Mendatangkan Benatia, Demi Maksimalkan 3-4-3

Taktik

by Aqwam Fiazmi Hanifan

Aqwam Fiazmi Hanifan

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Mendatangkan Benatia, Demi Maksimalkan 3-4-3

Wacana pemakaian 3-4-3 di Bayern Munich memang sudah kentara terlihat di akhir musim lalu. Kala itu Pep Guardiola mencobanya saat melawan Borussia Dortmund pada  final DFB Pokal.

Dengan 3-4-3 Bayern akan lebih tampil menyerang, menghilangkan posisi full-back yang dinaikan menjadi wing-back,  alias didorong agak lebih depan. Pergerakan wing-back kala membantu serangan akan menjadi sulit terprediksi. Ia dapat menyisir sisi lapangan ataupun menjaga lebar lapangan.

Bagi Bayern, pergerakan ini adalah hal yang menguntungkan karena mereka memiliki opsi serangan yang lebih bervariasi. Pun kala bertahan, peran wing-back sangatlah vital. Saat diserang, wing-back ini mesti menjaga area sisi lapangan.

Dengan formasi 3-4-3 Bayern akan unggul jumlah pemain saat menyerang, tapi mereka akan sangat rentan ketika diserang. Pertahanan Bayern berada dalam kondisi gawat jika gelandang utama mereka Philipe Lahm atau Bastian Schwensteiger tidak dapat bermain. Ini yang terjadi saat Die Rotten kembali menghadapi Borussia Dortmund dalam ajang DFL Supercup. Dengan sistem 3-4-3 otomatis mereka akan mengurangi 1 orang gelandang bertahan, tak memakai poros ganda seperti saat bermain 4-2-3-1.

Kondisi ini membuat lawan akan dengan mudah head to head dengan back three Bayern. Hal ini akan riskan, jika memakai tim yang gemar memakai formasi 4-3-3 dengan sistem counter attack. Masalah lainnya, adalah cara mereka menyusun serangan dari belakang. Saat ini, Bayern tak memiliki pemain bertipikal deep lying midfielder seperti yang diperankan oleh Toni Kroos di musim lalu.  Wajar saja Pep rela timnya hanya memainkan seorang DM.

Hanya saja untuk membantu DM agar tak bekerja sendirian, dia mesti ditemani seseorang. Dan peran itu diambil oleh Javi Martinez. Pemain ini memang adalah DM, tapi oleh Pep dalam formasi 3-4-3 diturunkan menjadi seorang center back bersama Dante dan Boateng.  Kehadiran Martinez bisa membuat formasi berubah menjadi 4-2-3-1 saat pertandingan berlangsung, tanpa harus mengganti pemain.  Masalahnya Javi Martinez mengalami cedera lutut parah saat melawan Dortmund, alhasil diapun didiagnosa harus absen selama 7 bulan.

Kondisi inilah yang membuat Bayern kembali berburu pemain khususnya di posisi bek tengah. Dan pilihan itu jatuh kepada Mehdi Benatia. Pemain ini memang cocok untuk skema Pep. Sebelum membela AS Roma, Benatia sudah terbiasa menggunakan formasi 3 bek saat 3 tahun membela Udinese. Jadi tentunya dia tak akan perlu lama beradaptasi dengan sistem baru Pep ini. Dalam soal kemampuan bertahan, tak perlu lagi kita tanyakan hal itu mengingat berkatnyalah AS Roma menjadi salah satu tim dengan kebobolan paling sedikit di Serie A musim lalu.

Di sisi lain, dia adalah tipikal bek tengah yang bisa maju sebagai gelandang jika memang benar-benar dibutuhkan. Terlebih angka rataan shoot per game yang mencapai 0,6 itu sudah bisa dibilang sangat baik, bagi seorang bek tengah. Kemampuan dribbling dan heading yang sangat baik saat menyerang sudah cukup membuat kehadiran Benatia akan melengkapi sistem 3-4-3 Pep Guardiola.

Komentar