Lupakan Manchester United, Fokuslah Pada Chelsea

Editorial

by Ardy Nurhadi Shufi

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Lupakan Manchester United, Fokuslah Pada Chelsea

Manchester United akhir-akhir ini mencuri seluruh perhatian dunia. Dimulai dari kesuksesan pada tur pra-musim, dilanjutkan dengan hasil-hasil negatif pada empat laga resminya yang membuat ‘kubu lawan’ gatal jika tak melemparkan komentar satir. MU memang telah mendatangkan banyak pemain bintang di detik-detik akhir bursa transfer ditutup. Namun jika menilik keluhan Van Gaal yang membangun tim ini dari nol lagi, tampaknya hanya akan membuat kita lelah hati.

Terfokusnya orang pada MU membuat tak sedikit pihak melupakan suatu hal yang tak kalah penting. Hal yang sebenarnya patut diperbincangkan dan ditunggu bagaimana kiprahnya pada musim ini. Adalah kekuatan Chelsea musim ini yang diam-diam sudah kembali menggapai kejayaan seperti yang dilakukannya pada musim 2004/2005.

Dalam tiga pertandingan awalnya di musim ini, skuat asuhan Jose Mourinho ini mencatatkan raihan sempurna dengan menyapu bersih seluruh laga dengan kemenangan, di mana Burnley, Leicester, dan Everton menjadi korbannya.

Atas prestasi tesebut kini The Blues bertengger di puncak klasemen bersama Swansea yang juga meraih poin sama.  Sembilan angka sempurna. Chelsea berada di peringkat teratas karena unggul selisih gol di mana Chelsea memiliki tujuh gol sedangkan Swansea memiliki lima gol.

Yang membedakan Chelsea musim ini dengan musim lalu adalah betapa tajamnya lini penyerangan mereka. Dari tiga partai, John Terry cs telah mencetak 11 gol, yang artinya kurang satu gol untuk memiliki persentase empat gol per pertandingan.

Hal ini jelas kontras dengan apa yang terjadi musim lalu. Pada tiga laga awal, tim yang bermarkas di Stamford Bridge ini hanya mencetak empat gol dengan raihan dua menang dan satu seri (mengalahkan Hull City dan Aston Villa, imbang melawan Manchester United). Padahal kala itu Chelsea sudah ditangani The Special One, Jose Mourinho.

Pemain-pemain anyar Chelsea pada musim ini memang langsung memberikan kontribusi maksimal. Kelemahan-kelemahan pada musim lalu yang menjadi penghambat Chelsea meraih titel juara telah tertambal tertutupi dengan hadirnya muka-muka baru, khususnya di lini depan.

Lini depan Chelsea yang musim lalu dihuni Samuel Eto’o, Fernando Torres, dan Demba Ba tak mampu menunjukkan kualitasnya sepanjang musim. Ketiga pemain ini dinilai tumpul karena hanya mencetak total 25 gol sepanjang musim.

Pada musim ini, Diego Costa muncul sebagai solusi. Didatangkan dari Atletico Madrid dengan nilai transfer sekitar 32 juta poundsterling, ia menjadi predator yang selalu siap membobol gawang lawan. Dari tiga penampilannya, Costa telah mengemas empat gol.

Costa tampaknya tak terlalu kesulitan meski baru pertama kali mencicipi atmosfer liga Inggris pada musim ini. Ia tetap tampil garang dan oportunis di depan gawang. Apalagi jika melihat performanya kala Chelsea menjungkalkan Everton dengan skor 6-3 di mana ia dua kali mengelabui Tim Howard.

Hadirnya Cesc Fabregas pun membuat lini tengah Chelsea lebih berwarna. Keterampilannya dalam mengalirkan bola menjadi kekuatan baru The Blues dalam membobol gawang lawan. Total empat assists telah ia torehkan dalam tiga penampilannya, menjadikannya top assists sementara Premier League bersama Gylfi Sigurdsson.

Penampilan ciamik Fabregas tampaknya membuat publik London mulai melupakan sosok legenda mereka, Frank Lampard. Dalam beberapa tahun terakhir, lini tengah Chelsea biasanya selalu dihuni oleh pemain yang kini bermain untuk Manchester City itu.

Secara taktikal, Fabregas memang bisa dibilang lebih baik dari Lampard. Cesc tak hanya ahli kala bermain sebagai box-to-box, tapi juga bisa berperan baik sebagai gelandang serang seperti yang diperlihatkannya saat melawan Everton beberapa waktu lalu. Lampard, hanya berpenampilan baik ketika difungsikan sebagai central midfielder.

Dengan hadirnya Fabregas dan Diego Costa, Chelsea mulai melupakan strategi parkir bus yang melekat pada mereka sejak musim lalu. Keduanya melengkapi skuat Chelsea yang sebelumnya memiliki Eden Hazard, Oscar, Schurrle, Willian sebagai penggedor pertahanan lawan.

Disaat bersamaan, Nemanja Matic yang didatangkan pada bursa transfer musim dingin lalu mulai bisa beradaptasi dengan kultur sepakbola Inggris. Ketika sejumlah pemain sedang membangun serangan, ia selalu siap menjadi pemotong alur serangan lawan. Bahkan tak hanya itu, satu gol dan dua assists-nya menjadi bukti bahwa ia pun bisa diandalkan untuk urusan membombardir pertahanan lawan.

Kehilangan David Luiz sebenarnya menimbulkan lubang di lini pertahanan. Tercatat empat gol telah bersarang ke gawang kiper muda, Thibaut Courtois. Namun dengan gaya permainan yang kini lebih menyerang, dan lini penyerangan memanfaatkan setiap peluang yang ada, lubang itu untuk sementara bukan persoalan besar.

Dengan komposisi dan kekuatan seperti ini, tampaknya tak aneh jika pada akhirnya akan ada trofi yang mampir ke Stamford Bridge pada musim ini, membuat Chelsea akan kembali diperbincangkan khalayak dunia karena prestasinya. Tinggal bagaimana Jose Mourinho menjaga konsistensi permainannya hingga akhir musim nanti. Karena sedikit kegoyahan di tengah musim, akan siap dimanfaatkan para pesaingnya yang juga telah meningkatkan kualitasnya dengan mendatangkan banyak pemain baru.

foto: caughtoffside.com

Komentar