[Preview Team] Korsel: Mencoba Mengulang Prestasi dengan Stamina dan Transisi

Piala Dunia

by redaksi

[Preview Team] Korsel:  Mencoba Mengulang Prestasi dengan Stamina dan Transisi

Dua belas tahun yang lalu Hong Myung-Bo hanyalah seorang kapten. Tapi tahun ini ia akan naik pangkat, menjadi mayor. Memimpin satu detasemen untuk menunaikan sebuah tugas khusus: berbuat yang terbaik untuk negara mereka, Republik Korea Selatan (Korsel).

Yang namanya medan laga, pastilah tak ada yang menentu. Pun begitu dengan Myong-Bo, ia juga tak tahu, berapa lama mereka akan bertahan di medan laga. Dua minggu? Itu pasti. Tiga minggu? Atau bahkan sebulan penuh? Belum tahu. Tergantung sejauh mana detasemen pimpinan Myong-Bo ini kuat untuk bertempur di medan laga.

Dan perang itu, telah dibuka tengah pekan lalu (13/6), di Brasil.  Siap tidak siap, Myong-Bo dan detasemennya harus siap. Tak ada kata lain selain: “Siap!”.

Namun, agar pulang tak berkalang malu,  Myong-Bo juga harus cerdik. Ia harus pandai menurunkan pasukannya. Entah itu bintara terlebih dahulu, ataukah tamtama yang turun pertama. Atau mungkin menggabungkan bintara dengan tamtama. Terserah.  Yang penting mereka tak pulang dengan kepala tertunduk lesu. Masalahnya, bukan martabat negara mereka saja yang dipertaruhkan di Brasil nanti, tapi juga martabat Asia.

Jadi sudah siapkah Taeguk Warriors itu bertempur? Karena di Brasil nanti, mereka akan bertempur melawan pasukan Beruang Merah, Rusia, Serigala Gurun, Aljazair, dan juga Setan Merah, Belgia, yang diisi oleh pasukan muda penuh talenta.

Parahnya lagi, saat mereka melakukan persiapan tahap akhir di negara sekutu mereka, Amerika, banyak dari pasukan Myong-Bo terserang influenza. Lantas, apa kiranya yang akan diperbuat sang mayor di Brasil nanti?

Tuah dulu baru taktik

Begitulah kiranya gambaran Korsel tahun ini. Di bawah pimpinan Hong Myung-Bo, kapten Korsel pada Piala Dunia 2002, mereka berangkat ke Brasil dengan segenap kemampuan yang mereka miliki, stamina, efisiensi, kolektifitas, dan tuah sang juru taktik. Tidak lebih.

Ya, mereka selain berusaha dengan kekuatan mereka sendiri, mereka juga mengharapkan tuah si juru taktik. Maklum, kegemilangan Korsel di cabang olahraga sepakbola memang tak lepas dari campur tangan Myung-Bo.

Bersama Myung-Bo Korsel mampu menembus semifinal Piala Dunia 2002.  Sebuah prestasi yang membanggakan Negeri Gingseng, dan Asia tentunya, yang terus dikenang sampai hari ini. Bersama Myung-Bo, Korsel dapat mengangkangi Jepang pada Olimpiade musim panas 2012, dan berhasil menyabet medali perunggu cabor sepakbola. Dan bersama Myong-Bo pula, meski terseok di babak kualifikasi, Korsel akhirnya bisa tampil di Brasil tahun ini.

Jelas, ini merupakan sebuah prestasi tersendiri bagi Korsel, lantaran mereka bisa tampil di final Piala Dunia sebanyak delapan kali berturut-turut. Jadi tak heran, kenapa Korsel mengharap tuah dulu baru taktik. Karena Myung-Bo-lah aktor kegemilangan sepakbola Korsel. Lagi pula dalam event sebesar Piala Dunia, tuah juga dibutuhkan agar sebuah tim mampu membuat sebuah kejutan.  Namun tanpa mengesampingkan taktik tentunya.

Ya, publik Korsel sedang dipaksa menerima konsepsi realisme kehidupan yang dicetuskan mantan Presiden Ceko, Vaclav Havel, the power of powerless. Karena, bagi Korsel, grup H adalah grup neraka. Mereka akan berada satu grup dengan Rusia yang diasuh Fabio Capello, Belgia yang diisi oleh bintang-bintang muda, dan juga Aljazair yang memang tak bisa diremehkan.

Mengandalkan transisi dan energi

Memang, banyak juga pemain Korsel yang bermain di Eropa, Park Chu-Yong, Lee Chung-Yong, Ki Si-Yeung, ataupun Son Heung-Min. Namun, selain nama-nama itu, skuat Taeguk Warriors diisi oleh banyak pemain muda.

Pemilihan banyaknya pemain muda ini juga bukannya tanpa alasan, pasalnya Myung-Bo akan tetap mengandalkan serangan balik yang mengutamakan kolektifitas dan juga transisi yang cepat dari bertahan ke menyerang dengan cepat. Sebagaimana ciri khas sepakbola mereka, yang disiplin, cepat dan penuh energi. Ya, Hong Myung-Bo memang tak ingin meninggalkan khasanah sepakbola Korsel, maka dari itu, untuk memenuhi keinginannya, tak heran jika ia lebih memilih banyak pemain muda.

Meski, sejak 2011, baru bermain selama 7 menit bersama Arsenal, Park Chu-Yong akan mendapat tugas berat. Ia akan ditempat seorang diri di depan, berperan sebagai decoy. Selain harus siap menerima bola hasil serangan balik, ia juga harus lihai menarik perhatian bek-bek lawan untuk memberi ruang bagi Son Heung-Min, Koo Ja-Cheol ataupun Lee Chung-Yong.

korsel bertahan

Grafis perkiraan formasi Korsel saat bertahan


Hal inilah yang kemudian menjadikan Korsel begitu menarik. Son Heung-Min akan memerankan peran sentral pada timnas Korsel tahun ini. Saat timnya diserang, atau kehilangan bola, ia akan diinstruksikan untuk berada ditengah, dan tak terlalu dituntut untuk turun membantu pertahanan. Karena, peran untuk menutup lubang di sisi kiri pertahanan mereka akan diemban oleh Koo Ja-Cheol.

Akan tetapi saat, Taeguk Warriors membangun serangan, ia akan bertukar posisi dengan Koo Ja-Cheol, berada di tepi lapangan layaknya saat bermain bersama Bayer Leverkusen.


korsel menyerang


Grafis perkiraan formasi Korsel saat membangun serangan


Di tengah, Myung-Bo akan menempatkan duet poros ganda, Han Kook-Young dan Ki Sung-Yueng. Mereka berdua akan berbagi tugas di lapangan tengah. Han akan ditugaskan sebagai holding midfielder yang bertugas untuk memutus serangan lawan dan merebut bola. Entah lewat intercept ataupun tackling.

Sedangkan Ki Sung-Yeung akan bertugas sebagai pengatur tempo permainan. Pemain yang mengalirkan bola dari blok pertahanan ke blok penyerangan.

Sama halnya dengan negara mereka, timnas Korsel juga permasalah di sektor pertahanan. Barisan pertahanan mereka begitu lamban dalam melakukan antisipasi umpan silang. Hal inilah yang dikeluhkan sang pelatih kepala saat Korsel kalah 0-1 dari Tunisia pada pertandingan ujicoba yang digelar di Soul World Cup Stadium, akhir Mei lalu.

Mereka memang punya center back sarat pengalaman, Kwak Tae-Hwi, namun pemain asal Al-Hilal itu sudah dimakan usia dan menjadi lamban. Karenanya, di Brasil nanti Myung-Bo tampaknya lebih memilih duet center back Hong Jo-Ho dan Kim Young-Gwon. Di pundak duet bek muda inilah, semua permasalahan antisipasi umpan silang dan juga duel-duel udara dibebankan.

Jelas, dengan mengandalkan skema tersebut, pemain-pemian Korsel dituntut untuk disiplin, mengedepankan kolektifitas dan juga punya stamina prima. Namun, dalam pemantapan tahap akhir yang diadakan di Miami, awal Juni ini, pemain mereka Ki Sung-Yueng dan kiper Busan Lee Bum-Young
terserang wabah influenza.  Tentu, hal ini membuat pusing Myung-Bo, mengingat Korsel harus bertemu Rusia pada 18 Juni 2014.

Asal lolos babak grup

Bermain di luar negeri, Korsel tak punya target yang muluk-muluk. Asal lebih baik dari Jepang, musuh bebuyutan mereka, atau minimal menyamai raihan di Piala Dunia 2010, yaitu masuk fase 16 besar, publik sepakbola Korsel sudah cukup senang.

Mereka jelas butuh start yang mulus. Melakoni partai perdana grup H melawan Rusia, mengantongi poin satu juga sudah cukup baik.  Di pertandingan kedua, meski cukup sulit, mereka harus bisa mengalahkan Aljazair, sekaligus berharap Rusia dan Belgia saling mengalahkan.

Dan di partai ketiga, mereka harus bisa mencuri angka dari Belgia. Jika poin tiga dirasa sulit, mereka harus bisa mengantongi poin satu.

Jika skenario tersebut berjalan lancar, maka Korsel akan mengantongi  poin lima. Poin pas-pasan, dan mengandalkan selisih gol, untuk lolos dari fase grup.

[foto: nikeblog.com]

(mul)

Komentar