Memahami Loyalitas Ronaldo pada Real Madrid dan Portugal

Cerita

by Redaksi 46

Redaksi 46

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Memahami Loyalitas Ronaldo pada Real Madrid dan Portugal

Mungkin Anda masih ingat soal cedera Cristiano Ronaldo sebelum Piala Dunia 2014 berlangsung. Sebenarnya, cedera tersebut didapatkannya jauh sebelum Piala Dunia digelar. Pada final Copa del Rey pun ia tidak bisa membela Real Madrid karena alasan yang sama.

Dokter tim El Real sempat khawatir saat Ronaldo memaksakan diri untuk bermain dalam laga final Liga Champions di Lisbon. Bukan hanya dokter tim sebenarnya, tapi staf pelatih juga fans. Mereka tahu, cedera yang diderita Ronaldo bukan hanya akan merusak karier sepakbolanya, tapi juga akan menghabisi kariernya sebagai pemain sepakbola.

Sama hanya ketika ia membela Portugal di Piala Dunia. Dokter tim sudah memperingatkan akan masa depannya. Ronaldo masih mungkin main dengan sejumlah terapi dan suntik di sana-sini untuk meringankan rasa sakitnya. Namun, kemungkinan besar kariernya akan terhambat karena hal tersebut.

Harusnya, seusai La Liga musim lalu, Ronaldo menjalani terapi dengan beristirahat dari kegiatan sepakbola. Tiga bulan, dari Juni, sudah cukup untuk setidaknya membuat kaki dan kondisi kesehatannya fit.

Ronaldo memang layak disebut pemain terbaik dunia. Bagaimana tidak, rasa sakit karena cedera lutut, tidak pernah ia rasa.

“Secara jelas, ya, aku benar-benar melakukannya,” jawab Ronaldo soal kondisinya yang tidak fit, tapi memaksakan bermain di final Liga Champions dan Piala Dunia. “Aku tengah didera cedera dan aku memaksakannya, tapi semuanya berjalan baik dengan Real Madrid.”

Ya, di partai final tersebut, Ronaldo mencetak satu gol dan satu assist. Secara statistik, ia bermain luar biasa dengan melakukan sembilan tendangan ke gawang dan tiga key pass. Keputusannya untuk main pun berbuah manis. Musim lalu, Real Madrid meraih “La Decima” atau sepuluh gelar juara Liga Champions.

Namun, kesuksesan tersebut, tak diikuti oleh timnas Portugal. Mereka gagal bersaing dengan Jerman dan Amerika Serikat untuk dapat lolos dari grup.

“Segalanya mulai rumit saat aku main bersama Portugal,” ujar Ronaldo. Cedera Ronaldo bertambah parah, tapi ia tetap ngotot untuk dapat bermain bersama runner up Piala Eropa 2004 tersebut.

“Ada banyak hal yang tidak berakhir baik. Aku telah belajar dari apa yang terjadi dengan cederaku, tapi aku tidak pernah menyesalinya. Ini karena aku bermain bersama Real Madrid yang telah memberiku segalanya, dan Portugal, tanah kelahiranku.”

Musim lalu, penampilan Ronaldo dianggap lebih baik ketimbang, Lionel Messi, rival yang selalu dibanding-bandingkan dengan dirinya. Di liga, ia mencetak 31 gol, terbanyak di La Liga.

Sementara itu di level internasional, ia menyabet sebagai Pemain Terbaik Dunia 2013. Selain itu, malam tadi (28/8) ia dianugerahi sebagai Pemain Terbaik di Eropa.

Ronaldo menganggap tahun 2014 adalah tahun terbaiknya dalam karier sepakbola.

“Dalam hal penghargaan individu dan tim, ini adalah yang terbaik. Namun, jika Anda menyaksikan enam atau tujuh tahun terakhir aku telah bermain dalam level yang lebih atau kurang dari ini. Aku benar-benar senang karena tahun ini aku mendapatkan kesuksesan secara tim dan individu. Ini adalah tahun yang dimimpikan.”

Ada pepatah “Jika ada tekad pasti ada kekuatan”. Pepatah tersebut benar-benar dimaknai secara serius oleh Ronaldo. Ia adalah contoh bagaimana seseorang mengelola kekuatan yang ia punya dengan menutup kelemahan yang ia miliki.

Pelatih Real Madrid, Carlo Ancelotti, sampai pernah berujar bahwa ia kewalahan saat Ronaldo memaksa bermain. Padahal, kondisinya saat itu tengah dibekap cedera. Jika ada yang bertanya, siapa pesepakbola terbaik saat ini, di dalam dan di luar lapangan, penulis akan menunjuk pemain yang sering beramal ini.

Ronaldo memang layak jadi yang terbaik, di Eropa, dan dunia. Setidaknya, untuk saat ini.

Sumber gambar: squawka.com

Komentar