Belajar Kepemilikan Pemain Ketiga dari Kasus Rojo, Tevez dan Mascherano

Cerita

by Redaksi 46

Redaksi 46

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Belajar Kepemilikan Pemain Ketiga dari Kasus Rojo, Tevez dan Mascherano

Presiden Sporting Lisbon, Bruno de Carvalho, menyerang dana investor yang dianggap membeli “hak ekonomi” sejumlah pesepakbola Portugal dan di tempat lain. Dana tersebut dianggap sebagai sebuah “ancaman” yang bisa merusak keuangan klub, integritas sepakbola, dan menimbulkan resiko peningkatan pengaturan skor.

Carvalho mengatakan klubnya menolak untuk memenuhi kontrak yang telah ditandatangani dengan Doyen Sports. Doyen mengklaim berhak atas 75 persen dari total 16 juta pounds yang dibayarkan Manchester United untuk memboyong Marcos Rojo.

Sporting hanya membayar 4 juta euro kepada Doyen sebagai pemilik 75% saham serta kepemilikan ekonomi atas Marcos Rojo. Mestinya, Sporting membayar 11 juta lagi sebagai untuk melengkapi 75% kepemilikan tersebut. Doyen juga memiliki kepemilikan 65% atas striker Maroko, Zakaria Labyad.

Doyen adalah sebuah investor tanpa nama yang berbasis di Malta. Mereka dalam beberapa tahun terakhir ini telah membeli sejumlah besar kepemilikan ekonomi pemain di sejumlah klub di Portugal dan Spanyol.

Doyen bersikeras mendapatkan biaya atas transfer Rojo tersebut, sementara Carvalho meminta mereka untuk menuntut Sporting ke pengadilan. Carvalho berpandangan kontrak yang telah ditandantangani oleh manajemen yang sebelumnya, melanggar aturan FIFA. Aturan tersebut melarang pihak ketiga dalam membeli “kemampuan untuk memengaruhi” pilihan klub atau transfer.

Carvalho mengatakan kontrak yang dibuat klub dengan Doyen tidak salah. Penyebabnya, kontrak tersebut memberi investor hak untuk memanipulasi keputusan klub dalam menjual pemain. Ia mengklaim bahwa Sporting tidak akan menjual Rojo. Namun, Doyen menawarkan pemain atas nama klub ke Manchester United dan seluruh dunia.

"Aturan (FIFA) menyebutkan bahwa investor tidak boleh terlibat dengan manajemen, serta tidak boleh memanipulasi manajemen, dan mereka (Doyen) melakukannya," kata De Carvalho.

Carvalho menyebut tidak ada masalah dengan sang pemain, Rojo awalnya tak memiliki niat untuk pergi dari Sporting. “Ia sangat senang berada di Sporting, tapi dia merasa kesempatan telah datang dan Manchester adalah pilihan yang tepat.”

Mengenai Doyen, Carvalho menyebutnya sebagai investor yang akan mengancam nasib sepakbola. Pasalnya, mereka tidak memiliki daftar keuangan yang transparan karena lokasinya berada di tempat yang bebas pajak dengan pemilik yang tidak diketahui.

Klub merugi karena tidak menerima keseluruhan uang hasil transfer pemain, dan rentan terkena resiko pengaturan pertandingan karena investor memiliki hak atas pemain.

Sporting adalah klub yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh suporter. Ketika ia pertama kali menjabat sebagai presiden klub, ia terkejut karena kondisi finansial mereka yang disebutnya sebagai “disaster”.

Sporting berhutang 500 juta euro, dan hampir seluruh pemainnya dimiliki oleh investor dengan kepemilikan 80 persen hingga 95 persen.

Di bawah kepemimpinannya, ia berjanji Sporting tak akan lagi menjual hak ekonomi pemain. Ia pun meminta FIFA atau UEFA serta pejabat terkait untuk melarang pihak ketiga memiliki hak pemain.

Sementara itu Doyen Sports berencana membawa masalah ini ke pengadilan. Mereka mengklaim kontrak yang ditandatangani dengan Sporting sah. Mereka sudah dengan jelas menyantumkan bahwa pihaknya tidak akan menyampuri urusan klub.

Kepemilikan pihak ketiga berbeda dengan kepemilikan agen. Agen biasanya mengurus segala urusan tentang perpindahan pemain yang dinaunginya, serta masa depan pemain itu sendiri. Agen juga bertugas bernegosiasi dengan pihak klub untuk mengelola kontrak ataupun pindah ke klub lain.

Sementara investor pihak ketiga biasanya berhubungan langsung dengan klub. Selama sang pemain merumput di klub tersebut, maka hak ekonomi masih tetap milik pihak ketiga. Kecuali, sang pemain resmi hijrah ke klub lain, maka kepemilikan hak ekonomi pun gugur.

Doyen Sports memberikan sejumlah uang (bahasa bisnisnya “menginvestasikan”) pada Sporting, tapi mereka meminta 75% kepemilikan ekonomi sang pemain (Rojo) itu sendiri. Artinya, pemain secara langsung tidak akan dirugikan karena Doyen berhubungan dengan klub, bukan dengan pemain.

Ini sebenarnya membantu klub yang kondisi finansialnya tidak stabil. Apalagi jika sang pemain performanya terus menurun, sehingga nilai jual pemain ikut turun. Pihak ketiga akan untung jika sang pemain dijual dengan harga lebih tinggi dari nilai investasi mereka pada klub.

Kasus Tevez dan Mascherano

Pada 2004, investor bernama Media Sports Investments yang dimilliki Kia Joorabchian, memiliki kontrol 51 persen atas Corinthians untuk sepuluh tahun mendatang. Mereka juga memiliki hak ekonomi sejumlah pemain seperti Carlos Tevez dan Javier Mascherano.

Tersiar kabar saat West Ham United mendatangkan dua pemain tersebut, West Ham tak benar-benar membelinya. Karena hak ekonomi kedua pemain tersebut masih dimiliki Kia Joorabachian. Alasannya, bisa jadi agar pemain tersebut mendapat ekspos yang lebih dengan bermain di Liga Inggris, sehingga klub besar siap menampung mereka.

Bagi West Ham kehadiran mereka akan menguntungkan karena adanya tambahan amunisi tanpa perlu mengeluarkan dana besar.

Tevez dipinjamkan ke Manchester United, sedangkan Mascherano ke Liverpool. Perpindahan ke United pun bukanlah kontrak permanen, melainkan pinjaman. Bisa dibilang Joorabchian memberikan “trail” bagi The Reds Devil untuk mencoba pemain tersebut. Kalau cocok, silakan dibeli dengan harga yang sudah ditetapkan. Tentu saja, mayoritas uang yang masuk bukan untuk West Ham tapi untuk Joorabchian.

Banyak pihak yang menentang kepemilikan pihak ketiga ini. Pasalnya, uang yang keluar tidak berputar di industri sepakbola. Selain itu, kepemilikan jenis ini bisa membunuh klub secara perlahan. Pemain potensial yang awalnya dibina klub hingga dihargai mahal, sebagian besar hak ekonominya malah dimiliki pihak ketiga.

Maka, jangan heran jika ada klub kecil yang menjual pemain dengan harga tinggi, tapi kondisi klub tersebut masih belum stabil. Bisa jadi, ada pihak ketiga di balik itu semua.

Sumber gambar: wikimedia

Komentar