Piala Dunia, Jumlah Gol dan kaitannya dengan Formasi 4-2-3-1

Taktik

by redaksi

Piala Dunia, Jumlah Gol dan kaitannya dengan Formasi 4-2-3-1

Piala Dunia bukan semata ajang show on bagi para pemain saja, pelatih pun kadang ambil peran serta menjadikan Piala Dunia sebagai ajang menunjukan kejeniusan taktik mereka dalam meramu tim yang mereka atur. Karenanya wajar saja, setiap gelaran piala dunia usai selalu saja muncul pola permainan baru yang populer ditiru untuk diaplikasikan oleh klub-klub yang bermain regular.

Cikal bakal cattenacio yakni sistem verrou populer pertama kali lewat Piala Dunia 1954, begitupun dengan total football dan tiki taka yang tenar di Piala Dunia 1974 dan 2010. Lantas dalam soal otak-atik formasi hal itupun terjadi demikian.

Lahirnya pengunaan back four alias formasi 4-2-4 pertama kali tenar saat Brasil menjadikannya formasi inti pada Piala Dunia 1958 dan 1962. Dengan formasi itu mereka meraih juara dunia dua kali berturut-turut.

Lantas formasi 4-3-3 pun populer saat Belanda memainkan pola cantik di Piala Dunia 1974, jangan lupakan pola sistem pengunaan back three 3-5-2 lewat Carlos Billardo di Piala Dunia 1986, yang membawa Argentina menjuarai Piala Dunia. Formasi ini ditiru oleh Jerman pada Piala Dunia 1990 dan Brasil pada Piala Dunia 2002, dengan 3-5-2 dua negara itu meraih juara dunia, karenanya wajar saja di dekade 90-an dikenal sebagai masa-masa kejayaan penggunaan 3-5-2.

4-2-3-1 yang Booming di akhir dekade 2000-an

Trend pengunaan formasi sebenarnya bisa kita lihat dari sejauh mana negara-negara peserta Piala Dunia mengaplikasikannya dan sebanyak efek apakah yang di buatnya. Kesuksesan atau kegagalan. Jika inovasi itu tak gagal maka akan tenggelam, begitupun sebaliknya jika dipakai dan sukses maka formasi itu akan mendunia, hal itulah yang terjadi pada formasi yang populer digunakan tahun-tahun ini, yakni formasi 4-2-3-1.

Pada Piala Dunia kecenderungan trend penggunaan 4-2-3-1 sebagai formasi inti saat starting line up cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Dalam Piala Dunia, sistem ini pertama kali dipakai oleh Maroko pada Piala Dunia 1994. Lantas pada Piala Dunia 1998, Spanyol dan Perancis sempat memakai formasi ini satu kali. Tak efektik, maka 4-2-3-1 nyatanya ditinggalkan oleh tiga tim ini.

Pada Piala Dunia 2002, hanya Denmark dan Portugal yang konsisten memakai 4-2-3-1. Hasilnya sama, yakni eksperimen 4-2-3-1 gagal membuahkan prestasi karena kecenderungannya di masa itu tim-tim lebih memilih memakai dua penyerang di lini depan.

Baru kemudian pada Piala Dunia 2006, pola 4-2-3-1 mulai marak di gunakan. Jika sebelumnya pada Piala Dunia 2002, hanya 8 kali starting penggunaan 4-2-3-1 dipakai, maka pada Piala Dunia 2006 jumlah itu melonjak tajam menjadi 25 kali, dengan dominasi yang dilakukan oleh Perancis dan Portugal.

Dengan formasi 4-2-3-1 kedua negara ini jadi bintang di Piala Dunia yang digelar di jerman itu: Perancis mampu lolos ke final dan Portugal terhenti sampai semifinal. Dari sanalah mulai populer penggunaan 1 striker di depan dan penggunaan poros ganda di ajang sekelas Piala Dunia, kala itu Perancis mengandalkan duet Viera - Makalele di tengah dan Thiery Henry sendirian di depan. Sedangkan Portugal mengandalkan duet Maniche - Costinha di posisi gelandang bertahan, dan Pauleta sebagai ujung tombak.

Trend Enggan Memakai Duet Striker

Pengunaan 4-2-3-1 semakin populer setelah Spanyol memakainya pada Piala Eropa 2008. Semenjak tahun 2008, pola 4-2-3-1 semakin marak dan sering disebut-sebut banyak orang sebagai formasi sepakbola modern – entah apa itu maksudnya, sebuah penyataan yang menurut saya berlebihan. Pada tulisan ini saya tak akan membahas bagaimana 4-2-3-1 bekerja, hanya saja pola ini mulai banyak diaplikasikan dari tahun ke tahun, termasuk saat Piala Dunia 2010 dan 2014.

Pada Piala Dunia 2010, Pengunaan 4-2-3-1 digunakan sebanyak 44 kali oleh 16 tim peserta Piala Dunia. Itupun dengan catatan, hanya Belanda dan Jerman yang konsisten memakainya hingga mereka tersingkir dari Piala Dunia. Sisanya, memilih 4-2-3-1 sebagai variasi lain untuk meyesuaikan kebutuhan taktik tim.

Kondisi ini melonjak tajam pada Piala Dunia kali ini. Total 4-2-3-1 di lakukan 55 kali, oleh 20 tim. Dan 10 tim diantaranya konsiten memakai 4-2-3-1 di setiap pertandingan hingga tersingkir, salah satu diantaranya adalah Brasil.

Sebuah catatan menarik adalah trend munculnya keenganan pelatih untuk memaikan dua penyerang secara bersamaan dalam starting line up. Pada Piala Dunia 2010, di bawah 4-2-3-1 ada formasi 4-4-2 dan 4-3-3 yang jadi pilihan lainnya – 4-4-2 dipakai 26 kali, dan 4-3-3 digunakan 19 kali.

Lantas pada Piala Dunia 2014, di bawah 4-2-3-1 muncul variasi lainnya yakni 4-1-4-1 yang dipakai 20 kali. Sebenarnya 4-1-4-1 adalah 4-2-3-1 yang dimodifikasi dengan menarik satu gelandang lebih maju ke depan, toh tim-tim yang memakai 4-1-4-1 adalah tim-tim yang terbiasa memaka 4-2-3-1 seperti Belgia, Amerika Serikat, Rusia dan Iran. Minimnya pemakaian striker membuat raihan 171 gol pada Piala Dunia kali ini, hanya 13 saja yang dibuat oleh striker murni.

Komentar