitas visual alias logo. Baik itu logo klub, maupun identitas klub yang diadopsi kultur supporter.

Di Spanyol, cukup mudah membedakan latar belakang sejarah klub-klub yang nasionalis dan separatis di sana. Dari sisi nama, klub-klub yang dekat dengan kerajaan selalu memakai kata “Real” atau “Royal”sebuah patron isyarat bahwa kerajaan melindungi klub tersebut.

Patut diketahui penamaan itu bermula di tahun 1920, kala Raja Alfonso XIII menggelar turnamen Copa Del Rey. Dari tujuh klub peserta turnamen, empat diantaranya diberi penghargaan menyisipkan identitas “Real” dalam nama klub : Real Madrid, Real Union, Real Vigo Sporting (cikal bakal Celta Vigo) dan Real Sporting Gidjon.

Sikap pilih kasih castilia di Madrid terhadap klub-klub pembangkang kentara terlihat. Dari sisi visual, disisipilah lambang mahkota terhadap logo sebagian klub-klub di Spanyol sebagai bentuk penghargaan keloyalan mereka terhadap kerajaan. Di Spanyol saat ini dari 625 klub amatir dan professional, 125 diantaranya menyisipi mahkota di dalam logo klub, termasuk 25 klub yang diberi title “Real”.

Politik memang kentara terasa pada kehidupan sepak bola Spanyol di awal abad 20. Gelar “Real” dan “mahkota” terlalu berbahaya jika diberikan kepada klub-klub separatis macam Barcelona dan Atletic Bilbao. Klub rewel yang selalu menuntut regional mereka memisahkan diri dari kerajaan.

Udara perlawanan kian berhembus di Catalan dan Basque sejak Jenderal Franco duduk di tampuk kekuasaan. Dia seorang politisi cerdas, oportunis dan kejam. Keberpihakan bangsa Catalan dan Basque kepada kaum republik dalam perang saudara tahun 1936-1939 melawan kaum Nasionalis yang Franco pimpin, berbuah pahit.

Dia larang penggunaan bahasa serta simbol-simbol bangsa Catalan dan Euskara (Basque). Tetapi Franco tau potensi sepak bola di Spanyol sebagai budaya massa. Ia tak melarang pertandingan sepak bola di sana. Stadion digunakan semacam katup melarikan diri di mana gairah perlawanan bisa dibiarkan bebas daripada pembencinya melakukan kerusuhan di jalan-jalan.

ss

Dulu, orang boleh mengumpat segala macam di dalam stadion. Namun jangan harap dibiarkan membawa-bawa simbol-simbol politik. Franco jeli betul, logo-logo klub sepak bola mengandung kedekatan historis dengan simbol politik masyarakat lokal. Tak ayal, semenjak ia berkuasa. Ia minta kedua klub Barcelona dan Atlectic Bilbao untuk mengganti logonya.

Barcelona di larang memakai identitas bendera Catalunia di dalam logo mereka. Perhatikan gambar diatas, 9 garis strip merah-kuning yang biasa disebut “Estelada” oleh Franco di kurangi menjadi hanya empat strip. Apakah itu berpengaruh? Tentu saja iya, bagaimana rasanya jika bendera Indonesia ditambah menjadi merah putih-merah putih. Ini bukan soal warna, tapi soal entitas kebangsaan dari  suatu bangsa.

Apa yang menimpa Barca tak sebanding dengan Bilbao. Lebih pahit, logo Bilbao dirombak total oleh rezim. Antara Barca dan Atletico mengalami satu kesamaan, yaitu perubahan nama klub yang semula dari bahasa Inggris menjadi bahasa Spanyol. Lewat bahasa, Franco memaksa Basque dan catalan tunduk mutlak mengakui Spanyol.

Karenanya, saat Franco mundur dari superiositas panjangnya ditahun 1973 dan dikubur di liang lahat tahun 1975, kebebasan mutlak ditangan penggemar Barca dan Bilbao. Hal pertama yang dilakukan adalah melepaskan identitas ke”spanyol”an dalam identitas klub : merubah nama klub pada logo menjadi berbahasa Inggris seperti dulu kala. Dan tentu saja meneruskan perlawanan kepada castilla yang berlanjut hingga kini.

Saat kedua tim ini bertemu aroma perlawanan kian kental. Kedua suporter biasanya dengan gagah mengibarkan bendera kebangsaan masing-masing. Warna strip merah kuning Estelada kebangaan catalunya berpadu dengan Ikurrina merah putih hijau yang identik dengan bendera Basque.

Komentar