Ketika Menpora Korupsi Hadiah Juara Piala Afrika

Berita

by redaksi

Ketika Menpora Korupsi Hadiah Juara Piala Afrika

Pada tahun 2012, tim nasional Zambia berhasil mencatatkan sejarah. Mereka untuk pertama kalinya mampu menjuarai turnamen Piala Afrika setelah mengalahkan Pantai Gading di laga final lewat adu penalti yang berkesudahan dengan skor 8-7. Atas kemenangan itu, Konfederasi Sepakbola Afrika (CAF) pun menyerahkan hadiah sebesar US $2 juta kepada Zambia.

Namun ternyata, hingga saat ini, tak sepeser pun uang hadiah itu tak sampai ke tangan para pemainnya. Padahal seharusnya, bonus sebesar US $ 50 ribu diberikan pada setiap masing-masing pemain yang telah membawa Zambia menjuarai Piala Afrika tersebut.

Sebelumnya, para pemain pun sempat meminta hadiah pengganti berupa rumah. Namun karena alasan krisis keuangan, pemerintah tak mengabulkan permintaan para pemain yang telah mencatatkan sejarah bagi negaranya itu.

Karena hal ini, beberapa pihak melakukan penyeledikan mengapa hal ini bisa terjadi. Dan hasilnya, Menteri Olahraga Zambia, Chishimba Kambwili, dicurigai melakukan korupsi atas hadiah yang diterima timnas Zambia itu. Kabarnya, lebih dari US $100 ribu yang merupakan hadiah turnamen masuk ke saku pribadi Kambwili.

“Rupa-rupanya ada pejabat yang mencoba mengambil keuntungan dari hadiah yang didapatkan pada 2012. Bahkan Menteri Olahraga mendapatkan bagian yang paling besar di mana ia mendapatkan lebih dari US $100 ribu,” ujar sumber yang identitasnya tak disebutkan.

Sumber yang berasal dari pemerintahan itu pun mengatakan bahwa para pejabat di Asosiasi Sepakbola Zambia (FAZ) ikut terlibat dalam korupsi hadiah ini. Kalusha Bwalya (ketua FAZ), George Kasengele (sekjen), Kelvin Mutafu (bendahara), dan tiga anggota komite: Happy Mukondya, Richard Kazala dan Pivoty Simwanza, merupakan pihak-pihak yang dicurigai ikut menikmati hadiah tersebut. Namun sumber tersebut mengatakan mereka akan sulit diselidiki karena Kambwili sebagai Menteri Olahraga selalu melindungi mereka.

“Belum lagi beberapa orang di komite yang juga mendapatkan yang juga mendapatkan jatah namun hanya sebagai uang tutup mulut. Mereka-lah yang memastikan agar korupsi ini bisa bebas dari audit independen dan pemerintah,” tambah sumber itu.

Minggu lalu, Kambwili diwawancarai oleh ZNBC untuk menanggapi tuduhan ini. Pada wawancaranya itu ia mengatakan bahwa masalah ini tak perlu diributkan karena FAZ memiliki tanggung jawab penuh atas biaya keikutsertaan Zambia pada turnamen tersebut beserta biaya lainnya selama Piala Afrika.

Zambia Reports mengutip Kambwili dengan mengatakan, “Ketika Anda berbicara tentang hal ini, Anda melupakan biaya partisipasi dan biaya pertandingan persahabatan yang perlu dikeluarkan FAZ. Dan saya pikir tak semua hal perlu dipublikasikan, seperti besarnya kontrak suatu pertandingan. Kontrak tertentu harus ada kerahasiaan.”

Kontrak pertandingan yang dimaksud Kwambili merujuk pada biaya pertandingan yang harus dikeluarkan Zambia untuk menghadapi Brasil pada pertandingan persahabatan Oktober lalu. Pertandingan yang berlangsung di Beijing, Cina, ini dikabarkan membuat Zambia harus mengeluarkan biaya sebesar US $1 juta.

Namun Kambwili berkelit ketika mendapatkan pernyataan bahwa CAF telah mengganti biaya transportasi dan biaya untuk tiga hari pertama setiap tim yang berlaga di Piala Afrika. Hal inilah yang kemudian memunculkan tuduhan korupsi tersebut.

“Saya tidak yakin tentang hal itu. Saya tidak menjalankan sepak bola setiap hari, sepak bola dijalankan oleh FAZ, dan FAZ tidak melapor ke kementerian. Mereka melapor ke Dewan Olahraga Nasional Zambia, yang kemudian melaporkannya pada kementerian. Dan saya tak menerima laporan apapun,” jawabnya. “Saya akan menanyakannya pada FAZ ke mana uang pengganti dari CAF itu pergi.”

Sebenarnya bukan kali ini saja sepakbola Zambia dikaitkan dengan kasus seperti ini. Sebelumnya, Kalusha, ketua FAZ, diduga terlibat dalam skandal suap pemilihan tuan rumah Piala Dunia 2022. Namun Kambwili membelanya sehingga Kalusha tetap aman dalam posisinya.

[ar]

Komentar