FIFA dan Tuntutan Penanganan Cedera Kepala

Berita

by redaksi

FIFA dan Tuntutan Penanganan Cedera Kepala

Sudah barang tentu, setiap orang pasti ingin mengingat menit demi menit partai final Piala Dunia. Terlebih jika orang tersebut merupakan bagian dari tim yang tampil di final.

Namun, tidak begitu dengan Christoph Kramer. Gelandang Jerman ini tak pernah ingat akan detail partai final Piala Dunia 2014, kemarin.

Setelah mengalami benturan dengan Ezequiel Garay pada menit 18, Kramer langsung tersungkur. Awalnya, tak ada yang mengira jika pemain 23 tahun itu mengalami cedera yang agak serius. Pasalnya, kejadian itu terlihat seperti benturan biasa. Namun, setelah dilakukan pemeriksaan oleh tim medis Der Panzer, Kramer dinyatakan mengalami gegar otak ringan.

Gegar otak ringan, seperti yang dialami Kramer, memang sangat berbahaya. Si penderita bisa saja hilang ingatan, depresi, hingga tewas. Bahkan, cedera macam itu, bisa saja mengakhiri karir seorang pemain. Mantan striker New England Revolution, Taylor Twellman, misalnya. Mantan Most Valuable Player MLS tahun 2005 ini pernah mengalami gegar otak ringan setelah megalami benturan dengan Steve Cronin, saat timnya bertemua dengan Los Angeles Galaxy pada tahun 2008.  Di mana, pasca kejadian itu, ia sering mengalami trauma yang membuatnya linglung, dan harus mengakhiri karirnya pada 2010.

Mengingat, kejadian yang menimpa Kramer ini bukanlah kejadian yang pertama, FIFA pun dituntut untuk menangani kasus-kasus seperti ini dengan serius. Di Piala Dunia tahun ini saja, sudah ada dua kasus serupa. Yang pertama adalah kasus Bruno Martins Indi. Bek Belanda ini sempat dilarikan ke rumah sakit Porto Alegre setelah bertabrakan dengan Tim Cahill, manakala Der Oranje bertemu Australia di fase grup. Yang kedua, adalah kasus Alvaro Pereira. Meski memaksakan diri untuk tetap bermain, penggawa timnas Uruguay ini, sampai saat ini, masih didiagnosa mendapat cedera kepala yang sedikit serius pasca benturan saat timnya bertemu Inggris, juga  di fase grup.

Hal inilah yang kemudian membuat FIFA begitu dihujani kritik. Lantaran, menurut beberapa pengamat, federasi tertinggi sepakbola dunia itu kurang tegas dalam menangani kasus-kasus macam ini.

“FIFA, sebaiknya, membuat sebuah peraturan baru. Peraturan pergantian pemain sementara. Seperti yang ada dalam permainan rugby. Peraturan inilah yang nantinya memperbolehkan seorang pemain bermain untuk menggantikan pemain yang cedera, selama pemain tersebut mendapat perawatan. Namun, jika dalam batas waktu tertetu, 12 menit misalnya, pemain yang cedera dinyatakan tak mampu melanjutkan permainan, maka pemain pengganti sementara itulah yang kemudian bermain,”ujar Cork Gainess dari Bussines Insider.

Usul Gainess itu bukannya tanpa alasan. Karena, dengan adanya peraturan itu, mau tidak mau, pemain yang mengalami cedera kepala diharuskan untuk beristirahat, dan bersedia untuk tidak melanjutkan pertandingan. Hal ini sekaligus, meminimalisir pemain-pemain “bandel”, yang biasanya mengacuhkan cederanya dan memaksakan diri untuk tetap bermain.

Jadi, meski Piala Dunia telah usai, Prmu masih banyak, ya, FIFA.

[foto: o.canada.com]

(mul)

Komentar