Budaya Malu yang Mengakar Kuat di Timnas Jepang

Cerita

by redaksi

Budaya Malu yang Mengakar Kuat di Timnas Jepang

Digadang-gadang bakal tampil gemilang, Jepang justru tampil mengecewakan selama Piala Dunia 2014. Setelah kalah tipis 1-2 oleh Pantai Gading dan imbang tanpa gol melawan Yunani, skuat Blue Samurai dipermalukan Kolombia dengan skor telak 1-4 tadi malam (25/6).

Selepas pertandingan, para pemain dan beberapa staff tim nasional Jepang melakukan rutinitasnya. Mereka mendekati tribun pendukung Jepang yang hadir lalu membungkukkan badannya hingga 45 derajat sambil menatap kaki.

Dalam budaya Jepang, membungkukan badan seperti itu identik dengan permohonan maaf yang sangat mendalam, menghormati, dan berterima kasih. Dalam hal ini, para pemain tim nasional Jepang membungkukan badannya untuk memohon maaf karena gagal tampil maksimal hingga akhirnya menerima kekalahan.

Membungkukkan badan yang dilakukan para pemain tim nasional Jepang ini tak lepas dari kultur budaya Jepang yang sangat menjunjung tinggi budaya malu. Malu akan kegagalan dan merasa bertanggung jawab akan kegagalan tersebut.

Peter Dyloco, kolumnis SavingJapan.net, mengatakan bahwa rasa malu yang meresap pada setiap masyarakat Jepang disebabkan oleh faktor-faktor sejarah. Salah satunya adalah kehidupan sosial yang berasal dari kehidupan sederhana, membuat Jepang sangat dekat dengan ritual kemasyarakatan.

Bagi mereka, malu adalah sikap rendah hati dan kesesuaian diri. Dua sikap itu perlu ada di dalam setiap diri manusia untuk menekan sifat over confidence dan individualitas. Itulah kenapa budaya malu ini kemudian menjadi sebuah tradisi dalam kehidupan masyarakat Jepang.

Sikap ini juga masih ada hubungannya dengan kehidupan para samurai Jepang di masa lalu. Para samurai Jepang melakukan hara-kiri (menusuk perut diri sendiri) sebagai bentuk permohonan dosa jika gagal menyelesaikan tugasnya. Atau bentuk lain dari hara-kiri adalah ‘ seppuku’, orang yang merasa gagal tersebut duduk bersimpuh sambil menghadap matahari yang terbit di pagi hari lalu dihujam sebilah pedang oleh teman terbaiknya.

Meskipun praktek hara-kiri itu sudah lama punah, tapi budaya rasa malu akan kegagalan tetap ada dalam setiap pribadi masyarakat Jepang, bahkan meski sudah memasuki era modern seperti sekarang.

Budaya malu ini pada akhirnya sedikit banyak mempengaruhi kehidupan Jepang di masa sekarang. Dengan rasa malu ini, antar masyarakat Jepang terjalin hubungan saling percaya dan jauh dari kesalah-pahaman. Masyarakat Jepang tak pernah menyalahkan orang lain. Ketika salah, mereka akan mengakui kesalahannya dan bertanggung jawab penuh atas kesalahannya tersebut.

Begitu juga yang ditunjukkan para pemain tim nasional Jepang selepas pertandingan. Mereka menganggap kegagalan Jepang tampil maksimal pada Piala Dunia kali ini adalah kesalahan mereka. Maka dari itu, mereka perlu memohon maaf kepada pendukungnya karena tak mampu memberikan prestasi yang bisa dibanggakan masyarakat Jepang.

foto: sports.yahoo.com

[ar]

Komentar