Software yang Jadi Kunci Keberhasilan Taktik Jerman di Piala Dunia

Sains

by redaksi

Software yang Jadi Kunci Keberhasilan Taktik Jerman di Piala Dunia

Pada pertandingan semifinal antara Belanda menghadapi Argentina, ada pemandangan menarik kala adu penalti. Kiper Argentina, Sergio Romero, terlihat membuka kertas yang ia lipat di balik celananya. Banyak yang menganggap kertas tersebut adalah riset tim pelatih Argentina tentang kebiasaan dan trik pemain Belanda kala melakukan tendangan penalti.

Catatan yang sama juga dipelajari kiper Jerman, Jens Lehmann, kala berlaga di Piala Dunia 2006. Saat akan dilangsungkan adu tendangan penalti menghadapi Argentina di babak perempat final. Tujuannya tak lain adalah mempelajarai kebiasaan pemain Argentina kala menendang.

Tapi itu dulu, delapan tahun lalu, ketika layar telepon genggam masih monokrom.

Kedua tim akhirnya bertemu lagi di final Piala Dunia. Kini pemain Jerman memiliki cara yang berbeda untuk mengetahui informasi tim lawan.

Federasi Sepakbola Jerman, DBF, bekerjasama dengan perusahaan perangkat lunak, SAP, mengembangkan aplikasi bernama "Match Insights". Aplikasi tersebut dapat menganalisa sejumlah data mengenai para pemain Jerman dan lawannya, tergantung dari penampilan mereka di lapangan.

Data ini bisa dikonversi menjadi simulasi dan grafis, yang mana hal tersebut dapat dilihat pula lewat tablet ataupun smartphone. Ini akan memudahkan staf pelatih serta pemain untuk melakukan indentifikasi terhadap situasi dan juga kemungkinan yang akan terjadi. Begitu pula dengan latihan. Tim pelatih dapat menyesuaikan menu latihan, tergantung lawan mereka.

Penampilan para pemain dianalisa lewat delapan kamera yang ada di setiap penjuru lapangan. Caranya adalah dengan mengubah lapangan menjadi sebuah garis dan setiap pemain memiliki kode sendiri yang membuat mereka dapat terlacak secara digital.

Data ini dapat digunakan untuk mengukur sejumlah pergerakan seperti, sentuhan, penguasaan bola, lama berlari di lapangan, kecepatan pergerakan, dan perubahan posisi.

Bagi timnas Jerman, salah satu target kunci mereka di Piala Dunia adalah menunjang kecepatan umpan mereka. Dengan bantuan aplikasi tersebut, Jerman dapat mengurangi lamanya seorang pemain menguasai bola dari 3,4 detik menjadi 1,1 detik.

Manajer Timnas Jerman, Oliver Bierhoff, menyatakan keterlibatan SAP dapat memengaruhi pengalaman sepakbola pelatih, pemain, fans, dan media.

"Bayangkan, dalam waktu hanya 10 menit, sepuluh pemain dengan tiga bola dapat memroduksi tujuh juta data point. Dengan SAP, tim kami dapat menganalisa nilai yang besar ini untuk melakukan perubahan dalam menu latihan dan menyiapkan diri untuk pertandingan selanjutnya," papar Beirhoff.

Begitu pula dengan penampilan tim lawan. Dengan teknologi ini tim pelatih dapat mengidentifikasi kelemahan dan kelebihan lawan. Ia juga mampu menganalisa bagaimana bentuk pertahanan lawan.

"Kami menggunakan teknologi ini untuk menilai performa pemain. Kami memiliki layar yang disimpan dalam ruangan di mana semua pemain dapat datang ke sana. Aplikasi tersebut memuat seluruh informasi dan data pemain, tim, dan lawan," lanjut Beirhoff, "Awalnya, kami memiliki sejumlah data, tapi kami tidak tahu cara mengembangkannya, atau menggabungkan data-data tersebut, dengan cepat dan lewat cara yang menarik. Kini kami memiliki perangkat lunak yang mampu mengelola data tersebut dan para pemain dapat menggunakannya."

Perangkat lunak ini dapat mengekstrak data dari setiap individu dan menghadrikannya ke dalam bentuk digital. Sehingga bentuknya lebih mirip dengan antarmuka game Football Manager.

Jerman SAP

SAP dan DFB pun akan mengembangkan sejumlah aplikasi tambahan untuk menunjang taktik dan latihan mereka. Termasuk dengan menambahkan psikologis pemain. Sehingga semua data ada di dalam satu aplikasi.

Selain taktik, aplikasi ini juga dapat membantu menentukan pola makan pemain, bagaimana kesehatan pemain, hingga pola latihan.

Beirhoff menambahkan, suatu hari nanti aplikasi ini pasti akan membantu staf pelatih di jeda babak. Ia pun menyatakan kemenangan Jerman di Piala Dunia tak lepas dari bantuan aplikasi tersebut. Ya, kemenangan Jerman, adalah kemenangan dari teknologi.

Jika di Indonesia sudah diterapkan hal seperti ini, pasti ungkapan "buta kekuatan lawan" sudah tidak akan ditemukan lagi.







Sumber gambar: telegraph.co.uk

[fva]

Komentar