Sejarah Perkembangan Taktik Sepakbola di Indonesia (1960-1970)

Taktik

by Aqwam Fiazmi Hanifan

Aqwam Fiazmi Hanifan

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Sejarah Perkembangan Taktik Sepakbola di Indonesia (1960-1970)

Zaman dulu, kedatangan klub-klub asing ke Indonesia bermanfaat secara teknikal. Banyak hal-hal baru yang dibawa tim-tim itu ke Indonesia. Entah itu sistem kepelatihan, taktik, ataupun teknik.

Saat berkunjung ke Indonesia, sering klub-klub eropa itu memberikan kelas-kelas taktikal kepada pelatih-pelatih kita. Alhasil kemampuan dan pengetahuan pelatih kita tak berbeda jauh dengan pelatih-pelatih eropa dalam hal taktik-taktik yang populer. Salah satu sistem yang amat populer yakni penggunaan formasi 4-2-4 ala Eropa tengah.

a

Endang Witarsa menjelaskan sistem 4-2-4 ini selalu identik dengan permainan tim-tim Eropa tengah seperti Austria, Swiss dan Hunggaria. Sistem ini masuk ke Indonesia saat timnas menggelar ujicoba melawan tim Austria, G.A.K. Graz pada tahun 1953.

Jika kita perhatikan, sistem Eropa Tengah ini persis layaknya 2-3-5 hanya saja dengan beberapa modifikasi dengan mendorong poros halang ke tengah, menjadikannya sebagai penyerang keenam. Berbeda dengan 2-3-5 yang lini depannya membentuk huruf W, dalam skema Eropa tengah para penyerang bermain sejajar.

Kelemahan dari sistem ini adalah kurangnya pemain di lini tengah. Karena ketika diserang gelandang bergeser ke tengah. Sedangkan dua bek tengah akan melebar menjaga penyerang luar lawan yang bermain melebar.

Sistem Grendel Pertama di Indonesia

Dalam soal bertahan, Indonesia pun terpengaruh oleh sistem grendel yang diluar disebut sistem Verrou.  Menurut Witarsa, ketika diserang, para pemain akan man to man marking.

b

Dua penyerang dalam akan ditarik mundur jauh (lihat grafis) dan diberi beban menjaga penyerang dalam lawan, one by one. Lantas dua gelandang akan melebar menjaga dua penyerang sayap lawan.

Lantas dua bek bertugas bergantian. Jika salah satu mengawal penyerang tengah lawan, maka satunya lagi naik menutup pergerakan inner lawan ke tengah lapang.

Sistem menyerang dalam skema ini lebih cenderung memainkan serangan balik lewat sayap lewat longballs. Witarsa memberikan sedikit clue, bahwa untuk membongkar sistem grendel yang bermain rapat ini, pelatih lawan biasanya sering merotasi posisi pemain di lini depan. Winger yang melebar, dipasang di dalam. Sementara inner yang ditengah dipaksa menyisir lapang.

Sistem Slingerback

Pernahkan anda mengenal catenaccio? ketika kita berbicara catennacio maka anda akan  mengenal istilah sweeper. Sosok ini adalah pemain yang berada sendirian di belakang yang bertugas jadi penyapu terakhir sebelum lawan bertemu kiper. Sistem ini akan jadi rawan jika dia terlalu gegabah saat melakukan clearence.

Tapi siapa sangka jauh sebelum sweeper terkenal, 10 tahun sebelumnya Indonesia sudah menggunakan satu bek di depan kiper.  Dulu sebelum sweeper dikenal, sistem ini dikenal di Indonesia sebagai slingerback (lihat grafis)

c

Sistem ini dibawa oleh Ricard Kohn, yang memodif sistem Eropa Tengah seperti yang sudah dikupas di atas. Dua bek akan berdiri sejajar secara vertikal di belakang 3 pemain yang membentuk garis pertahanan (2 gelandang yang sejajar dengan 1 poros halang)

Nah lantas, peran gelandang adalah mematikan penyerang luar. Menurut Witarsa, ini adalah peran wajib yang penuh resiko. mengingat jika gelandang gagal maka maka posisi penyerang luar lawan, akan tinggal berhadapan satu lawan satu dengan seorang sweeper.

Nah di lini belakang, dua bek yang vertikal nyatanya memiliki peran yang berbeda. Bek pertama dtugasi untuk menjaga centervoor lawan, sedangkan bek di belakangnya memiliki peran sebagai sweeper dengan area yang amat luas. Untuk menahan laju inner lawan, maka mau tak mau pelatih mesti mengurangi striker dan memainkan penyerang yang mau mundur bahkan sampai ke area pertahanan sendiri.

Untuk membongkar skema ini,  pelatih lawan biasanya memajukan penyerang tengah bermain amat tinggi. Hingga membuat dua bek yang akhirnya vertikal menjadi horizontal dan tak sejajar lagi.

Itulah perkembangan taktik di Indonesia dari periode 1950 hingga akhir 1960-an. Betapa kayanya perkembangan taktik di negeri ini bukan?

Komentar