Sejarah Pisang di Lapangan Bola

Cerita

by redaksi

Sejarah Pisang di Lapangan Bola

Selain korupsi, rasisme memang menjadi penyakit kronis dalam sepakbola. Dan layaknya sang mantan pelatih, Tito Villanova yang tak pernah lelah melawan penyakitnya, pekan lalu (27/4) Dani Alves juga melakukan perlawanan terhadap penyakit yang diidap sepakbola, rasisme. Bahkan dengan sangat elegan.

Keindahan sepakbola memang sering kali dinodai oleh tindakan-tindakan Rasisme. Dan saat Barcelona melakoni, partai tandang ke stadion Camp El Madrigal, Dani Alves lah korbannya.

Sebelum melakukan tugasnya, mengeksekusi tendangan sudut, Alves menemukan sebuah pisang di lapangan. Tak lain dan tak bukan, itu merupakan ulah suporter tuan rumah.

Melihat perlakuan rasis tersebut, Alves justru tak uring-uringan atau melaporkan ke perangkat pertandingan. Dengan tenang, ia mengambil pisang itu, lalu memakannya. Elegan.

“Ambil, kupas, dan lakukan tendangan sudut. Sebuah reaksi terbaik,” begitu puji Gary Lineker di akun jejaring sosialnya, twitter.

Berkat tindakannya itu, Alves mendapat banyak dukungan dari para pecinta sepakbola. Philippe Coutinho, Luis Suarez, Mario balotelli, Neymar, ataupun Sergio Aguero ramai-ramai mengunggah foto saat memakan pisang, sebagai bentuk dukungan kampanye anti rasisme dalam sepakbola.

Seusai pertandingan, Alves pun mengaku bahwa perlakuan semacam itu memang sering terjadi di Spanyol. Tapi, meski sudah sering terjadi, hal tersbut tak bisa dibiarkan begitu saja.

Di Inggris, jauh sebelum Alves menerima perlakuan rasis, Vivian Anderson juga pernah mendapat perlakuan semacam itu. Dalam memoar yang ia tulis, First Among Unequals, Anderson mengaku bahwa saat pertama kali bermain, pemain yang selama lima musim bermain untuk Arsenal ini juga mendapat perlakuan yang sama. Viv sering tertekan saat suporter lawan mulai mengejeknya dengan hinaan-hinaan khas rasisme.

Atas dasar itulah setelah gantung sepatu, Viv mengajak sahabatnya John Barnes dan Luther Blissett membentuk suatu lembaga anti rasisme. LSM tersebut juga bekerja sama dengan PFA (Profesional Football Asosiation), untuk membuat petisi penghapusan rasisme di sepakbola Inggris.

Insiden pelemparan pisang ini bukanlah insiden pertama. Jauh sebelum itu, banyak fans yang melakukan hal serupa. Tujuannya pun serupa, mengejek pemain “kulit hitam”. Berikut daftar tindakan rasialis suporter yang berhasil kami himpun:


  • Manakala Liverpool bertemu Everton pada tahun 1988, John Barnes pernah mengalami hal yang sama. Pemain no punggung 10 Liverpool itu mendapat lemparan pisang dari fans Everton. Pun dengan elegan John melawan tindakan rasisme itu. Pisang yang ada di lapangan kemudian ia tendang keluar dengan tendangan backheel.  Akhirnya tindakan Barnes itupun terkenal dengan sebutan Banana Backheel.





  • Mario Balotelli pun pernah merasakan pedihnya pelemparan pisang. Saat Italia bertemu Kroasia pada babak penyisihan grup Euro 2012, ia juga mendapat pelemparan pisang dari fans Kroasia. Tak hanya itu, fans Krosia juga tak henti-hentinya mengejek Mario dengan sebutan monyet. Padahal, sebelum bergulirnya turnamen empat tahunan Eropa itu, Balotelli sudah mengingatkan, “Jika ada yang melempar pisang ke arahku, maka aku akan masuk penjara. Karena aku akan membunuhnya. ” Pun saat melakoni derby Della Madonnina pad atahun 2013, Balotelli juga menjadi korban praktik rasisme. Pada pertandingan tersebut, fans Inter melakukan tindakanprovokasi dengan  mengacungkan pisang ke arah Super Mario.





  • Di penghujung karirnya, kala membela Anzhi Mackakala Roberto Calos juga mendapat perlakuan serupa.  Saat Anzhi bertemu  Krylya Sovetov dalam lanjutan Liga Rusia musim 2011/2012, ia mendapati pisang ada di tengah lapangan. Melihat hal itu, bek asal Brasil itu  lalu berjalan keluar lapangan, enggan melanjutkan pertandingan.





  • Semusim berselang dari kejadian rasisme yang diterima Roberto Carlos, pemain Anzhi kembali menjadi korban. Kali ini gilaran Cris Samba. Samba menjadi korban pelemparan pisang, saat Anzhi bertemu Lokomotiv Moskow pada 22 Maret 2012.





  • Saat masih berusia 19 tahun, Neymar juga pernah merasakannya. Saat itu Brasil sedang bertemu Skotlandia dalam sebuah pertandingan ujicoba. Insiden itu terjadi pada menit ke-77, saat Neymar hendak mengambil penalti. suporter Skotlandia berusaha mengganggu konsentrasi Neymar dengan melemparkan pisang ke lapangan.”Ya, saya merasa hebat karena bisa mencetak dua gol hari ini. Namun, pelemparan pisang itu telah membuat saya sedih,” aku Neymar seusai pertandingan

  • Di Turki pun juga begitu. Pada pertandaningan derbi Istanbul yang mempertemukan Fenerbache dengan Galatasaray  pada bulan Mei tahun lalu. Fans Fenerbache tertangkap kamera sedang mengacungkan pisang. Jelas tindakan itu ditujukan untuk striker Galatasaray, Didier Drogba.



Itu tadi hanya sekelumit insiden rasisme pelemparan pisang yang tercatat dan tertangkap kamera. Yang tidak tercatat dan tidak tertangkap kamera, tentu masih banyak lagi. Bahkan, kebanyakan terjadi di Eropa. Benua yang konon katanya dihuni oleh bangsa-bangsa beradab dan berpola pikir maju.

Ya, pisang yang sebenarnya baik untuk dijadikan kudapan bagi pemain sebelum melakoni laga, kini telah berubah fungsi. Di lempar, di acung-acungkan untuk mengejek pemain berkulit hitam. Bukankah sepakbola permainan milik semua orang? Tak perduli hitam ataupun putih warna kulit orang tersebut.

Bagaiamapun juga, rasisme dalam sepakbola harus kita lawan. Agar sepakbola kembali ke fitrahnya, sebagai permainan yang memanusiakan manusia.

(mul)

Komentar