Mengenal Industrialisasi Jersey di Liga Inggris

Cerita

by Dex Glenniza

Dex Glenniza

Your personal football analyst. Contributor at Pandit Football Indonesia, head of content at Box2Box Football, podcaster at Footballieur, writer at Tirto.ID, MSc sport science, BSc architecture, licensed football coach... Who cares anyway! @dexglenniza

Mengenal Industrialisasi Jersey di Liga Inggris

Bagi banyak pendukung sepakbola, memakai kaus atau jersey tim yang mereka dukung adalah sebuah kebanggaan pribadi, entah desain dan warnanya bagus ataupun tidak. Ya, penjualan seragam replika klub adalah kampanye yang jelas dari klub itu sendiri untuk memassalkan produk mereka dan sebagai identifikasi kepada dunia bahwa mereka memiliki pendukung yang bangga dan setia.

Di Inggris Raya saja, pasar seragam replika tim sepakbola bisa berharga mencapai 300 juta poundsterling, dan hal ini membuat Inggris raya menjadi yang terbesar se-Eropa. Bisa kita katakan bahwa bisnis ini menjadi bisnis yang sangat besar.

Ketika satu klub bisa merilis seragam barunya setidaknya setiap dua atau tiga musim sekali, bahkan sekarang ini setiap klub malah bisa merilis satu seragam baru setiap musimnya.

Kasus-kasus semakin marak, Tottenham Hotspur bahkan sudah 6 musim terakhir ini selalu meluncurkan tiga seragam barunya setiap musim: seragam home, seragam away, dan seragam third.

Bagi para pendukungnya, hal ini merepresentasikan pengeluaran yang signifikan jika mereka mau memakai seragam yang up to date. Namun seperti hukum pasar, di sinilah peluang bisnis berada, ketika mereka berhasil menciptakan permintaan (demand). Peluang bagi pebisnis untuk membuat para pendukung tim sepakbola menjadi papan iklan berjalan.

Bagaimana Bisa Menjadi Bisnis?

Jika kita memperhatikan salah satu tim top Premier League, dengan stadion yang selalu penuh setiap minggu, dengan fan base yang sudah mendunia, dan juga lemari piala yang berjejeran penuh sesak, jika itu semua diuangkan, mungkin kita bisa mendapati uang-uang tersebut bisa menjalankan tim League Two selama satu sampai dua musim penuh.

Selain itu, siapa yang akan membayar itu semua? jawabannya tentu adalah sponsor.

Untuk sebuah klub, ini bukanlah sebuah rocket science, karena mereka pasti punya seragam yang selalu terpampang setidaknya di televisi setiap pekan sepanjang musim, baik di kotanya maupun sampai ke luar negeri. Lalu terdapat ruang kosong yang besar di tengah-tengah seragam yang menganggur begitu saja.

Sponsor tentunya ingin mendapatkan perhatian orang sebanyak-banyaknya, dengan secepat-cepatnya, dan dengan biaya yang serendah-rendahnya. Kesimpulannya, penempatan sponsor di seragam sepakbola adalah sebuah win-win solution untuk semua pihak.

Sejarah Sponsorship di Sepakbola Inggris

Pemasangan sponsor di seragam di sepakbola Inggris adalah inovasi yang relatif masih terbilang baru. Ketika katanya Liverpool adalah klub profesional pertama di Inggris yang memiliki sponsor pada seragam mereka ketika mereka dikontrak oleh perusahaan elektronik besar asal jepang, Hitachi, pada tahun 1979.

Namun, sebenarnya tim yang pertama kali memakai sponsor di seragam mereka adalah tim divisi bawah, Kettering Town.

Saat itu, pada tahun 1976, Kettering Town membawa merek lokal 'Kettering Tyres' untuk dipampang di dada pada seragam mereka. Sayang, pada saat itu FA malah menyuruh tim tersebut (dan juga tim-tim lainnya yang mulai mengikuti tren tersebut) untuk menanggalkan segala bentuk branding pada seragam tim, seperti yang FA ajukan pada peraturannya mengenai sponsorship.

Lalu dengan cerdiknya Kettering Town merubah tulisan "Kettering Tyres" di dada mereka menjadi "Kettering T" sambil berdalih bahwa tulisan tersebut adalah untuk keperluan penamaan, bukan sponsor.

Sayangnya, sekali lagi, FA kemudian tidak menyetujuinya. Kettering Town malah kena sial dan terkena denda dari FA.

Kembali ke tahun 1970-an, inovasi Kettering Town membuat bisnis seragam di Inggris mengalami perubahan paradigma. Lalu 35 tahun setelah itu bisnis seragam tim sepakbola menjadi bisnis yang berkembang bahkan sampai ke penamaan tiang corner.

Sebuah survei dari Sport+Markt menunjukkan bahwa pendapatan dari bisnin seragam tim sepakbola di liga top Eropa, seperti Inggris, Spanyol, Italia, Jerman, Prancis, dan Belanda sudah mencapai 650 juta dollar Amerika di tahun 2012.

Hal ini sudah menjadi keharusan, berbarengan juga dengan gaji pemain, dan berpengaruh secara langsung dengan tingkat perekonomian di negara tersebut.

Premier League berperan dalam nilai 120 juta poundsterling, diikuti oleh Bundesliga Jerman dengan 97 juta poundsterling. Di bawah mereka ada Serie A Italia dengan 67 juta poundsterling, La Liga Spanyol 63,5 juta poundsterling, Ligue 1 Prancis 42,2 juta poundsterling, dan terakhir Eredivisie Belanda 32,1 juta poundsterling.

Bukan itu saja, setelah pada awal artikel ini dijelaskan bahwa sekarang sedang marak pemakaian 3 seragam sekaligus selama satu musim (seragam home, away, dan third), sekarang satu tim bisa juga mengeluarkan seragam latihan, seragam pra-pertandingan (pemanasan), jaket latihan, dan juga jaket pertandingan (biasa dipakai oleh pemain pengganti di bench) yang memiliki sponsor berbeda-beda setiap jenisnya.

Kacaunya lagi, berbagai macam seragam tersebut biasanya memiliki desain dan model berubah-ubah bisa dua sampai tiga kali selama satu musim.

Seragam-seragam di atas juga ternyata dijual kepada masyarakat umum sampai ke segala penjuru dunia. Hal ini lah yang kembali menegaskan industri seragam tim sepakbola sangat menjanjikan bagi para pebisnis dan membuat para pendukung tim sepakbola menjadi papan iklan berjalan.


 sumber foto: telegraph.

Komentar