10 Wonderkid di Liga Italia yang Mesti Kita Sorot

Cerita

by Aqwam Fiazmi Hanifan

Aqwam Fiazmi Hanifan

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

10 Wonderkid di Liga Italia yang Mesti Kita Sorot

AC Milan resmi membuang Bryan Cristante ke Benfica dengan mahar 6 juta euro. Banyak yang menyayangkan kepergian Cristante ini mengingat pemain ini digadang-gadang akan menjadi seorang bintang. Tak ada yang meragukan kemampuan tim-tim Italia dalam membangun akademi mereka. Banyak bintang-bintang yang lahir disana.

Sayangnya setelah mulai matang, banyak diantara mereka yang malah dibuang oleh Milan. Selain Cristante sebenarnya ada banyak wonderkid-wonderkid lain yang berpeluang menjadi bintang. Sebelum mereka disisihkan alangkah baiknya kita mengenal siapa saja wonderkid-wonderkid itu.

Mattia Perin (Genoa), kiper
Dengan rambut gondrong yang jadi ciri khasnya, kiper kelahiran tahun 1992 ini memukau saat menjalani debutnya bersama Genoa. Selama semusim dia melakukan 11 kali cleansheet, sebuah angka yang cukup bagus untuk kiper seumurannya. Kondisi inilah yang membuatnya sempat dipanggil ke skuat timnas senior karena bakatnya yang ditengarai mirip-mirip seperti Gianluigi Buffon. Wajar jika Cesare Prandelli membawa Perin ke Piala Dunia di Brazil lalu.

Simone Scuffet (Udinese), kiper
Selain Perin, Italia kini melahirkan kiper berbakat lainnya yakni Simone Scuffet. Meski umurnya masih 18 tahun, remaja kelahiran tahun 1996 sudah sering mengisi posisi inti kiper Udinese. Jika Perin diidentikan dengan Buffon, maka Scuffet selalu dikaitkan dengan Toldo. Pemain ini menjadi banyak incaran klub-klub besar seperti AC Milan, Inter Milan dan Juventus. Beberapa tahun kemudian, nama Scuffet mungkin tak akan asing terdengar di telinga kita.

Nicola Murru (Cagliari), bek kiri

Remaja kelahiran 1994 ini adalah pemain asli dan lulusan akademi Cagliari. Di usianya yang masih muda, Nicola Murru sudah menjadi penggawa inti klub. Posisinya sebagai bek kiri mengingatkan kita tentang sosok David Alaba yang memiliki kemampuan menyerang dan bertahan sama baiknya. Sebagai fullback kiri, pemain ini gemar melakukan cut inside. Kekuatan shooting menjadi nilai plus dari Murru. Inter dan Juventus begitu ngebet mendatangkan  Murru, namun dengan tegas Murru menyatakan hanya ingin membela klub yang berasal dari kota kelahirannya itu, yakni Cagliari.

Alessio Romagnoli (Roma), bek tengah

Tanpa mendatangkan Asley Cole pun AS Roma tak perlu khawatir, mereka punya wonderkid serba bisa di palang pintu pertahanan. Sosok itu adalah Alesio Romagnoli. Berpostur tinggi dan besar, Romagnoli memiliki masa depan yang cerah sebagai seorang bek tengah. Hanya saja kemampuan kaki kirinya membuat pemain ini bisa memainkan peran sebagai bek kiri. Tak hanya itu, diapun bisa memerankan sebagai deep lying playmaker. Dengan umurnya yang masih belia, Romagnoli memiliki peluang untuk mengisi barisan pertahanan Roma di masa depan.

Manolo Gabbiadini (Sampdoria), penyerang

Pemain ini lahir dari keluarga sepakbola. Ayahnya adalah mantan pemain Juventus. Kakak perempuannya Melania Gabbiadini adalah topskor timnas wanita Italia. Manolo memiliki kecepatan yang mengesankan dan kaki kiri yang kuat. Manolo sering diidentikan dengan Christian Vieri. Saat membela Timnas U-21, Manolo mampu mencetak 12 gol dalam 24 pertandingan.

Lorenzo Crisetig (Inter), gelandang tengah

Akademi Inter mampu menghasilkan seorang gelandang serbaguna lewat sosok Lorenzo Crisetig. Sempat dipinjamkan ke klub serie B, Crotone namun kini Crisetig kembali ke Inter. Pemain yang berposisi sebagai gelandang tengah ini memiliki kemampuan kaki kiri yang baik, Dribbling yang cepat serta penempatan posisi yang bagus. Hanya saja pemain ini jarang mendapatkan kesempatan oleh Walter Mazzari, karena itu diprediksikan jika ingin bakatnya terpakai maka dia harus mencari klub baru lagi.

Domenico Berardi (Sassuolo), penyerang

Siapa striker muda terbaik di Italia saat ini setelah Balotelli dan Imobille pergi? jawabanya adalah Domenico Berardi. Baru berumur 20 tahun pemain ini menciptakan rekor dengan membobol gawang AC Milan empat gol dalam satu pertandingan. Pemain ini memiliki kecepatan  dan teknik yang sangat bagus mengingatkan kita pada saat Arjen Robben masih muda. Sebagai pemain yang memiliki kemampuan kaki kiri, pemain ini bisa dipasang sebagai winger atau second striker.

Berardi sempat didekati oleh Manchester United dan Real Madrid yang mencium bakatnya, tapi Juventus tak ingin melepas pemain yang kini dipinjamkan ke Sassuolo ini. Setelah mendapatkan pengalaman dan dewasa tak menutup kemungkinan Juventus akan mengambil alih Berardi dan menjadikannya next Alessandro Del Piero. Hanya saja pemain ini mirip seperti Balotelli yang bengal dan tak disiplin. Sikapnya yang menyebalkan dan temperamen akan jadi persoalan bagi Juventus.

Andrea Petagna (Milan), 1995, striker

Secara fisik dia kuat, secara teknik dia berbakat, Andera Petagna adalah striker yang lengkap. Pemain adalah sosok striker yang pandai memerankan false nine. Sebagai goal getter dia mirip Ibrahimovic, tapi dia tak egois seperti Ibra. Karirnya masih panjang mengingat usianya baru 19 tahun, sebagai seorang kidal Petagna mesti melatih kemampuan kaki kanannya mengingat dia adalah seorang striker yang mesti bisa menggunakan kedua kakinya. Semoga saja Milan mau bersabar menunggu Petagna jadi. Dan semoga nasibnya tak seperti Bryan Cristante.

Federico Bernardeschi (Fiorentina), winger

Bernardeschi adalah salah satu pemain paling berbakat di posisi sayap pada generasinya. Sosok kelahiran tahun 1994 ini memiliki dribblings menakjubkan dan kemampuan menembak yang akurat. Wajar saja sosok ini kadang jadi eksekutor tendangan bebas oleh Montela.  Pemain ini bermain di sayap kaki kiri namun sering kali bergeser ke kanan untuk melakukan cut inside dan canon ball.  Kekurangan Bernardeschi adalah pemain ini selalu terlihat bingung saat timnya kehilangan bola dan cenderung passif saat bertahan.

Hachim Mastour (Milan), penyerang

Sosok pemain wonderkid termuda dan terbaik jatuh pada Hachim Mastour. Beruntunglah Milan memiliki pemain kelahiran tahun 1998 ini. Pada musim 2013-2014, bakatnya yang terasah membuatnya masuk dalam tim senior, padahal usianya baru 16 tahun.  Mastour lahir di Italia namun orangtuanya adalah Imigran Maroko. Dalam posisi, Mastour memerankan peran sebagai trequartista.  Teknik, passing, dribbling dan melihat pergerakan kawan serta lawan membuat Mastour lebih baik dibandingkan dengan rekan-rekannya.

Masalah Mastour adalah di soal fisik. Mirip seperti Messi, pemain ini memiliki kelemahan soal pertumbuhan fisiknya yang cenderung lamban. Milan harus merencanakan hati-hati perkembangan fisik mengingat pemain ini adalah pemain yang rentan cedera rawan. Bagaimanapun juga, Mastour adalah calon bintang timnas Italia.

Komentar